Cœur brisé, Lâcher prise

1.1K 102 13
                                    

It's in the eyes.
Always in the eyes.
.
.
.
.

Pagi pagi sekali Haura muncul didepan pintu kamar Tama. Dia terlihat sangat cantik, dress hitam dengan kerah halter yang membungkus tubuhnya dengan sangat pas, rok  a line dan sepatu Louboutin yang semakin membuat jenjang kakinya, rambutnya di cepol rapi, benar benar sangat elegan.

"ayons un rendez-vous" ucap Haura begitu Tama membuka pintu.

Tama memperhatikan Haura dari atas hingga bawah, "wow, i never seen you like this"ucap Tama mempersilakan Haura masuk.

"Let's have a date" ucap Haura sekali lagi begitu duduk di sofa.

"Aku akan mandi dulu" jawab Tama dengan mencium leher Haura ringan dari belakang.

Seketika perut Haura menegang, merasakan ratusan kupu kupu disana.

Dengan jas hitam dan kemeja maroon Tama muncul dihadapan Haura.

"Jadi apa yang akan kita lakukan hari ini?" Tanya Tama, membuyarkan lamunan Haura.

Haura tersenyum melihat penampilan Tama. Dia terlihat sangat menawan, diam diam dia tidak ingin kehilangannya.

Betapa laki laki itu telah membuatnya melupakan dunia yang saat ini dia pijak. Tatapan mata teduh yang nyaman, dan sikap yang selalu membuatnya merasa diinginkan.

Haura menggigit bibir bawahnya, berdiri mendekat kearah Tama, lalu ia menempelkan bibirnya ke bibir Tama. Mereka berdua masih sama sama terdiam, hingga beberapa saat kemudian saling berbalas ciuman.

"Mana yang kau suka, kita tidur bersama sekarang lalu kita pergi menikmati suasana di luar atau sebaliknya?" Tanya Haura menantang.

Tama sama sekali tidak terkejut dengan  ucapan Haura, ia justru melingkarkan tangan ke pinggang Haura dan semakin mempereratnya. Sekali lagi ia melayangkan kecupan ringan ke bibir merah di depannya.

Dengan tersenyum Tama menjawab, "kita harus menikmati kencan kita di jalanan Paris terlebih dulu, aku tidak rela merusak dandanan mu  begitu saja mon cheer"

Mereka benar benar berkencan disepanjang jalanan Paris. Menikmati secangkir kopi, pemandangan sungai Seine, dan keluar masuk toko toko couture tanpa membeli apapun.  Berjalan disepanjang jalanan distrik, orang Paris menyebutnya sebagai guided walking tour merupakan salah satu pilihan dalam berkencan.

Tama belum mengetahui maksud Haura saat ini, yang justru sedang berjuang sekuat tenaga untuk mengakhiri semuanya. Disaat dia semakin menginginkan laki laki didepannya, justru ia harus dengan sekuat tenaga mengakhiri semuanya.

"Apa yang ingin kamu makan untuk makan siang?" Tanya Tama

"You" jawab Haura dengan tersenyum.

Seketika Tama terbahak. "Mon cheer, kamu benar benar menawan hari ini" ia meraih pinggul Haura semakin mendekat kearahnya.

"Kita harus kembali ke mobil, tapi aku ingin membeli sesuatu terlebih dulu" ucap Haura diakhiri dengan kecupan singkat.

Rasanya mereka berdua benar benar melakukan kencan seperti Parisian yang sesungguhnya.

Haura keluar dari sebuah toko dengan membawa satu kotak belanja penuh berisi sebuah botol champagne, dua gelas flute, sekotak buah dengan berbagai macam jenis berry, sekotak macarons cantik, tak lupa beberapa potong keju dan sebuah tikar piknik.

"What abot picnic at the champ of mars?" Ucap Haura sumringah begitu selesai berbelanja.

Tama dengan sigap mengambil kotak belanja dari tangan Haura dan meletakkannya di bagasi.

IN YOUR ATMOSPHEREWhere stories live. Discover now