2. Malam yang kelam

2.3K 156 12
                                    

Zevanya mengatur nafasnya ketika Axel sudah berlalu dari hadapannya. Bagaimana ini? Apa yang harus Zevanya lakukan?

"Zev!" Panggil Vera.

Zevanya menoleh. "Kenapa?"

"Lo kenapa? Muka lo kok pucat?" Tanya Vera.

Zevanya menggeleng pelan. Dia sekarang merasa tidak aman. Vera semakin khawatir dengan Zevanya.

"Zev, lo kenapa?"

"Ver, kamu kenal Axel?" Tanya Zevanya gugup.

Vera mengangguk mantap. Siapa yang tidak kenal dengan cowok bernama Axel itu. "Kenal. Kenapa, Zev?"

"Aku dalam bahaya, Ver."

🌙

Axel berjalan dengan di ikuti ke empat temannya. Marvel, Vero, Rey dan David. Bel pulang sekolah sudah berbunyi.

"Xel, ikut ke rumah nggak?" Tawar Marvel.

Rey menonyor kepala Marvel. "Bodoh! Dia butuh istirahat. Lo lupa ntar malam ada balapan?"

Marvel menggerutu dengan raut wajah yang tidak enak. Setelah itu, dia naik ke motor besarnya dan menyalakannya.

"Ayo pulang!" Katanya.

Vero naik ke jok penumpang. Marvel menoleh ke arah Vero dengan tatapan tidak suka.

"Lo ngapain di belakang gue?"

"Ini kan motor gue," kata Vero dengan tampang tidak berdosa.

"Ini motor gue!" Tukas Marvel.

"Oh," respon Vero sambil turun dari motornya. "Gue lupa kalau punya motor. Mana motor gue baru."

"Aelah! Sombong amat lo!" Kata Rey.

Vero mengangkat bahunya sambil mengusap tangki minyak motornya. Cowok itu sedang menyombongkan diri, membuat Marvel uring-uringan.

Axel hanya menatap mereka seraya geleng-geleng kepala, kenapa dia bisa memiliki teman seperti itu.

Axel lebih memilih untuk menaiki motor besarnya, meninggalkan ketiga temannya yang sedang bertengkar itu.

"Woi, Xel! Anjir! Anaknya Ramon main tinggal aja!" Teriak Rey ketika melihat Axel sudah melaju keluar dari sekolah.

Vero menghela nafas sabar. "Ayo di susul woi! Ntar dia marah, bisa-bisa kita di gorok sama Axel."

"Gue nggak mau di tangan Axel woi!" Seru Marvel sambil menyusul Axel.

"Kuy cabut!"

🌙

Zevanya berjalan menyusuri trotoar karena hari ini Papanya tidak menjemput. Maka dari itu Zevanya jalan kaki.

Zevanya sedang memikirkan cowok yang bernama Axel itu. Sekarang, dia selalu nerasa was-was. Apalagi kalau teringat dengan cerita Vera tadi waktu di kelas.

"Axel bukan sembarang cowok, lo harus tahu kalau cowok itu di juluki Raja dari kematian," cerita singkat Vera.

Mata Zevanya melebar. "Apa? Maksud kamu? Dia suka bunuh orang?"

Axel [My Love Badboy]Where stories live. Discover now