16). D-day

140 65 12
                                    

"Ups, kayaknya gue ganggu kalian," ucap Zenya dengan nada meminta maaf meski ekspresinya tidak sinkron. Seringai masih saja nangkring di bibirnya.

"Let's go," ajak Afin sembari melepas pelukan dan menarik tangannya lagi untuk meninggalkan tempat itu.

"See? Yang gue bilang bener, 'kan?" bisik Afin ke telinga Freya saat keduanya sudah sudah agak jauh dari jarak pandang Zenya, tetapi sayangnya posisi mereka tertangkap oleh ekor mata Winnie yang berdiri di depan pintu serba guna milik Alvaro.

Oh, iya. Mereka tadi melewati ruangan itu sewaktu perjalanan ke atap sekolah. Jika mereka kembali, tentu saja akan melewati pintu itu lagi.

"Hmm... hai, Win," panggil Freya, berusaha mencairkan suasana yang terjadi malah memperparah kecanggungan di antara mereka.

Winnie tersenyum kaku, terutama pada Afin. Meski sikap Winnie masih dingin, tetapi Freya tetap takjub karena kesabarannya. Jika dia adalah Winnie, dia pasti akan menggila karena marah dan sudah sewajarnya jika dia menampar Freya sampai babak belur.

Alvaro juga keluar dari ruangan itu, lalu menangkap sosok Afin dan Freya di sebelahnya. Meski kaku, tetapi dia juga tersenyum pada mereka berdua.

Lantas, Alvaro menarik Winnie untuk meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan apa-apa. Dengan rangkulan Alvaro di sisi Winnie, Afin jadi lega karena cewek itu tidak sendirian.

"Ckckck... pacar gue susah move on kayaknya," ejek Freya. "Yahhh... wajar, sih, karena Winnie bukan cewek biasa. Dia itu dewi yang paling indah dari dewi-dewi lain."

"Jangan keras-keras, dong. Nanti kalo ketahuan gimana?" bisik Afin ke telinga Freya.

"Gue jadi menyadari intisari penting atas sikap lo ke gue," kata Freya tiba-tiba meski dia menuruti keinginan Afin untuk mengecilkan volume suaranya.

"Menyadari apa?"

"Lo segitunya supaya nggak ketahuan ternyata karena Winnie, bukan gue. Hampir aja gue di-PHP-in."

"Apa?" tanya Afin, gagal paham.

"PHP! Itu Pemberi Harapan Palsu! Masa lo nggak tau?"

"Bukan itu. Lo bilang, gue segitunya karena Winnie?"

"Loh. Bener, 'kan? Karena kalo kita ketahuan, berarti alasannya lo lakuin ini semua biar Winnie nggak boleh tau perasaan lo yang sebenarnya. Lo menggunakan gue sebagai pelarian supaya dia nggak tau kalo lo sesuka itu sama dia."

Afin terdiam, membuat Freya merasa semua dugaannya memang benar. Cewek itu lantas menepuk pundak Afin dengan sorot mata penuh simpatik sementara langkah telah membawa mereka ke lantai tiga.

"Tenang aja, Afin. Walau gue adalah pacar yang hanya sebatas status, gue akan berusaha yang terbaik buat melindungi lo. Gue nggak akan biarkan Winnie tau yang sebenarnya, supaya pengorbanan lo nggak sia-sia. Mohon kerja samanya, ya, Fin. Lo pasti bisa!" hibur Freya dengan bisikan di telinga Afin supaya tidak ketahuan, tetapi bagi penonton yang lain, keduanya tampak terlalu mesra. "Udah sampai di kelas lo. Gue duluan, ya. See you!"

Kalimat tambahan selanjutnya tentu saja diucapkan dengan nada yang sengaja dinaikkan satu oktaf supaya yang lain mendengar. Lalu, Freya lanjut menuruni tangga ke lantai dua untuk kembali ke kelasnya.

Bukannya kita sepakat sandiwara ini demi kepentingan lo? Kenapa sekarang lo jadi mengira ini demi kepentingan Winnie?

⭐⭐⭐

Sebenarnya menurut Freya, persiapan acara Ulang Tahun SMA Bernard tidak mungkin cukup dalam sebulan karena sekolah itu turut mengundang beberapa penyanyi ternama untuk meramaikan acara tersebut. Namun, terkhusus SMA Bernard, persiapan dalam waktu sesingkat itu bisa menjadi mungkin. Apa lagi kalau bukan berkat dukungan beberapa pihak yang melancarkan persiapannya?

Meteor in Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang