44 || Berakhir?

198K 18.4K 3.5K
                                    

Gue menatap Viola penuh arti entah gue harus senang atau sedih? Semuanya terbongkar dengan tempo yang sangat cepat. Gue melirik pak Arkan, raut wajah dia biasa aja gitu lebih parah nya pak Arkan malah senyum tipis ke gue.

Gue mendekat kearah Viola. Sekarang cewek itu tidak menggunakan kursi roda.

Viola memandang gue tajam.

"V-viola ..." Gue mengulurkan tangan namun ditepis dengan kasar. "A-aku minta maaf sudah bohong sama kamu."

"D-dulu lo pernah bilang sama gue, lo cuma sahabatan kan sama Vilvin?" Viola terkekeh sinis, "Kenapa sekarang berubah hah?!"

"Viola tenang." Vino mengelus punggung Viola, "Ini bukan salah dia."

"Jelas-jelas ini semua salah cewek sialan itu!" Viola menunjuk gue, refleks membungkam mulut dengan telapak tangan. "LO ITU PELAKOR DALAM HUBUNGAN GUE KALEY!"

Pak Arkan mendesis melihat gue diperlakukan seperti itu, kaki besarnya melangkah mendekat, dia menarik gue untuk lebih dekat. "Kaley gak salah."

"Sekarang kamu lebih pilih dia?" Viola menggeleng tidak percaya serta air matanya tumpah. "Dulu kamu janji apa sama aku Vin?"

"Lo jangan diam aja!" Pak Arkan menatap Vino murka, "Jelasin semuanya Vino!"

Vino menggeleng. Dia menatap pak Arkan penuh harap. Pak Arkan berdicih. Dia memelototi adiknya itu. Vino menghela nafas panjang.

"V-viola sebenarnya pacar kamu itu aku." Vino menggenggam Viola erat, dia menatap Vino remeh, terlalu banyak fakta yang menghantam memori ingatannya. "K-kamu pacar aku."

"BOHONG!" Viola menjambak rambutnya sendiri, "KALIAN PEMBOHONG!"

"Viola ..." Gue terisak melihat betapa kacaunya perempuan yang berada dihadapan gue saat ini, gue mau mendekat tapi dicegah oleh pak Arkan. "V-viola maaf ..."

"MAAF LO GAK GUNA SAMA SEKALI!" Jerit Viola.

Dia berjalan mendekat kearah gue, gue tersenyum tipis, se-enggak nya dia masih mau berdekatan dengan gue.

Plak!

Panas, Viola menampar keras kedua pipi gue, gue terisak lebih keras.

"VIOLA LO KURANG AJAR TAU GAK?!" Pak Arkan menarik gue dalam dekapanya, dia menyorot Viola keji. "LO ITU BUKAN SIAPA-SIAPA GUE!"

"BANG-!"

"DIEM LO VINO!" Rahang nya pak Arkan mengeras. Nafasnya memburu. Pak Arkan sudah terlalu tenggelam dalam emosinya. "Lo itu gak ada artinya dalam hidup gue, kalau bukan karena Vino gue juga gak sudi bersandiwara kaya gini!"

"K-kamu bicara seperti itu sama aku?" Viola membuang muka tapi kembali menatap gue yang berada dalam pelukan pak Arkan. "Semuanya gara-gara lo!"

Gue menggeleng, ini bukan salah gue. Salah gue apa emangnya?

"Lo masih nyalahin istri gue?" Pak Arkan tersenyum miring, "Istri gue gak salah."

"Bang lo udah keterlaluan!" Vino mendesis, lalu mengepalkan kedua tangannya. Dia memukul keras wajah pak Arkan sampai salah satu sudut bibirnya mengeluarkan darah.

Pak Arkan menghapus kasar sudut bibirnya, dengan sekuat tenaga dia menahan amarahnya yang memuncak.

"Viola ..." Gue meluruskan padangan melihat Viola yang berlari keluar ruangan. Gue mengejarnya dari belakang. "VIOLA TUNGGU!"

Viola berbalik namun tidak mengehentikan kedua kakinya yang ada semakin mempercepat. Gue kewalahan mengejar Viola dengan long dress.

Gue melepaskan dan melepar sepatu hak tinggi gue asal, Viola mengila. Dia tidak segan-segan menubruk orang yang menghalangi jalanya.

Tangannya yang lihai beberapa kali melemparkan benda-benda ke arah gue. Gue meringis saat tas besar mengenai wajah gue.

Gue menggeleng ini tidak terlalu penting Viola sekarang yang lebih penting karena dia sedang berada dalam keadaan sangat kacau.

Mata gue membulat pada saat mobil berkecepatan tinggi melintas disana ada Viola yang sedang berlari menyebrangi jalan tanpa menengok kanan-kiri. Gue mempercepat kedua kaki gue.

Viola dalam keadaan terancam.

"VIOLA AWAS ADA MOBIL!" Gue berteriak sekeras mungkin.

Viola mengalihkan pandangannya kerah gue sekejap lalu memiringkan kepalanya kearah kanan dengan bodohnya Viola malah terdiam kaku sambil menatap terus-menerus mobil yang semakin mendekat.

"LARI VIOLA!" Beberapa senti lagi. Mobil berkecepatan tinggi itu akan benar-benar menghantam dirinya.

Ini antara hidup dan mati.

Gue mendorong keras Viola sampai membentur pembatas jalan.

"KALEY MOBIL!"

Suara pak Arkan, ya itu suara pak Arkan. Gue membalikkan tubuh kearahnya dan tersenyum tipis.

"MOBIL KALEY! LARI!"

Gue tersentak, mobil itu semakin dekat. Kaki gue seakan berat untuk melangkah dan cahaya mobil itu sangat silau dipenglihatan.

Mobil itu ... mengantam keras tubuh gue.

Mati rasa. Seluruh tubuh gue seakan mati, bibir gue bergetar hebat rasa sakit menyerang secara bersamaan, takdir seakan menyuruh gue untuk memejamkan mata.

***

Dosen KampusWhere stories live. Discover now