Keping 36 : I Love You More

Mulai dari awal
                                    

"Makanya gue yakin, lo pasti latihan tadikan? Biar lancar ngomong sama si Hafsah itu besok." Naya masih membara.

"Aku tak tahu siapa Hafsah." Izzu membalas jujur, menghentikan diamnya.

"Bohong! Lo ama dia aja satu pesantren, mustahil lo kagak tau." Naya membalas.

"Benar aku tak pernah tahu siapa dia." Izzu merespon cepat.

"Bapaknya kan yang jodohin lo dihari pertama lo ngajar di sana. Dan lo nggak cerita ama gue. Pasti karena lo pikir hubungan kita ini cuman palsu kan? Nanti kalau udah tiba saatnya buat lo pergi ke Hafsah, lo bisa tinggalin gue, iya kan?" Naya semakin menjadi-jadi.

Izzu menggeleng pelan.

"Sekarang, sebelum semuanya terlambat, lo temuin gih bapaknya si Hafsah, bilang kalau lo nerima tawarannya buat jadi menantu tu orang sholeh." Naya hilang kendali.

Izzu semakin maju, mendekati sang dara. Tapi tak mau membalas kalimat Naya.

"Lo ngapa makin dekat ke gue ha, Tad?" Naya sedikit mundur, "Jangan maju! Berdiri disana aja!"

Izzu patuh, seketika ia menghentikan langkah kakinya.

"Gue bakalan nerima kalau lo bilang dari awal. Gue nggak bakalan nahan-nahan lo, Tad. Kan elo sendiri yang sampein ke gue kalo lo sedang suka ama orang. Nanya gue cemburu apa kagak, marah apa kagak. Sekarang gue jawab, Tad. Gue kagak marah, kagak cemburu. Kalo lo mau pergi dari gue, pergi aja sana. Gue nggak peduli." Naya berkata panjang lebar.

Izzu masih mengunci bibirnya.

"Gue kagak peduli kalo lo pergi ama yang lain, Tad. Gue sadar diri kok, gue ini bukan cewek impian lo. Gue tau kok, Tad. Makanya, biar kita nggak terlalu lama bersama, kalo lo emang mau hidup sama orang yang lo suka, silakan. Gue nggak bakal nahan-nahan." Naya masih mencerocos.

Izzu menatap dara itu, matanya kini basah.

"Lo kalau mau latihan, bilang, biar bisa gue bantu." Naya berkata sejujur-jujurnya, "Lo pikir gue nggak melayang ama kata-kata lo tadi haaa? Kan jahat amat lo, kalo lo latihan gunain gue buat ngelamar orang lain, Tad."

Kali ini Izzu tak bisa untuk tetap diam, ia merasa ia harus meluruskan semuanya. "Udah siap marahnya?"

"Belom!" Naya menjawab cepat.

"Kalau begitu lanjutkan dulu." Izzu berkata lembut.

"Lo mau ngapain sih, Tad?" Naya mendadak bingung, "Seneng liat gue marah? Iya?"

"Keluarkan dulu semua yang mengganjal dihatimu, biar lega." Izzu menimpali.

Naya berdecak pelan. Menatap remeh pada Izzu, "Udah kayak gini keadaan, sempet-sempetnya masih ngajarin gue."

"Masih marah? Atau udah siap?" Izzu bertanya ulang.

Kali ini Naya memilih tak menjawab, melipat tangannya ke dada, membuang wajah dari Izzu.

"Kalau kamu sudah selesai, gantian... aku ingin bicara." Izzu berkata pelan.

"Serah lo!" Naya memutar bola matanya.

"Kamu mau dengar?" Izzu meminta izin.

Naya tak memberi tanggapan.

"Kalau kamu diam, berarti aku anggap kamu mau mendengarkan." Izzu merespon pertanyaannya sendiri.

Naya masih mengunci bibirnya.

