4. GAK PINTER BOHONG

Start from the beginning
                                    

"Gue, Oife Katrina. Cewek yang akan buat lo gila dimulai dari hari ini." Oife memajukan wajahnya kemudian kembali mengecup pipi Jenaro.

Lagi-lagi penduduk kantin ricuh. Beritanya sudah heboh dan menyebar di sosial media. Apapun yang berhubungan sama Jenaro secepat kilat diketahui orang-orang bahkan di luar SMA Galasky. Kamera ponsel tidak henti-hentinya menyorot ke arah keduanya. Terlebih Jenaro cuma diam saja saat salah satu bagian tubuhnya disentuh. Jenaro malah melanjutkan acara makannya seolah Oife tidak ada.

Jemari lentik Oife bergerak naik, merapikan poni Jenaro yang berserakan. Jenaro membiarkannya.

"Ganteng, nama lo siapa?" tanya Oife lembut.

"Gue Maxen."

"Gue Saguna. Dipanggil Agun. Bebeb juga boleh. Papa apalagi."

Dua cowok itu kompak menyambar, berebutan berkenalan dengan Oife. Padahal Oife bertanya pada Jenaro. Rain maupun Rainer menggeleng-geleng saja melihatnya. Mereka malas mengikuti jejak Saguna yang beraliran sesat. Bicara Maxen, dia sudah jadi pengikut Saguna.

"Bisa diem gak lo berdua?! Mau gue jahit tuh bibir?!" Oife menukas galak, "Gue ngomong sama temen lo bukan sama tukang parkir!"

Saguna dan Maxen langsung kicep terus nanya sama Rainer apa wajah mereka memang kayak tukang parkir apa enggak. Jawaban Rainer sungguh mengejutkan sekali. Dia bilang "Iya, satu tukang parkir satu tukang pijat."

Sialan emang!

Oife hendak menyentuh lengan Jenaro dan kali ini Jenaro bereaksi. Jenaro bangkit lalu menyeretnya keluar area kantin. Jenaro menghempaskan tubuh Oife ke pilar bangunan di depan ruang penyimpanan barang rongsokan. Tepatnya di belakang gedung sekolah.

"Siapa lo berani nyentuh-nyentuh gue?!" Jenaro mengukung pergerakannya dengan menahan dua tangannya dibalik punggungnya.

Oife mendongak seraya tersenyum manis, "Calon pacar, calon istri dan calon ibu dari anak-anak kita nanti."

"Halu lo gak ada obat! Punya apa lo buat ditawarin ke gue?" Jenaro menunduk sebab tinggi cewek gila ini hanya sebatas dadanya saja. Rambut di cat warna perak, seragam ketat, rok pendek di atas lutut dan lagi kancing teratasnya tidak dikaitkan hingga kulit dalamnya terlihat jelas. Untung saja Jenaro tidak napsuan. Kalau tidak mungkin sekarang bibir cewek ini sudah bengkak dia buat.

Oife pun membusungkan dadanya, berniat menantang, justru pikiran Jenaro sudah kemana-mana. Jenaro berdecih.

"Kecil gitu lo kasih ke gue? Gak cukup! Gue mau yang besar!"

"Maksud lo----" Oife menjeda ucapannya saat pandangan Jenaro mengarah ke dadanya. Matanya melebar sempurna.

"MAKSUD LO DADA GUE RATA?!" Oife berteriak keras.

Jenaro melepaskan tangan Oife untuk membenarkan tatanan rambutnya yang semakin dia sugar tak beraturan. Oife terpana sepersekian detik sebelum raut jenaka terukir di wajah si cowok gendeng.

"Lo tau triplek? Nah itu."

"Wah, parah lo! Dada gue semok gini lo bilang rata! Belum gue tunjukin jangan ngebacot ye!" Oife bersidekap.

"Yauda buka," kata Jenaro penuh arti.

"APA?!"

JENARO Where stories live. Discover now