Part 4

62 12 0
                                    

Leon baru saja kembali dari rumah client-nya. Dihempaskan badannya ke sofa abu-abu di apartemen kecilnya. Ia melirik jam yang ada di depannya yang menunjukkan pukul sembilan malam, tanda matahari sudah terbenam.

Ia memejamkan kedua mata sejenak, bersantai dengan menghela napas panjang. Dahinya masih mengernyit teringat Rania dan ceritanya.

Leon berdiri, kemudian melangkah ke dapur untuk menyeduh kopi. Seharian ia bekerja rasanya kurang jika tidak menyeruput kopi. Menurut Leon, rasa asam khas kopi yang nikmat dapat menghilangkan penatnya.

Setelah selesai dengan acara minum kopinya, Leon membersihkan diri dan pergi tidur.

--oOo--

Kring .. kring....

Leon terbangun mendengar suara ponselnya yang berbunyi. Ia menyadari bahwa cahaya matahari sudah masuk melewati jendelanya yang tirainya terbuka, dan ternyata ia kesiangan.

“Hei .. kau di mana?”

“Iya, masih di apartement.”

“Kelas hampir dimulai, kau tidak lupa 'kan, Mr Krist yang masuk hari ini?”

Leon terlonjak dari tempat tidurnya yang nyaman kemudian berlari ke kamar mandi. Mr Krist  adalah dosen tergalak di fakultasnya yang membenci kata terlambat, dan tidak akan menerima alasan apa pun. Tak segan-segan, dosen itu akan menghukum mahasiswanya yang tidak disiplin sampai kapok.

Kurang dari lima belas menit, akhirnya Leon sampai di fakultasnya. Pasalnya, jarak antar apartement dan fakultasnya hanya beberapa meter.

“Leon!” Seseorang menepuk pundak Leon, yang ternyata adalah Ruka disusul Revan di belakangnya.

“Tumben telat,” ujar Revan.

“Belum, sedikit lagi.”

Mereka melihat ke arah pintu, Mr Krist sedang melotot ke arah mereka tanda sebentar lagi kelas akan dimulai, dan harus segera masuk. Leon memimpin masuk terlebih dahulu. Selain terkenal sebagai dosen yang galak, Mr Krist juga terkenal akan keahliannya dalam mengajar. Tak heran, semua mahasiswa yang pernah diajarnya menjadi dokter psikolog yang sukses.

“Kelas dimulai, absen terlebih dahulu.”

Kemudian Mr Krist memanggil nama-nama yang tercantum di buku absennya. Satu persatu mahasiswa mengangkat tangan hingga absen terakhir.

“Hari ini kita akan membahas tentang seseorang yang memiliki kecemasan atau depresi yang berlebihan. Trauma semacam ini dikenal sebagai 'PTSD Post-Traumatic Stress Disorder' point penting di sini adalah, bagaimana cara kalian sebagai dokter psikolog yaitu, harus memahami, mengelola, dan mengembangkan cara yang spesifik untuk sebisa mungkin menghilangkan trauma.”

Mr Krist menjelaskan berbagai macam tentang trauma hampir satu jam. Karena bel istirahat sudah berbunyi, ia harus menghentikan kelasnya. Tak mau penjelasannya hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan, ia memberikan tugas per individu dan dikumpulkan pertemuan selanjutnya.

Di belahan bumi yang lain, Rania duduk meringkuk dalam kegelapan dengan sepucuk harapan bahwasanya hanya waktu akan menyembuhkan lukanya.

Tok ... Tok ... Tok.

“Boleh ayah masuk?”

Fardhan masuk setelah mendapatkan anggukan dari Rania.

“Nanti sore adalah jadwal dokter psikolog barumu ke sini untuk konsultasi, kamu siap?” tanya Fardhan seraya berjalan hendak membuka tirai kamar milik putrinya agar tidak terlihat gelap, tapi Rania menghentikannya.

Private Psychologist | SUDAH TERBITNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