Yah, ini memang rumah Mark, ia ingin membalas ucapan itu dengan mudah. Ini memang kediamannya, tetapi langkahnya tetap terlihat hati-hati, sedikit demi sedikit.

Donghyuck mengeluarkan sebuah botol penuh cairan soda berwarna emas dari salah satu laci. Salah satu anggur khas Pulau yang sangat ia sukai. Mark bukan seorang ahli, tetapi ia tahu minuman itu terasa manis dan sedikit keras. Ia menatap, dalam diam, seiring Donghyuck yang mengisi setengah piala dengan anggur dan memutar gelasnya untuk melihat bagaimana warna cairan itu terpuntir di bawah cahaya api dan bulan. Belahan jubah mandinya terbuka di bagian dada dan selangkangan, membuatnya telanjang tanpa malu, dan Mark berusaha sebisa mungkin untuk tidak menatapnya. Namun, semakin banyak usaha yang ia kerahkan, Donghyuck tampak semakin memamerkan tubuh di hadapannya. Tidak ada gerak yang biasa dari caranya membawa tepi piala ke bibir dan menyesap isinya. Dengan tenggorokan yang bergerakㅡgerakan yang syahdu, Mark menyadari bulu kuduknya meremang satu demi satu. Donghyuck kemudian menjilat bibir, pun menawarkan piala yang sama kepadanya.

Mark meraihnya tanpa ragu. Rasanya manis, sebagaimana yang diduga, tetapi rasa bunga di dalamnya tak mampu menyembunyikan efek kerasnya. Ia menjilat sisa di bibirnya sebagaimana Donghyuck, merasakan tatapan lelaki itu di setiap gerakannya.

"Kau tidak seharusnya menggunakan gelas sebesar ini untuk alkohol sekuat itu," ucapnya, seiring alkohol membakar tenggorokannya.

"Yah, aku harus, karena akan membaginya denganmu."

Ia meminta piala kembali dari tangan Mark, tetapi Mark lantas mengabaikannya dan menghabiskan minuman itu sendiri. Kedua alis Donghyuck terangkat.

"Oh. Kita sangat butuh dorongan semangat dari alkohol, ya?"

Donghyuck nyaris tersenyum ketika Mark meringis akan rasanya. Itu minuman yang keras. Ia menggelengkan kepala dan seluruh dunia seakan ikut bergerak membalasnya. Woah.

"Apa yang rakyatmu masukkan ke dalam minuman ini?" tanya Mark seiring telinga yang berdengung.

"Racun."

"Apa?"

Tungkai-tungkai Mark menyerah tanpa peringatan, dan ia akan jatuh apabila Donghyuck tidak di sana untuk menahannya. Kepalanya terus berputar ketika Donghyuck melingkarkan sebelah tangan di tubuhnya, sedang sebelah lagi memegang tangannya, menuntunnya menuju ranjang, sedikit kesusahan akibat kaki yang terluka.

"Kau baru saja meracuniku?" tanya Mark, merasakan tiap kata terseret keluar dari mulutnya. Donghyuck terkikih sebagai respons, mendorong pemuda itu mundur hingga punggungnya menubruk permukaan kasur dalam gerak pental lembut.

"Sedikit. Bunga-bunga yang kami masukkan ke dalam minuman itu memang beracun, dan hasil sulingannya bisa dijadikan serum untuk melumpuhkan manusia dalam empat menit." Mark meneguk saliva dengan gugup. Ia tidak mampu menggerakkan jari-jarinya. "Tapi tentu saja kami tidak memasukkan dosis sebanyak itu ke dalam anggur untuk mencapai efeknya. Bagaimanapun, minuman keras ini terkenal dengan kemampuannya membuat tungkai-tungkaimu melemah ketika kau meminumnya lebih dari satu teguk. Jangan khawatir, efeknya akan hilang dalam beberapa saat."

Mark berusaha menggelengkan kepala, tetapi ia menghentikan diri, terlalu takut kepalanya akan lepas dari leher dan jatuh menubruk lantai dalam dentingan keras.

"Terkadang aku betul-betul takut terhadapmu, Donghyuck."

Tangan-tangan Donghyuck bersandar di kancing kemeja Mark. Ia melepas dua manik sebelum kemudian mendorong Mark berbaring di ranjang dan merangkak ke atasnya. Kedua lututnya mengungkung pinggul Mark, menciptakan sentuhan antara kulit dengan kulit, dengan bibir berbentuk hati serta kedua mata yang mencurigakan.

[🔛] Semanis Madu dan Sesemerbak Bunga-Bunga LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang