10. SAKIT HATI PERTAMA

Start from the beginning
                                    

"Lo kenapa Fe? Kutuan apa gimana dah?" Hebi mengerutkan keningnya dengan tanpa melepaskan tatapannya dari Oife.

"Gue lagi kesel, gelisah, stres, campur-campur deh pokoknya! Kepala gue rasanya mau pecah, Bi!" Oife kembali melakukan hal serupa membuat rambut peraknya hancur berantakan dan Oife tidak peduli teman-teman sekelasnya memandang ngeri dirinya.

Hebi menghela napas, "Iya, tapi kenapa Fe? Lo kalo pingin curhat, curhat aja sih. Jangan berbelit-belit ngomongnya. Langsung ke intinya aja. Lagian kayak masalahnya parah banget."

Oife memijat pelipisnya saat pusing kian mendera, "Bukan parah lagi. Ini mah parahnya udah gak ketolong. Gue bingung sumpah."

"Ck, apa sih yang lo bingungin?" Hebi mulai kesal.

"Ini menyangkut Jenaro, Bi. Gue masih gak ngerti sifat dianya kayak gimana." Oife menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Hebi dan berbisik, "Kasih tau gue dong apa aja yang lo tau tentang Jenaro. Plissss..."

Hebi memundurkan kepalanya lalu menoyor jidat Oife lumayan kuat sampai tubuh Oife terdorong ke belakang, "Jadi, daritadi lo kayak orang kurang sajen gara-gara mikirin Jenaro?!" pekiknya menarik perhatian teman sekelasnya yang kebetulan tidak ada kerjaan hanya duduk-duduk manis sambil celingak-celinguk. Guru yang mengajar sudah keluar setelah memberikan tumpukan PR beberapa menit sebelum bel istirahat berbunyi.

Anggukkan dari arah Oife hampir menipiskan kadar kesabaran Hebi untuk tidak mendampratkan rol panjang di atas meja ke pipi temannya itu.

"Gue santet juga lo, Fe! Gue kira soal keluarga lo atau apalah itu! Ternyata Jenaro yang buat lo hilang arah gini! Sangat mengejutkan!"

Gantian Oife yang menoyor jidat Hebi, "Bahasa lo ketinggian, Bi! Jangan lebay ah. Lebah aja gak lebay banget."

"Apasih gak nyambung!" Hebi mendengus.

Oife duduk menyerong, "Sekarang waktunya serius, oke. Gue tadi malam di kepung sama lima cogan dan yang gue gak nyangkanya Jenaro tiba-tiba dateng. Jenaro sama salah satu diantara mereka yang bernama Razor sempat ngobrol dan Razor minta gue untuk gabung ke gengnya. Eh pas gue mau jawab, Jenaro malah bekap mulut gue. Ngeselin kan. Mana pake bilang kalo gue udah gabung ke Rebellion lagi. Emang Rebellion itu apa sih?" tanyanya.

Hebi mendelik, "Serius lo gak tau sama sekali? Padahal lo sering nyari ribut sama tuh cowok."

"Gue orangnya bodo amat sama hal-hal yang gak terlalu penting buat gue. Karena ini gue nanya lo, lo wajib jelasin ke gue," tuntut Oife.

Hebi mengiyakan dan mengawalinya dengan menegakkan tubuhnya sembari menarik napas kemudian membuangnya perlahan. Mengalirlah cerita mengenai Jenaro juga Rebellion. Dari awal sampai akhir, Oife mendengarnya tanpa menyela. Oife merasa kalau Jenaro sesempurna yang anak satu sekolahan bilang. Jenaro seakan tak bercela untuk sedikit saja mencari letak kesalahannya. Oife pun menceritakan pertemuannya dengan Jenaro yang tidak memberikan kesan baik. Tentu Hebi terperangah mengetahui dalang dibalik Oife yang bertingkah sangat bar-bar di hadapan Jenaro. Jadi karena Oife pernah dijebloskan ke RSJ. Hebi paham. Kalau mereka bertukar posisi pun Hebi tidak terima dan akan balas dendam.

"Gue gak bisa ngasih informasi yang menurut gue sama anak-anak di sini sangat fatal." Hebi memaparkan. Oife menaikkan sebelah alis tidak mengerti.

"Semembahayakan itu Jenaro, ya, Bi?"

Hebi mengangguk, "Ada beberapa poin yang gak boleh ada di diri lo juga ucapan lo ketika berada di dekat Jenaro. Tapi, maaf, Fe. Gue gak bisa bilang ke lo kalo gak dari Jenaronya langsung." Ekspresi Hebi nampak ketakutan dan Oife bisa menebaknya dalam sekali lihat. Oife semakin penasaran saja.

JENARO Where stories live. Discover now