MPH. 8

186K 19.6K 1.9K
                                    

Utamakan Vote sebelum, membaca.

Happy Reading
.
.

Akibat kejadian tadi malam. Suasana meja makan menjadi sangat canggung. Hawa nya pun sedikit berbeda dari biasanya.

Nasi goreng dengan tambahan telur dan sosis, sudah habis dilahap oleh Samuel.

"Arga.."

Samuel yang hendak bangun dari kursinya, berhenti. Menatap Kara sejenak dengan alis yang terangkat. Seolah berkata 'apa'.

"Emm.. m-makasih." Ucap Kara pelan.

Samuel terdiam. Kemudian, ingatannya kembali pada kejadian semalam.

Flashback on.

Setengah jam berlalu setelah Samuel keluar dari kamar Kara. Dan setengah jam itu pula, Kara berusaha menahan rasa nyeri pada perutnya, dengan kembali berbaring dalam posisi meringkuk. Tak peduli, dengan kasurnya yang kotor akibat darahnya.

Mata Kara yang tadinya terpejam. Spontan terbuka kembali, saat pintu kamarnya di buka oleh Samuel, yang baru datang dengan menenteng pelastik bertuliskan alfamart.

Samuel mendekat dan memberikan pelastik alfamart itu pada Kara. Seraya berdeham pelan. Menghilangkan rasa gugupnya.

Manik sayu Kara, menatap wajah tampan Samuel yang terlihat memerah di bagian pipi nya.

"Gue gak tau lo pake yang mana. Jadi... gue beli aja semuanya." Ucap Samuel tanpa eksfresi namun nada bicaranya terdengar sangat kaku.

Kara mengalihkan pandangannya pada isi pelastik alfamart itu dan tertegum. Ternyata Samuel membelikannya pembalut dengan merk yang berbeda-beda. Ada sekitar lima bungkus pembalut di dalam pelastik itu. Dan juga, ada sebotol obat pereda nyeri dengan merk 'kiranti'.

Entah bagaimana Samuel bisa tau tentang obat itu.

Kara masih tak menyangka. Tadinya ia pikir, Samuel tidak akan mau membelikannya. Tapi ternyata, suami berandalannya itu tak seburuk apa yang di kira. Samuel rela menurunkan sedikit rasa gengsinya. Demi dirinya?

Jujur saja. Di dalam hati nya seperti ada sesuatu yang mau  meledak.

Hatinya merasa begitu seneng.

"Arga.. ma--"

Belum selesai Kara berbicara, Tapi Samuel sudah melengos pergi meninggalkan kamarnya.

Flashback off.

Samuel berdeham dan menatap wajah cantik Kara yang belum terhalangi kecamata bulat nya. Bulu mata panjang dan lentik itu bergerak dengan gerakan yang begitu pelan, hingga terasa seperti ada sengatan listrik yang menjalar dalam diri Samuel.

Seolah ada alarm yang berbunyi di kepala Samuel. Dengan cepat, Samuel mengalihkan pandangannya dari Kara. Menatap ke arah lain, untuk mengalihkan fokusnya.

"Arga. Wajah kamu merah." Ucap Kara dengan begitu polosnya, melihat wajah Samuel yang tiba-tiba memerah.

Samuel merasa pipinya tambah panas dan kencang. Harga diri sebagai seorang berandalan. Runtuh.

"Sialan!" Umpat Samuel dalam hatinya. Merutuki dirinya sendiri.

*****

Siang ini, tepat jam istirahat ke dua. Samuel bersama teman-temannya pergi ke rooftop tempat favorit mereka ketika menghindari para musuh mereka (Para guru killer) ataupun membolos, menghindari jam pelajaran yang tak mereka sukai.

My Punk HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang