12. Kedatangan tamu

Start from the beginning
                                    

Kedatangan zombie yg tiba-tiba membuat Laura sedikit tersentak. Bram mengecup lembut pucuk kepala Laura dan mengelus rambutnya agar ia kembali relax.

"Kau tidak lapar? Ini sudah waktunya makan siang" tanya Bram

Laura melirik kearah Bram "tidak. Nanti saja Bram.. filmnya belum habis. Kita tunggu end dulu" membuat wajah kesal

Bram gemas, ia semakin memeluk tubuh mungil itu "baiklah-baiklah. Kita tunggu selesai"

Kalau tau begini, Bram akan membeli banyak film zombie agar bisa menontonnya lagi bersama Laura. Disaat seperti ini membuat Laura lupa akan masalah.

Tok.. Tok..Tok

Tubuh Bram menegang. Siapa yg mengetuk pintu rumahnya. Apa ada seseorang?

Ia melirik kebawa, kearah Laura yg sudah memandang kearah pintu utama. Laura tersadar dan seakan tidak percaya kalau ada yg mengetuk pintu rumah ini

Bram mengapit wajah Laura dan menuntun matanya menatap wajah Bram. Laura tau kalau Bram sedang geram saat ini.

"Lihat aku.." Bram membawa wajahnya mendekat kearah Laura

"Jangan membuka suara. Tetap diam dan  duduk disini. Kau faham?" Tanya Bram dan menatap Laura lekat.

Laura bingung. Ini waktu dan saat yg tepat untuk dirinya kabur. Jalan sudah ada didepan mata. Ia tinggal berteriak dan yg pasti dia akan di tolong

Bram menatap tajam Laura yg sedang melamun. Ia menggoyang kan bahu itu kuat "jangan main-main dengan ku Laura. Jika ku bilang kau diam maka kau hanya boleh diam. Jangan pernah bicara sebelum aku menutup pintu itu lagi"

"B-bram.."

"Jika kau berani kabur atau berteriak, maka aku akan melakukan hal nekat yg tidak pernah kau pikirkan" Laura memandang Bram bingung "membunuh orang di balik pintu itu contoh nya.."

Tubuh Laura gemetar. Enak sekali ia berkata. Apa ia pikir nyawa adalah mainan. Bram memang gila..

"Katakan padaku bahwa kau akan tetap diam dan duduk manis disini.."

Laura masih terdiam

"Katakan!" Ucapnya sedikit membentak

"Aku akan diam dan duduk manis disini.."

Bram tersenyum tenang. Ia menarik tengkuk Laura dan melumat bibir peach yg sedari tadi menjadi perhatiannya. Mencecap bibir Laura dalam dan keras.

Tok.. Tok.. Tok

Bram bangkit dengan mata yg masih mengawasi gerakan Laura. Ia memberi tatapan mengancamnya agar Laura tetap diam.

Bram menarik nafas dan melepaskannya. Setelah yakin, ia membuka pintu kamar apartemen nya dengan perlahan.

"Siang pak.." sapa nya

Bram mengernyit bingung. Vika.. untuk apa dia kemari. Apa Bram pernah menyuruh gadis itu kemarin?. Apapun itu, Vika seharusnya tidak datang kesini..

"Bapak menyuruhku mengantar buku kelompok saya, pak.." Vika mengangkat buku kelompok miliknya

Kerutan di dahi Bram hilang. iya.. dia ingat saat menyuruh Vika untuk datang kerumahnya. Tapi rasanya masih belum percaya. Ia pun mengambil buku Vika.

"Lift nya mati pak.. jadi tadi saya melewati tangga." Ucapnya lagi

Bram mulai gelisa "yah. Lift nya memang mati.. saya selalu lewat tangga.."

Vika mengernyit bingung "apa ini bangunan kosong pak?" Tanyanya

"Kenapa?"

Vika menggaruk tengkuknya yg tak gatal "soalnya saya tidak melihat seorang pun disini. Bahkan resepsionis nya saja tidak ada."

"Tidak. Ini bangunan masih berisi"

"Ah iya.."

"Ini terakhir kamu kesini, jangan pernah kembali kesini lagi dan jangan pernah menyebarkan alamat ini. Kau mengerti"

"ya pak.."

Vika gugup, ia menggoyangkan kakinya ke kanan dan kekiri. "Kalau begitu saya permisi pak.."

Saat baru tiga langkah ia kembali di panggil Bram "iya pak?" Tanyanya sopan

"Aku sarankan agar kau membeli baju cheeleader baru karna baju mu sudah kekecilan hingga perutmu terlihat. Aku tau kau sengaja melakukannya dan semakin menjadi saat aku semakin melihat mu. Jangan lakukan lagi.." ucap Bram tajam dengan menatap Vika nyalang

Vika terbatu di tempat. Ia bingung harus menjawab apa. Matanya menari kesana kemari memikirkan kata untuk Bram.

Manik mata Vika terhenti kala melihat seorang gadis yg berjalan mendekati mereka dari arah belakang Bram. Gadis itu berjalan dengan sangat perlahan dan terlihat ketakutan.

Vika mengernyit karna gadis itu tampak aneh. Bram yg melihat Vika terdiam langsung menatap kebelakang tubuhnya. Matanya membola saat melihat Laura berjalan mengendap-endap menuju mereka.

Bram menggeram marah. Gadis nakal itu harus di beri hukuman nanti. Dia sudah melanggar ucapannya sendiri.

"Pulang lah.." setelah mengatakan itu Bram langsung menutup pintu kamarnya.

Meninggalkan Vika yg masih terdiam didepan pintu kamar Bram. Ia bingung dan menebak-nebak. Siapa gadis yg ada di kamar Bram. Gadis itu tampak cantik dan putih.. apa dia kekasih Bram?

Sementara Bram berjalan cepat menuju Laura dan menggenggam erat lengan wanita itu. "Sudah aku katakan untuk diam manis di tempat tadi. Kenapa kau melanggarnya!" kata Bram kuat

"Maaf.."

Bram menggeram dan melepas kasar lengan nya dari lengan Laura. Beralih menarik tangan Laura menuju sofa tadi. Ia akan mengalihkan fokus Laura lagi dengan menonton film zonbie

Laura berusaha berbuat manis, ia kembali bersandar di dada Bram yg sedang mengelus rambut Laura lembut. Mereka kembali fokus ke film dan seakan tidak terjadi apapun

"Siapa gadis tadi?" Tanya Laura pelan

"Kenapa?"

"Aku bertanya kau malah bertanya balik"

Bram mengulum bibirnya gemas "kau cemburu?"

Entahlah.. ia pun tidak tau apa yg ia rasakan. Merasa sedikit tak suka saat gadis itu menatap Bram lama. Laura menyakini diri nya kalau ia tidak cemburu

"Tidak. Dia siapa Bram?"

Bram mencium pelipis Laura lembut "hanya anak didikku. Dia mahasiswi di kampusku mengajar. Status mu lebih tinggi bahkan paling tinggi di hidup ku" ucap Bram lembut

"Siapa namanya?"

Bram mengernyit "untuk apa kau tau?"

"Katakan saja Bram.." Laura mulai geram

"Dia Vika. Vika Andreas Wilson"

Laura tersenyum tipis. Mungkin nama itu bisa membuatnya keluar. Laura memiliki banyak cara sekarang..

• KIDNAPPED •

K I D N A P P E D ✓Where stories live. Discover now