"Aku, Muhammad Hafizzul Akbar... tidak pernah jantuh cinta pada wanita sebelumnya. Dan untuk pertama kalinya, gadis yang berhasil mengisi hatiku, yang membolak-balikkan seluruh isi perutku, yang selalu hadir dalam siang dan malamku.... itu kamu, Zanaya Pranandia." Izzu berkata apa adanya.

Naya bergetar, matanya menatap Izzu yang sama sekali tak terlihat seperti sedang latihan.

"Aku, Muhammad Hafizzul Akbar... seutuhnya telah jatuh dan merasa untukmu, Zanaya Pranandia. Mungkin kamu tak pernah tahu, tapi kamu... sejak pertama aku melihat gambaran wajahmu dalam foto, ada sebuah getaran yang tak bisa kuterjemahkan dalam hatiku. Dan semakin aku mencoba menyadarinya, semakin aku tahu bahwa aku sangat menyukaimu. Sangat-sangat suka." Izzu terus bersuara.

Naya cengo, menatap lelaki yang ada dihadapannya kini dengan air mata yang mengalir.

"Aku tak pernah membandingkanmu dengan siapa pun, karena bagiku, kau itu milikku, tidak untukku bandingkan, melainkan untukku lindungi." Izzu masih bersuara sambil terus melangkah pelan.

Naya bertambah-tambah kejer.

"Aku tak peduli kau seperti apa, karena hatiku telah memilihmu. Dan aku tak peduli orang lain seperti apa, karena hatiku telah tertuju padamu, bukan pada orang lain." Izzu terus dan terus mengutarakan isi hatinya tanpa jeda.

Naya semakin membatu.

"Tapi... jika hanya aku yang menyukaimu, jika hanya aku yang sangat-sangat ingin menghabiskan umurku denganmu dan ternyata kamu tidak, maka aku tak bisa memaksa, Nay." Izzu mencoba mengeluarkan kalimat mengalahnya, meski ia tahu Naya juga menyukainya, tapi Izzu tak menyinggung itu sama sekali, ia menghargai martabat gadis itu, jauh di atas harga dirinya sendiri.

Naya serasa ingin meledak saat ini. Izzu sama sekali tak terlihat main-main.

"Aku hanya bisa menyampaikan yang aku rasa, Nay. Sisanya, itu hakmu. Tapi kau sudah tahu seluruh rasaku, Nay. Maka aku harap kau tak menggantungku begitu saja." Izzu menatap hangat wanita nyablaknya itu, "Aku menunggu kepastian dari mu, Nay. Katakan padaku kapan pun kamu siap untuk mengatakannya."

Usai berkata demikian, tanpa benar-benar memastikan apakah Naya akan menjawab saat itu juga atau tidak, Izzu membalik tubuhnya, membelakangi sang dara. Melangkah menjauh.

Naya masih membisu, tak bersuara sepatah kata pun untuk menghentikan langkah lelaki berwajah teduh itu.

Tapi dengan berderaian air mata, sang dara mengikuti Izzu dari belakang. Tentu saja tanpa sepengetahuan si ustad.

Saat sampai di dekat pintu kamar, ketika Izzu hendak membuka kunci pintu itu, sepasang lengan melingkari lembut pinggangnya. Melilit utuh hingga kebagian depan. Merangkul Izzu begitu kuat. Membuat sang ustad tercekat seketika.

Tubuhnya ditahan dari belakang, dipeluk erat, oleh wanita yang sangat-sangat dicintainya.

Naya bersandar pada Izzu, menempelkan wajah basah karena air matanya pada punggung lelaki itu, lalu berkata lirih dengan suara yang nyaris terdengar seperti bisikan, "I love you... more, Tad."

.

.

TBC

20/8/20

-zerryizka-

.

tidak bermaksud menggantung lagi, hanya memberi jeda untuk latihan jantung. silakan tunggu sambungannya ya manteman.

note/:  nyampein perasaan ala Izzu dan Naya rempong ya gaes...

ZuNaya (InsyaAllah, Cinta ini Lillah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang