8. MALU.

5.2K 437 20
                                    

Empat lelaki berseragam polisi. Sekarang mereka hendak menuju suatu tempat yang sudah direncanakan. Ke empatnya memasuki mobil berwarna putih lalu melajukannya dengan santai.

Tak berapa lama mereka sudah sampai, mereka keluar dari mobil. Suasana tempat yang di kunjunginya masih terlihat sepi.

"Ini sekolah sepi banget." celetuk salah satu di antaranya.

"Ya iyalah,kan masih jam pelajaran."

Gilang Ramadhan. Si polisi dengan wajah tampannya jangan lupakan mata sipitnya.

Dimas Saputra. Polisi dengan khas orang Indonesia bagian timur. Jangan lupakan hidungnya yang mancung serta senyum manisnya.

Akladera Vito. Wajah teduh dengan alis tebalnya. Sekali senyum dapat menyebabkan diabetes.

Saka Mikhael Prasetya. Polisi dengan wajah kental khas Jawa. Polisi Javanese. Tampan? Banget. Manis? Kelewat manis bor!

(Produk lokal semua yaaa. Kalo menurut author pribadi, gudangnya cowok-cowok manis itu ada di Indonesia bagian timur, entah kalo menurut kalian:*)

"Pak Saka dan rekannya sudah datang. Silahkan duduk pak." ucap pak Tomo yang berada di samping kepala sekolah SMA Garuda.

Ke empat polisi itu mengangguk santun lalu duduk di sofa ruang kepala sekolah. "Sebelumnya,saya sangat berterimakasih kepada bapak polisi karna sudah berkenan bersosialisasi di sekolah kami." ujar kepala sekolah.

Saka mengangguk begitupun dengan ke tiga rekannya. "Justru,pihak kamilah yang berterimakasih kepada bapak. Karna sudah mengizinkan kami untuk bersosialisasi." balas Saka.

Pak kepala sekolah mengangguk. "Pak Tomo. Sosialisasi nya di selenggarakan pada jam istirahat ke dua kan?"

Pak Tomo mengangguk. "Iya pak. Sosialisasinya di mulai saat jam istirahat ke dua dan berakhir satu jam kemudian. Saya juga sudah berkoordinasi dengan wali kelas masing-masing."

"Baiklah."

–––

"UNTUK SISWA-SISWI SMA GARUDA. DIHARAP MENUJU AULA. SEKALI LAGI, UNTUK SEMUA SISWA-SISWI SMA GARUDA DIHARAP MENUJU AULA. TERIMAKASIH."

Seorang gadis menoleh pada sahabatnya. "Sosialisasi nya jadi?" bisiknya.

Sahabatnya hanya mengangkat bahunya,pertanda jika dirinya tak tau. "Gak tau gue."

"Ah bodo ah. Susulin Rani sama Silvi yuk!" ujar Aurin,tak mau ambil pusing.

Keduanya berjalan menuju kelas kedua sahabatnya berada.

"Ngapain di suruh kumpul di Aula?" celetuk Rani bingung.

Putri dan Aurin sama-sama mengangkat bahunya. "Sosialisasi mungkin." balas Silvi.

Ketiganya mengangguk. "Ya udah yuk,ke kantin dulu. Masalah ke Aula nya,belakangan aja. Yang penting perut gue gak kelaparan." ucap Aurin lalu meninggalkan ketiga sahabatnya.

Rani,Putri,dan Silvi mengangguk. Usulan Aurin tak ada salahnya,dari pada perut kelaparan di Aula. Mendingan bolos ke kantin.

Baru saja ke empat gadis itu duduk pada bangku kantin. Dan detik berikutnya ke empatnya dikejutkan dengan gebrakan meja dengan kasar.

"ASTAGA!!" pekik Aurin.

Ke empat gadis itu kompak menoleh pada sosok yang berdiri dengan tatapan marah. Matanya melotot, kumisnya pun sudah mulai bergoyang mengikuti segala umpatan yang diucapkannya.

MY POLICEWhere stories live. Discover now