25). Staycation

117 53 4
                                    

Derwin Fransisco boleh saja jarang terlihat serius setiap berkomunikasi, membuatnya terkesan seperti cowok yang tidak bertanggung jawab, tetapi sifat terselubungnya tidak jauh berbeda dari Delpiero Fransisco, tentang bagaimana dia memperhitungkan segala sesuatu yang berkaitan dengan apa yang dikerjakannya tanpa melewatkan kesalahan, sekali pun adalah kesalahan teknis.

Oleh karenanya, Afin memutuskan untuk menunggu Derwin di rumah supaya bisa langsung menginterogasinya, itu pun kalau Derwin mau langsung pulang ke rumah. Cowok itu mulai kesal ketika menerka-nerka ke mana abang ketiganya membawa Freya pergi karena sebenarnya dia juga cemas dengan kesehatan cewek itu. Hari ini rona di wajah Freya tidak sebinar biasanya dan dia juga sempat mendapat informasi dari Renata kalau cewek itu memang tidak sedang dalam kondisi yang fit.

Karena kelamaan menunggu dan Afin yakin Derwin tidak akan pulang secepat yang dikira, cowok itu menghabiskan waktu dengan mandi dan berganti pakaian, yang terkhusus hari ini dia lakukan dalam durasi yang lebih cepat dari biasanya. Cowok itu mondar-mandir di ruang tamu seperti setrikaan baju usai menyelesaikan ritual mandinya dengan ekspresi yang tidak puas.

Sebenarnya untuk apa, sih, Derwin mengajak Freya? Jika hubungan palsu itu udah ketahuan, apa faedahnya menginterogasi Freya secara pribadi?

Afin mendengar derum mesin mobil yang khas dari kejauhan tidak lama kemudian, membuatnya spontan berlari kecil menuju halaman depan rumah. Dia memang sudah menduga jika itu adalah suara mobilnya Delvino—–kakak keduanya, tetapi dia masih tidak percaya dan setelah menyaksikan sendiri kalau dugaannya benar, mata cowok itu membulat karena kaget. Belum cukup sampai di situ, karena yang keluar dari mobil itu bukan hanya Delvino dengan istrinya, melainkan juga Derwin yang disusul Michelle.

Lalu yang terakhir adalah Freya. Pandangan terakhir Afin berubah dari kaget menjadi terpesona karena perubahan gaya Freya yang menurutnya sangat cantik.

Derwin mendengkus geli sekaligus yakin kalau Afin memang senormal dirinya, sehingga merasa ini sudah lebih dari cukup untuk menyimpulkan kalau rencananya berhasil. Langkahnya diarahkan ke tempat Afin berdiri, lalu mendekatkan kepalanya untuk berbisik ke telinga Afin.

"Stop staring at her like that," bisik Derwin memperingatkan, sukses membuat Afin tersentak. "Mendingan lo ajak dia kencan, trus jangan lupa pakaikan jaket ke dia biar romantis."

Afin menoleh ke Derwin sembari memicingkan matanya kesal. "Kakak sengaja, ya?"

Derwin menaikkan sebelah alis dengan seringai di bibir. "Soalnya gue mau mastiin sesuatu dan bisa dibilang, gue lega dengan hasilnya."

Setelah itu, Derwin berlalu begitu saja melewati Afin dengan tepukan pada bahunya sebelum melangkah menuju pintu utama rumah istana mereka, disusul Delvino yang memberikan kedipan sebelah mata dengan ekspresi geli usai melempar kunci mobil pada salah satu Kepala Asisten Rumah Tangga. Kedua kakak iparnya juga menghadiahinya senyuman manis secara serempak.

Freya diam saja, meski terlihat begitu canggung di hadapan Afin. Mungkin gegara setelannya yang terlihat tidak biasa. Meskipun demikian, di mata Afin, sikap ketidaknyamanan tersebut terlihat begitu adorable.

Afin menghampirinya, lantas melepas jaket kulitnya untuk dipakaikan ke Freya, membuat rona merah di wajahnya semakin lama semakin terlihat jelas. Indera penciumannya segera peka pada aroma tubuh Afin yang menguar dari jaket tersebut. Aromanya seperti perpaduan antara citrus dan mint.

Freya jadi kelihatan seperti dipeluk karena jaket tersebut tampak terlalu besar untuk tubuhnya yang pendek, membuatnya terlihat semakin kecil.

"Gue sebenarnya mau ajak lo kencan," kata Afin, yang kedua tangannya masih berada di sisi bahu Freya. "Tapi nggak jadi."

Meteor in Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang