48 || Rese

197K 17.8K 1.5K
                                    

Malu. Malu. Malu.

Demi apapun ini hal yang sangat memalukan. Gue melirik pak Arkan sinis tapi pak Arkan mengalihkan pandangannya. Lebih bego lagi sekarang gue, pak Arkan dan dosen Bisma sedang makan siang bareng di kafe.

Mana gue diledekin mulu coba daritadi. Bayangin dong semalu apa gue kepergok sedang berbuat tidak senonoh sama pak Arkan dikampus.

"Diem-diem mulu lo pada." Tegur dosen Bisma. Dia duduk berhadapan dengan gue. Sedangkan pak Arkan duduk di samping gue. "Yaudah sih kejadian tadi juga gue maklumi, toh kalian sepasang suami istri."

Gue meringis, dibahas lagi kan.

"Bisma lo bisa diem?" Pak Arkan melotot, "Lo gak liat dari tadi bini gue diem mulu karena marah sama gue?"

"Salah lo lah pe'a!" Dosen Bisma berdecak sebal, "Makanya jangan maen nyosor mulu."

Gue menghela nafas lelah, kepala gue rasanya mau meledak sedaritadi mendengarkan ocehan dua dosen ini, kagak ada yang bener asli, padahalkan mereka berdua udah pada dewasa tapi kelakuanya kaya bocah lagi berebutan mainan.

"Ley, kamu marah sama aku?" Tanya pak Arkan.

"Gue cabut aja dah." Dosen Bisma beranjak dari kursi. "Gak mau ikutan urusan rumah tangga orang, ngeri."

"Sialan." Maki pak Arkan.

"Ley," Panggil pak Arkan, tangannya mengelus jemari gue tapi langsung gue tepis dengan kasar.

"Apa?" Jawab gue males.

"Kamu marah?"

Gue menggeleng, gue enggak marah cuma kesal.

"Bohong."

"Serius."

"Iya?"

"Iyaa ..." Gue mengangguk mantap.

"Kamu kok jarang banget ya marah sama aku?" Pak Arkan berucap serius. Gue menggangkatkan sebelah alis heran. "Maksudnya kamu itu beda sama waktu pertama kita ketemu."

"Kata siapa?" Gue ketawa kecil, "Aku enggak marah sama kamu karena kamu dosen pembimbing aku."

"Gak ada sangkut pautnya."

"Ada lah." Gue menjawab mantap.

"Apaan emangnya?"

"Kalau aku marah sama kamu entar yang ada skripsi aku enggak di Acc gimana?" Gue nyengir.

Pak Arkan ngeliatin gue lama. Mukanya udah nahan marah banget sedetik kemudia dia berdiri dari kursi mau pergi.

Gue terkekeh gue, "Bercandaaa ..."

"Bodo gak lucu." Desis pak Arkan.

"Aku bercanda yakin." Ucap gue, "Kamu pemarah banget."

"Pulang ley." Ajak pak Arkan.

"Kita bimbingan dulu dong ya?" Bujuk gue.

Pak Arkan menggeleng, "Dirumah aja."

Gue menghembuskan nafas pelan, "Yaudah ayo."

***

"Ley, bentar lagi kamu sidang skripsi dong?" Pak Arkan melirik gue yang lagi rebahan di atas kasur, sedangkan pak Arkan lagi ngecek skripsi gue. "Kamu pinter juga ya ternyata."

"Iya lah saya mah pinter orangnya." Ujar gue sombong.

"Saya, saya, aku Ley!" Tegur pak Arkan.

"Ck, iya!"

Hening, tidak ada yang mulai percakapan semuanya sibuk masing-masing dan gue sibuk mainin ponsel.

Pak Arkan menepikan laptopnya, dia merebahkan tubuhnya disebelah gue kakinya ditumpu diatas kaki gue.

"Ini salah." Pak Arkan memperlihatkan skripsi gue yang berada disalah satu tangannya.

Gue mengalihkan padangan dari layar ponsel ke kertas, "Yang mana?"

"Ini." Tangan kurang ajar pak Arkan dengan enaknya mencoret-coret skripsi gue mana coretanya kaya sengaja banget lagi.

"Ish!" Tangan gue menyingkirkan tangan dia yang masih asik mencoret-coret kertas itu. "Masa kamu coret-coret gini sih?"

"Lah orang salah." Pak Arkan membulatkannya dengan pulpen merah, ditengahnya tertulis:

Kaley jelek.

Sialan memang.

"Simpan aja dulu." Gue mengambil kertas itu dan menaruhnya di laci kalau enggak diambil bisa bisa skripsi gue dicoret-coret lagi sama dia.

"Dibenerin sekarang Ley," Pak Arkan negur gue, "Bukannya disimpen."

"Mager."

"Ley-!"

"Okey!" Gue menatap wajah pak Arkan dari deket dengan jengah, "Tapi kamu bantuin."

"Ogah." Pak Arkan pergi gitu aja menuju kamar mandi.

Gue mengusap dada gue dramatis. "Astagfirullah."

"KALEY!" Pak Arkan berteriak dari dalam kamar mandi.

"Apaan?"

"Sini coba."

Gue bangkit dari tidur kemudian duduk di tepinya, "mau ngapain?"

"Sini dulu," Pak Arkan masih berteriak, "Masuk aja pintunya gak dikunci."

"Ya mau ngapain dulu?"

"Ck! Langsung masuk aja kenapa sih?"
Cabiknya, "Tangan aku sakit."

"Modus apa nipu nih?" Gue berteriak tak kalah kencang.

"Dosa kamu Ley, masa suami lagi sakit gini disangka nipu?!"

"Iya! Iya!"

Gue memutarkan kenop pintu kamar mandi melangkahkan masuk.

Gue terpekik kaget saat pak Arkan mengangkat tubuh gue masuk ke dalam air rendaman dengan paksa dan disusul olehnya.

Pak Arkan benar-benar kurang ajar!

***

Dosen KampusWhere stories live. Discover now