Keping 32 : Muhammad Hafizzul Akbar!

1.2K 151 19
                                    

happy reading

.........................

Hening, tidak ada suasana yang tercipta selain itu di dalam mobil butut Izzu kini. Naya masih mengunci erat tubuhnya untuk menghadap kesamping. Tak mau sama sekali menatap Izzu. Apalagi berbicara pada sang ustad.

Dan lelaki peka seperti Izzu paham sekali mengapa Naya berlaku seperti itu. Makanya ia tak memaksa, membiarkan sang dara menghadap kemana pun ia mau. Lagian, tadi ia sudah berkata kelewat batas. Membuat kaku kembali suasana yang tadinya sempat baik-baik saja.

Tak beberapa lama, mereka sampai diperempatan lampu merah. Benar saja, duo hebring sudah menunggu dengan sigap sang boss dibelokan sebelah kanan. Di atas motor masing-masing.

Seperti Naya, saat ini Sandra juga membalut tubuhnya utuh dengan helaian kain. Menutup aurat sempurna. Dari atas sampai bawah sudah seperti tulip merah muda, merona indah. Gadis itu deg-degan menuju pesantren.

Izzu melempar kode pada dua orang itu untuk mengikutinya, dan tiga kendaraan pun berjalan beriringan menuju pesantren tempat Izzu baru saja mengajar.

Lima puluh menit perjalanan, mereka sampai.

Dihalaman parkir pesantren itu sudah banyak kendaraan yang tersusun rapi. Nampaknya ini benar-benar pekan raya santri dan santriwati yang digelar secara meriah. Meski Izzu tak ikut dalam rapat majelis guru, setidaknya Izzu menyumbang satu kegiatan, mendatangkan ahli merangkai bunga langsung ke lokasi tanpa ribet buat undangan ini dan itu.

Mereka berempat turun dari kendaraan masing-masing, berjalan memasuki area pesantren.

"Waaaaah rame banget, terbuka buat umum yaa?" Sandra takjub menatap sekelilingnya.

"Sepertinya begitu." Izzu menjawab cepat.

"Hari masih pagi, tapi udah banyak aja yang datang." Naya menimpali.

Davin yang berjalan agak dibelakang memukul pelan kepala Sandra yang ada di depannya sambil berkata usil, "Benerin jilbab mu, cuk! Siapa tahu ustad berondong ntar kecantol. Pengen punya satu yang kayak bang Izzu kan?"

Sandra menolehkan kepalanya kebelakang, menatap marah pada Davin.

Tapi semarah-marahnya Sandra dengan ucapan Davin, tak disangka-sangka Naya lebih marah dari itu, ia mengepalkan tangannya, membuat tinju pada Davin, sambil berkata sinis, "Pengen punya satu yang kayak Izzu? Kau pikir Izzu itu hewan peliharaan haaa?"

"Mampoos kau!!" Sandra menyela, merasa dibela. "Pawangnya marah."

Davin terkejut seketika saat mengetahui Naya membelalak padanya. Lalu menggigit bibir bawahnya sambil berlari kedekat Izzu, memohon perlindungan, tak sanggup dikeroyok dua emak-emak sepagi ini.

Mereka berjalan berempat semakin dalam dan dalam. Bertemu beberapa santri yang seliweran. Dan beberapa yang pernah diajar Izzu dengan sopan mengucap salam pada sang ustad tampan lalu mencium tangan guru mereka itu penuh rasa hormat.

Karena Davin berjalan tepat disebelah Izzu, Davin dapat keberuntungan ganda, ia dipanggil ustad dan juga disalami. Membuat lelaki berhidung bangir itu merasa malu pada dirinya sendiri.

Tak lama berjalan, ustad Usman dan ustad Hanif yang kebetulan sedang mengontrol kegiatan bertemu dengan Izzu dan rombongannya.

Basa-basi pun terjadi diantara mereka, dan Izzu memperkenalkan tiga orang yang dibawanya itu sebagai kenalannya yang akan melakukan demo merangkai bunga untuk kegiatan santriwati.

"Alhamdulillah sudah datang para pakar bunganya." Ustad Hanif berkata ramah sambil menatap Izzu dan Davin.

"Kami bukan pakar pak. Hanya penjual bunga biasa." Sandra beramah tamah.

ZuNaya (InsyaAllah, Cinta ini Lillah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang