Bab 23

2K 239 9
                                    

Gala bertopang dagu dengan mulutnya yang cemberut. Ia memperhatikan kedua sahabat gilanya yang kini tengah bertanding PS di ruang tamu rumahnya. Entah ada angin apa, Bara dan Dafa datang begitu saja di hari biasa, hari yang biasanya mereka habiskan untuk bekerja, bekerja, dan bekerja.

"Seriusan, kalian nggak kerja ?" Gala melontarkan pertanyaan yang sama untuk yang kesekian kalinya.

"Kantor gue, gue tutup. Bosen kerja terus." itu jawaban Dafa.

"Kantor gue juga gue tutup. Biar uang di rekening gue nggak nambah terus." dan ini adalah jawaban Bara. See ? Dua temannya tidak jauh berbeda bukan dengan dirinya.

"Ini kapan kalian selesai tandingnya sih ? Giliran gue masih lama, jadi bosen. Mending main hp aja." detik berikutnya ketika tangan Gala hendak meraih hp yang berada di atas meja, Dafa dan Bara secara serentak melemparkan stick PS lalu beralih mencegah Gala agar tidak menyentuh hpnya.

"Nggak usah main hp. Nih, lo aja yang tanding sama Dafa. Gue tiba-tiba kangen sama gebetan, mau ngobrol bentar." Bara bergerak cepat menarik Gala ke depan TV sedangkan Dafa, pria itu langsung menyerahkan stick PS milik Bara kepada Gala. "Yok, main."

Kening Gala mengerut dalam. Aneh, sungguh aneh. Ada apa dengan kedua temannya ini ? Biasanya mereka memang tidak waras tapi sekarang, ketidakwarasan mereka bercampur dengan sesuatu yang tidak wajar.

Namun, Gala memilih untuk cuek saja. Buat apa dia menggunakan otaknya untuk memikirkan tingkah laku kedua sahabatnya yang selalu saja tidak jelas.

~~~~~~~~~~

Lexia berjalan dengan langkah penuh tekadnya menuju ke rumah keluarga Nugraha. Ia sudah tidak sabar untuk menemui si wanita ular dan menuntaskan emosinya. Lexia kembali tertawa tidak percaya dengan apa yang diperbuat oleh Lilian. Kenapa sih, wanita itu begitu bertekad menyatukan dirinya dengan Raja setan itu ?

Langkah Lexia akhirnya terhenti saat menemukan Lilian yang tengah menyantap makan siang bersama dengan ayahnya. Dan seolah membuat semuanya jelas, kini ada orang asing di luar keluarganya yang menduduki salah satu kursi meja makan. Ya, orang itu adalah Raja.

"Lexia, kamu pulang ?" Damar menyerukan rasa penasarannya karena kehadiran sang putri di waktu yang sangat tidak terduga. Ayah dari Lexia itu bernasib sama dengan Gala yang sama sekali belum mengetahui berita panas yang sedang beredar di luar sana.

Tidak berniat mengindahkan panggilan sang ayah, Lexia langsung menghampiri Lilian dengan tatapan tajamnya. "Apalagi sebenarnya yang Anda rencanakan ? Belum cukup mendapatkan Papaku memangnya ? Sampai Anda harus merancang rencana gila seperti ini ?"

"Lex, apa maksudnya ?"

"Pa, tolong diam saja. Aku ingin menyelesaikan masalahku dengan perempuan gila ini." Damar menghela napas, memilih untuk membiarkan putri semata wayangnya melakukan apa yang dia mau.

"Dan kamu, laki-laki tidak waras. Pengecut sekali cara kamu buat mendapatkan aku. Bekerja sama dengan perempuan ular ini dan menggunakan media untuk membuat hubungan di antara kita." Lexia memberikan seringainya kepada Raja. "Tidak sudi. Aku tidak sudi memiliki hubungan apapun dengan kamu, dasar pengecut."

"Lex, Mama kan sudah pernah bilang, Mama hanya ingin yang terbaik buat kamu. Raja itu sudah paket lengkap, Lex. Apa lagi yang mau kamu cari ?" Lilian memasang wajah pura-pura pedulinya. Kini, wanita itu bahkan menepuk-nepuk pundak Lexia yang terlihat begitu marah.

Lexia langsung mengentakkan tangan Lilian yang menyentuh pundaknya. Wanita itu kemudian mengelap pundaknya dengan kasar seolah berusaha untuk membersihkan bekas sentuhan Lilian. "Kalau memang Anda sebegitu inginnya bersatu dengan keluarga Atmaja, kenapa tidak Anda sendiri yang melemparkan diri ke Raja ? Ceraikan dulu Papa sebelum Anda kembali menjual diri pada keluarga Atmaja."

Once in A Blue Moon - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang