Kim Seokjin

2.1K 186 41
                                    

Seokjin memikirkan perkataan Namjoon saat menyetir mobilnya ke RS Kota Jeju. Ia bahkan masih memikirkannya saat dirinya menatap layar komputer di ruang kerjanya dengan sepotong pizza yang belum ia sentuh sejak tadi.

"Hyung, pizza yang Hyung pesan enak sekali. Aku belum pernah mencobanya," tutur Jungkook sambil sibuk mengunyah.

"Hmm."

Jungkook melirik ke arah Seokjin. Tetangganya itu sedang melamun rupanya.

"Hyung, kau memikirkan apa?"

"Hmm."

"Hyung, pink itu warna jelek. Yang lebih hebat itu warna kuning."

"Hmm."

"Hyung! Jin Hyung! Dr.Kim Seokjin! Jin!" Jungkook menarik rambutnya gemas. "Kau mendengarku tidak?" Jungkook menutup literatur di tangannya dengan keras.

"Eh, apa?"

"Kemarin Hyung kelihatan sakit. Hari ini melamun. Sebenarnya kau kenapa?"

"Tidak apa-apa. Sudah sana kau ganggu dokter lain saja, Kookie. Aku sibuk."

"Sibuk melamun! Ya sudah, aku ke luar saja!"

"Sana ke luar!"

Selepas Jungkook pergi, Seokjin menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Ia menaikkan pergelangan tangan kirinya dan menarik lengan jas dokternya sedikit. Ia menatap bekas luka kecil yang memanjang sekitar 5 cm di kulitnya.

"Menjalin hubungan dengan seseorang hanya akan menyiksa diri sendiri. Aku sudah cukup belajar. Cinta bisa membutakan seseorang."

---

Singapura, 20 tahun lalu

Seokjin baru saja kembali dari sekolahnya. Ia melihat tas kerja ayahnya di sofa dan melompat gembira karena ayahnya sudah kembali dari Bangkok.

"Appa? Appa di mana?"

"Jin, change clothes first then eat lunch," ujar Bibi Anita, pembantu keluarga Seokjin asal Filipina.

"Okay."

Seokjin melakukan semua yang Bibi Anita katakan. Ketika ia sedang menyantap makanannya, tiba-tiba terdengar suara benda pecah dari kamar orang tuanya.

"What's that, Aunty?"

"Nothing. Just finish your food and do your homework, okay?"

Anita duduk di samping Seokjin namun sesekali mengawasi pintu kamar orang tua Seokjin dengan raut wajah takut.

"Okay, done."

"Good boy. Now go to your room. Aunty will be there soon."

"Okay."

Seokjin menengok ke belakang ke arah pintu kamar orang tuanya. Ia ingin tahu suara apa yang didengarnya dan mengapa orang tuanya tidak keluar dari kamar tetapi Bibi Anita segera memintanya masuk ke kamar.

Esok harinya, semua hal berubah. Sosok Sang Ayah yang penuh cinta berubah menjadi pemabuk dan sering melayangkan pukulannya pada Seokjin dan ibunya tanpa ia ketahui penyebabnya. Seperti hari ini, Seokjin baru saja menerima pukulan di perutnya karena ia mendapat nilai 99 dalam ulangan Matematika.

"Anak goblok! Kenapa tidak 100 ha? Dasar turunan ibumu!"

Seokjin menangis dalam diam di kamar tidurnya. Ia ingin ibunya tetapi ia semakin jarang bertemu wanita tersebut. Hanya Bibi Anita yang setia memeluknya juga membersihkan dan mengobati lukanya sambil berlinang air mata.

Namjoon's ProposalOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz