Enam

87 37 114
                                    

Biasakan setelah membaca untuk vote dan komennya cantik-cantikku
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca

💜💜💜

Seorang wanita tengah berlari tergopoh-gopoh dengan tangan yang terikat oleh kawat berduri. Darah pekat menetes dari sana karena sebagian kulitnya terkelupas oleh kawat itu.

Dengan napas yang terengah-engah ia berlari sekuat tenaga menghindari bahaya yang mengejarnya. Hutan yang gelap tanpa ada satu pun pencahayaan membuat ia beberapa kali tersandung oleh akar pohon dan batu.

Tak lama setelah itu terdengar raungan dari sang pemilik hutan, dan entah kenapa itu menambah kesan seramnya. Ia masih tak terpikir kenapa ia bisa terlibat dengan pria gila itu, ia begitu terbuai dengan ketampanan pria itu seakan menghipnotisnya dan menyerahkan dirinya begitu saja pada pria tersebut. Senyuman yang sangat menyeramkan itu terus saja terbayang di dalam pikirannya.

"Kau menghindar dariku?" teriak seorang pria yang berdiri di balik pohon. Seringaiannya yang menakutkan itu kembali di berikan pada gadis itu, begitu juga dengan bola mata yang berwarna merah darah itu. Kulitnya yang putih begitu mencolok di kegelapan malam.

"Sudahku bilang. Bersembunyilah dengan benar jika tidak ingin ketahuan olehku!" suaranya yang serak membuat siapa saja yang mendengar akan bergidik ngeri.

Dengan susah payah wanita itu berlari dan bersembunyi, akan tetapi tetap saja pria itu menemukannya. Pria itu sangat gila, permainan macam apa ini? Ada apa dengan kemarin. Wanita itu merutuki dirinya sendiri, bersembunyi dibalik pohon besar sambil menutup mulutnya karena takut ketahuan oleh pria gila itu.

Hingga satu ranting pohon runcing menembus pohon besar itu dan menancap tepat di jantung yang membuat wanita itu terjatuh ketanah. Darah segar membasahi pakaiannya yang putih, susah payah ia merangkak berharap bisa kabur dari pria itu, akan tetapi usahanya sia-sia saja. Pria itu sudah berdiri tepat di hadapannya, menyeringai menatap tajam padanya.

"Aku sudah bilangkan, patuhi aturannya saat bermain. Kau sama sekali tidak mendengarkanku, jadi terima sendiri akibatnya. Kenapa sulit sekali mengajarimu Nona?" sambil berjongkok pria itu menyibakkan rambut wanita itu karena menutupi setengah wajahnya. Setetes air mata jatuh di sudut matanya, membuat pria itu mengerinyitkan matanya.

"Jangan menangis. Kau menyakiti hatiku Nona. Aku semakin sedih jika kau menatapku dengan mata yang berair seperti itu," ujar Pria itu lalu terkekeh.

"Kau kesakitan?" tanya pria itu, sambil memandangi ranting yang tertancap pada dada wanita itu. "Kau tampak sangat kesakitan. Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat agar kau tidak kesakitan lagi Nona" sudahnya, menarik napas panjang sambil menutup matanya setelah itu menusuk tenggorokan wanita itu menggunakan kuku telunjuknya yang tajam.

"Sampai jumpa, dan tidurlah yang nyenyak sayang." satu kecupan tanda perpisahan ia berikan untuk terakhir kalinya. Lalu bangkit meninggalkan wanita itu sendirian tak bernyawa. Merasa puas ia pun tertawa kencang. Tawa yang sangat menyeramkan untuk didengar. Hingga sedetik kemudian tawa itu berubah menjadi isakan yang sangat pilu, air matanya mengalir di pipinya karena kembali kehilangan wanita yang sangat ia sayangi.

***

"Hera. Bisa kemari sebentar" teriak Taehyung dari ruang tamu. Kemeja putih yang dibalut dengan jas berwarna hitam itu tampak sangat cocok dengannya. Entah kenapa jika pria yang memakai pakaian hitam putih membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.

"Ada apa? Kau perlu bantuan?" tanya Hera, sedikit terkejut melihat pria tampan yang berada di hadapannya itu. Membuat ia sedikit gugup.

"Tolong pasangkan dasiku." pinta Taehyung, lalu menyodorkan dasi berwarna hitam pada gadis itu.

ELEGIOn viuen les histories. Descobreix ara