"Gue takut lo nanti kayak korban-korbannya," kata Vera lirih.

"Enggak akan, Ver, aku bisa jaga diri. Nanti gue bakal ubah sikap Kak Axel secara perlahan-lahan," kata Zevanya meyakinkan.

Vera mengangguk. "Iya, lo pasti bisa ubah Kak Axel, Zev. Karena..sepertinya Kak Axel..suka sama lo."

"Suka sama aku? Mustahil."

"Bukan itu maksudku."

"Lah terus?"

"Kak Axel itu nggak pernah deket sama cewek selain Kak Vira. Dan sekarang, dia suka ke koridor kelas sebelas hanya demi nyamperin lo, ya mungkin sekarang masih belum ada rasa suka dan cinta. Tapi, kedepannya dia pasti ada rasa sama lo." Celoteh Vera semakin menjadi-jadi.

"Udah ah, aku nggak peduli."

🌙

Axel masuk ke dalam club miliknya, berjalan ke arah lantai tiga dan masuk ke markasnya. Ada David, Rey, Marvel, Vero dan masih banyak lagi.

Axel mengambil botol wine kemudian meminumnya, menghampiri Reyna dan merangkul bahu cewek itu.

"Jam segini baru datang? Ada apa, sayang?" Tanya Reyna.

"Tidak ada, hanya..." Axel menggantung kalimatnya hingga membuat Reyna pernasaran. "Sibuk sekolah," lanjutnya.

Reyna mengagguk paham dan mengikuti arah pandang Axel yang menatap teman-temannya itu bermain billiard.

"Dari mana aja lo, Xel?" Tanya Rey yang selesai bermain.

"Rumah Zeva--maksud gue rumah gue," Axel menelan ludah karena hampir saja keceplosan.

Pendengaran Reyna memang lumayan tajam, dia mendonggakan kepalanya menatap Axel. "Zeva? Siapa itu, Axel?" Dia tidak terima jika Axel di miliki oleh cewek lain.

"Zeva siapa sih, Na?" Ujar Axel dingin.

"Itu yang kamu bilang tadi," sahut Reyna melotot.

"Lo mending diem," kata Axel lagi.

Axel menghampiri Rey yang sedang duduk sambil memainkan handphonenya. Dia ingin bercerita.

"Jadi, lo lagi deket sama cewek yang lo buat dia di bully sama satu sekolah?"

Axel menoleh ke asal suara. "Mustahil."

Rey mematikan handphone yang di genggamnya. "Kita nggak tahu ke depannya nanti kayak gimana, Xel."

"Gue udah pernah bilang ke lo kalau gue nggak suka sama dia. Gue cuma suka sam--"

"Ya, gue tahu, Xel." Rey memotong ucapan Axel.

"Good," balas Axel. "Gimana keadaan nih markas?"

"Seperti biasa. Aman dan uang pasti mengalir ke rekening Vetunus. Vetunus pun juga udah punya nama," kata Rey.

Axel mengangguk, itu yang diinginkan olehnya. Axel dan anggota Vetunus lainnya melakukan bisnis gelap ini hanya semata untuk hiburan.

Nama Vetunus sudah juga terkenal di kalangan dunia malam. Siapa yang tidak kenal geng besar Vetunus yang di pimpin oleh Axel? King of Dood yang artinya raja dari kematian, di ambil dari bahasa Belanda.

Tak hanya itu, Axel yang di kenal kejam dan bengis membuat siapapun yang cari masalah harus berfikir beberapa kali sebelum mati di tangan Axel.

"Pak James bagaimana?" Tanya Axel ketika mengingat pria itu.

"Kita sudah cari orangnya. Dan orang-orang kita sedang mengikuti mereka yang sekarang masih di luar kota," jawab Rey.

"Pantau terus!"

🌙

Minggu, 08.40 WIB. Rumah Zevanya.

Pagi ini, Zevanya bangun agak siang. Terlihat di sampingnya Vera masih tertidur pulas. Zevanya turun ke bawah, ke ruang makan.

Tidak ada siapapun di rumah ini selain dirinya dan Vera yang masih tidur. Bi Jumi mungkin pergi ke pasar.

"Zev, lo mau ngapain?" Tanya Vera dengan suara khas bangun tidur.

"Mau bikin sarapan, tapi nggak tahu mau biki apa."

"Bikin mie aja."

"Haduh, jangan deh, Ver. Makan mie nggak baik buat kesehatan," balas Zevanya.

"Iya juga ya. By The Way, bokap sama nyokap lo mana, Zev? Dari kemarin kok nggak kelihatan," tanya Vera sambil menatap ke sekeliling rumah.

"Lagi pergi liburan. Citra baru aja pulang dari London dan kemungkinan bakal satu sekolah sama kita. Dia udah nggak betah di London," kata Zevanya.

Vera berjalan mendekati Zevanya dengan mata yang membulat sempurna. "Apa? Sekolah sama kita?"

"Iya."

"Semoga nggak satu kelas sama kita, Zev!"

"Jangan gitu dong, Ver. Dia kan adik tiri aku."

"Bodo amat dah gue, Zev. Lo harus lebih hati-hati dan persiapkan mental lo, Zev."

Axel [My Love Badboy]Where stories live. Discover now