Keping 24 : Jangan Senyum!

1.3K 167 16
                                    

happy reading

........................


Jantung Izzu masih belum mau kompromi pasca mendengar ajakan Naya untuk naik bersama ke lantai atas. Detaknya terlalu cepat. Kalau sempat ketahuan pasti akan sangat memalukan. Tampan tampan digituin aja udah deg-degan tak karuan.

Lelaki berwajah teduh itu masih berusaha memperbaiki kondisi debarnya, mengatur wajah agar terlihat baik-baik saja, dan memasang tatapan datar seperti biasanya. Walau sangat sangat sulit, tapi Izzu tetap memaksakan diri untuk melakukan semua itu.

"Maksudmu apa Nay?" Izzu membalik badannya dan pura-pura bertanya polos.

Tapi, dara bermata jeli itu tak langsung menjawab. Usai memastikan meja makan telah bersih, ia malah berjalan mendekat kearah Izzu. Rambut depannya mengombak manja diantara pipi dan telinga, menambah gemas penampakan gadis itu malam ini.

Izzu yang mendapati Naya datang mendekatinya hampir-hampir merasa kehilangan kesadaran, takut ketahuan kalau ia sedang tak nyaman dan berdebar.

Tapi Naya adalah Naya, gadis itu tak terlalu peka dengan ekspresi pria yang ada dihadapnya, dengan santai malah menjawab pertanyaan Izzu setelah jarak mereka sangat dekat, "Lo nggak ngerti ato gimana sih tad? Maksud gue itu... elo sama gue, ayo kita naik bareng ke lantai atas. Dari pada nggak ada yang mau ngalah, ayo bareng ke kamar lo."

Setelah berkata seperti itu, Naya menatap Izzu sambil tersenyum nakal, memimpin jalan dua langkah di depan.

Izzu masih mencerna kata-kata Naya dengan seluruh akal sehatnya. Patah-patah menelan ludah pahit. Bingung dan cemas diwaktu bersamaan.

"Gue ngajak lo naik ke atas, bukan bengong di situ." Naya bersuara setelah mendapati Izzu hanya mematung di belakangnya.

Izzu tak menjawab, ia melangkah cemas dibelakang Naya. Tak siap jika benar-benar harus sekamar dengan dara itu malam ini juga. Izzu, suami yang sangat sangat merasa gugup dengan istrinya sendiri. Izzu, lelaki yang terlalu menjaga wanitanya dengan sangat hati-hati, sampai-sampai masalah hatinya sendiri kerap kali ia abaikan. Selagi masih ada pilihan untuk menghindari momen berdua saja dengan Naya, maka ia akan memilih pilihan itu tanpa ragu. Baginya, kenyamanan Naya nomor satu, diatas segala rasa yang ia punya untuk Naya.

Izzu tahu persis Naya gadis yang seperti apa. Padahal baru beberapa waktu kenal, tapi Naya benar-benar menampakkan dirinya yang sebenarnya pada Izzu. Bicara asalan, berlaku seenaknya, keras kepala, banyak aturan, tapi.... sebenarnya sangat tulus dan perhatian. Dan Izzu merasakan itu semua nyata pada dirinya. Buktinya saja, malam ini Naya tak bisa membiarkan Izzu tidur diruang tamu hanya karena lelaki itu baru tersadar dari pingsannya. Tidakkah Naya sebenarnya adalah gadis yang baik?

Naya masih mendapati Izzu berjalan terlalu lamban di belakangnya, dengan suara dingin gadis itu berkata pada Izzu, "Lo kalau mau lomba jalan lambat, sama siput aja tad. Jangan ama gue. Bisa cepet nggak?"

"Bisa." Izzu menjawab patuh seperti murid bandel yang tobat di depan guru BK.

Tanpa menunggu Naya kembali bersuara, Izzu benar-benar menyamakan langkahnya dengan Naya. Kini mereka berdua berjalan bersisian. Dengan keadaan satu setinggi dada yang satunya lagi. Satu berjalan tanpa beban, satunya lagi melangkah penuh beban. Satu sedang berpikir mengatur rencana, satunya lagi sibuk membenarkan detak jantungnya.

"Kamar lo ada kuncinya kan tad?" Naya bertanya dengan nada biasa.

Namun pertanyaan Naya barusan membuat Izzu semakin gugup tak jelas, tapi tetap berusaha menampilkan sosoknya yang simple dan berwibawa, "Ada. Buat apa kamu tanya itu?"

ZuNaya (InsyaAllah, Cinta ini Lillah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang