Sebelas

13 2 0
                                    

"Taehyung-ah!" teriak Hera, akan tetapi tidak ada jawaban dari pria itu. Bahkan rumah pun terasa sunyi, walaupun biasanya juga seperti itu akan tetapi ini tidak seperti biasanya. Benar-benar sunyi seperti rumah kosong saja.

Hera jadi terbayang yang tidak-tidak sekarang, seperti ada hantu atau pun para manusia psycho yang sedang mingincar nyawanya.

"Aduh. Kenapa harus terpikir hal yang menyeramkan saat kondisi rumah sedang sepi seperti sekarang." dumel Hera, lalu berjalan ke ruang tamu. Menonton siaran televisi yang membuat suasana sedikit ramai.

"Kenapa tidak ada siaran yang bagus." ujarnya, lalu bangkit dari kursi. Membiarkan tv menyala supaya tidak terlalu hening. Ia pun berjalan kedalam kamar bermaksud untuk menukar seragam sekolahnya dengan baju santai. Sepuluh menit kemudian Hera kembali duduk di depan televisi.

Perutnya yang sedari tadi berbunyi ia biarkan saja. Sepulang sekolah tadi ia malah berharap Taehyung ada dirumah dan memasakkan sesuatu untuk mengisi perutnya. Alhasil ia hanya makan keripik kentang yang berada di dalam lemari pendingin, walaupun dingin.

Hingga tak lama setelah itu, pintu rumah pun terbuka. Menampilkan pria yang berperawakan tinggi tegap.

"Jimin?" panggil Hera.

"Kau baru pulang?" tanya Jimin. Di tangannya membawa dua kantong plastik yang berisi beberapa makanan.

"Uhm, apakah ada pesta? Kenapa banyak sekali belanjaannya?" tanya Hera.

"Tidak ada pesta. Hanya saja, Taehyung menyuruhku untuk menjagamu saat dia pergi."

"Pergi?"

"Ya. Kau sudah makan? Mungkin Taehyung akan pulang besok." ujar Jimin, lalu memasukkan makanan ke dalam lemari pendingin.

"Kenapa dia tidak bilang padaku dulu kalau mau pergi? Lalu kemana dia pergi, apakah itu urusan mendesak? Apakah dia menitipkan sesuatu padamu?" tanya Hera.

Jimin terkekeh lalu memusatkan atensinya pada Hera, sambil berkacak pinggang ia berkata "Kau seperti istrinya saja. Apa kau mulai menyukai sahabatku?" tanya Jimin.

Sontak ekpresi Hera berubah "Ya! Apa salahnya jika menanyai tentang dia, bukan berarti aku menyukai pria kasar dan kurang ajar itu." kilah Hera.

Jimin semakin tergelak akan tingkah Hera, lalu melanjutkan lagi pekerjaan yang tertunda tadi.

"Hera. Kau ingin makan apa? Biar aku yang masakkan." tanya Jimin.

"Aku sedang ingin makanan yang pedas-pedas." kata Hera, lalu duduk di counter bar sambil memperhatikan Jimin.

"Tidak baik jika makan-makanan pedas. Ususmu bisa sakit nanti, dan Taehyung akan marah padaku jika gadisnya sakit karenaku." Ledek Jimin, berusaha menggoda Hera.

"Apa-apaan itu. Aku bukan gadisnya, dan lagi tidak ada yang bisa melarangku tentang urusan seleraku!" protes Hera marah.

"Astaga gadis ini. Usia kita sangat berbeda jauh Nona, tapi kenapa bahasamu tidak sopan seperti itu padaku? Apa sahabatku itu tidak mengajari atau memarahimu?" ujar Jimin lalu mendekati Hera, menatap mata gadis itu dengan lekat. Membuat Hera sedikit memundurkan badannya.

"Apakah Aku perlu mengajarimu tata krama di rumah ini Nona?" ujar Jimin. Suara beratnya terdengar dingin di telinga.

"Kau mau apa?" tanya Hera. Tak ada jawaban dari Jimin, ia semakin memajukan tubuhnya hingga punggung Hera sudah bertemu dengan meja.

"Jimin-ah!" panggil Hera dengan suara bergetar, napasnya tertahan karena wajah Jimin sangat dekat dengan wajahnya.

"B-baiklah-baiklah. Aku minta maaf dan akan berlaku sopan padamu." ujar Hera menyerah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELEGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang