Keping 29 : Sapu Tangan Berharga

Start from the beginning
                                    

Tapi itu hanya wajah.

Sementara hati Izzu sebenarnya kini malah sedang bergemuruh. Benar-benar ingin tahu siapa ustad yang dibicarakan Naya dan yang lainnya. Kalau bisa, langsung bertemu dengan si ustad untuk adu jotos, adu ketangkasan, kalau perlu masuk koloseum biar bisa bersaing secara jantan. Astaghfirullah.

Izzu oh Izzu, besok-besok kalau nenggak pil cinta, mohon dilihat label dosisnya yaaa.

"Ya sudah. Ini seharusnya memang bukan masalah tad!" Naya akhirnya bersuara, lalu tersenyum manis menatap Izzu, "Kita beres-beres, abis itu makan bareng di pecel lele Mang Toyib yok?"

"Ya." Izzu menjawab cepat.

Sandra dan Davin sebenarnya penasaran dengan apa yang barusan dibicarakan Izzu dan Naya, tapi melihat dua orang itu baik-baik saja, untuk saat ini mungkin cukup bagi duo hebring itu tak kepo terlalu jauh.

Naya memerintahkan Sandra dan Davin mengemasi barang dan beberapa buket bunga yang masih tersisa. Acara wisudaan sudah selesai soalnya.

Sementara ia dan Izzu bekerja sama membuka tenda.

Keringat dara bermata jeli itu membanjiri wajahnya dengan beberapa helai rambut hitam sebahu yang melengket disekitar leher. Melihat itu, Izzu langsung menghampiri Naya dan mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya, mengulurkannya pada sang gadis.

"Lap keringatmu." Izzu berkata sopan.

Naya yang menyadari Izzu tiba-tiba ada disampingnya mengangkat sebelah alisnya sambil bertanya datar, "Masih ada jaman sekarang cowok bawa-bawa sapu tangan?"

"Lap saja keringatmu, jangan bahas yang lain." Izzu berkata sambil mengulurkan sapu tangannya kearah Naya sekali lagi.

"Nggak usah. Nanti aja. Gue bawa tisu kok ditas." Naya menolak sambil tetap melakukan aktivitasnya.

Izzu tahu Naya akan menolaknya, berapa kali pun ia mengulurkan sapu tangannya, Naya pasti akan tetap menolak. Maka ia tak perlu lagi berusaha untuk mengulurkan sapu tangan kotak-kotak birunya, ia berjalan mendekati Naya, dan langsung mengelap dahi sang dara, tanpa aba-aba.

"Sudah ku bilang, keringatnya dilap dulu." Izzu berkata penuh rasa, tangannya cekatan mengelap dahi Naya yang sudah banjir keringat.

Naya yang kebetulan sedang melepas ikatan tali tenda, diperlakukan tiba-tiba seperti itu, seketika reflek menjauh dari Izzu, "Lo ngapain tad?"

"Ngelap keringat kamu." Izzu menjawab jujur.

"Nggak maksud gue, lo ngapain hari ini so sweet amat haaa? Apa yang lo rencanain? " Naya bertanya terus terang.

"Kamu terlalu berprasangka buruk padaku." Izzu menimpali.

Naya mengerutkan dahinya, merebut paksa sapu tangan yang sedang Izzu pegang, mengelap keringatnya sendiri, "Puas lo? Udah gue lap kan?"

Izzu yang melihat Naya memakai sapu tangan itu pada seluruh bentangan wajahnya tak kuasa menahan debar di dada. Mungkin setelah ini sapu tangan itu tak akan pernah Izzu cuci, saksi bisu cintanya untuk gadis yang berhasil menyita seluruh rasanya.

Tapi hei, Naya, saat mengelapkan sapu tangan itu kedekat hidungnya, seketika terhenyak, aroma sapu tangan yang kini sedang dipegangnya sama dengan aroma kamar dan tubuh Izzu. Membuat Naya seketika kembali merasakan debar dalam dadanya. Napasnya tercekat. Berkata malu dalam hati, Ya Allah, napa ni orang selalu buat jantung ku mencelos? Bahkan ampe sapu tangannya juga ikut-ikutan.

Usai mengelap wajahnya, Naya memberikan sapu tangan kepada Izzu disertai dengan tatapan menantang, "Udah gue lap. Puas kan tad?"

Izzu mengangguk sambil tersenyum tipis.

ZuNaya (InsyaAllah, Cinta ini Lillah)Where stories live. Discover now