Coffe

1.3K 217 31
                                    

🍃🍃🍃🍃🍃



Yuki sudah duduk tenang di kursi kerjanya, sembari melahap kue yang Mba Indah bawa sebagai teman ngopinya di pagi hari. Aneh-aneh mba Indah ini, ngopi bukannya di rumah, malah ngopi di kantor.

“Gue denger boss bakalan muncul hari ini,” suara mba Indah tidak terdengar jelas, karena berbicara sambil melahap roti kasurnya.

“Ngomong tuh yang jelas, telen dulu tuh roti, keselek mampus,” Mas Rama mendengus membuat Yuki dan semua yang berada di Divisi tertawa.

“Kita engga buat acara penyambutan gitu?” heran Yuki.

“Engga usah, kata boss, soalnya dia mau langsung kerja, lagian mau kenalan, kita semua udah pada kenal kan, Cuma engga pernah tau wujudnya aja kaya mana,” Rama kembali bersuara.

“Mas Rama juga belum tahu?” kaget Yuki, pasalnya yang Yuki tahu, Mas Rama ini sudah bekerja lumayan lama di sini.

“Belum lah Kuy,... kebanyakan yang udah tahu itu senior-senior yang sekarang sudah diangkat jadi manager, yaa dari perusahaan ini di bangun. Sama bagian pabrik produksi, katanya Pak Al sering banget survei langsung ke pabrik.”

Tak lama terdengar suara grasak-gerusuk, membuat Yuki terbengong.

“Napa dah?”

“Udah dateng Kuy,.. liat sini,” heboh Mba Indah sembari melambaikan tangannya mengajak Yuki ikut mengintip di balik ruangan. “Noh yang di depan pada berdiri menyambut,” sambung Mba Indah.

Yuki mengintip di balik dinding kaca ruangannya.
Terlihat Abimanyu Mahatma ayah dari bossnya yang selama ini menggantikan putranya, mereka sedang berjalan menuju lift khusu.

“Ganteng Kuy,.. gila sih, seger terus nih mata,” heboh Laras.

“Gimana Kuy?” kali ini Mba Indah yang bertanya.

“Engga seberapa keliatan tadi mba, ketutup sama badannya Pak Abi.”

Yuki diuntungkan dengan ruangan  Divisi Engineering yang memang di desain dengan tembok kaca sebagai batasan karena ruangan Divisi tempatnya memang khusus, jadi divisinya tidak perlu berdiri dan capek-capek mencuri pandangan siapa boss aslinya, karena mereka akan mengintip secara langsung dibalik tirai.


.....

Yuki dan beberapa karyawan dari Divisinya lembur malam ini, dikarena pekerjaan tambahan yang langsung boss aslinya memberikan melalui Pak Irwan si ketua Divisi.

“Kemana lu Kuy?”

“Buat kopi mas,” Rama manggut-manggut.

Yuki berjalan lesu kearah pantry, sesekali ia menengok ke ruang divisi lain yang ternyata ada beberapa karyawan yang ikut lembur juga.

“Loh Mba Yuki, lembur juga?”

Heheh ia nih Mang As,” cengir Yuki melihat Mang As, si office boy. Sebenarnya namanya Asep, tapi orang-orang dikantornya selalu punya nama keren, yaitu Mang As.
“Buat kopi juga Mang?”

“Iya nih, buat boss, katanya mesin pembuat kopinya mati, makannya dia minta dibuatin.”

“Ohh,.. lembur juga yaa dia, padahal kan baru masuk kantor,” heran Yuki sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Aduhh,.. aduh,.. pake segala kebelet lagi,” Yuki menggeleng sembari terkekeh, melihat Mang As yang sudah lari terbirit-birit menuju toilet.

Berhenti di KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang