Bab 16

1.9K 251 7
                                    

Lexia sedang menyantap makan siangnya ketika nada dering tanda panggilan masuk terdengar dari ponselnya. Wanita itu meletakkan sendoknya sebelum mengambil ponsel yang berada di sebelah gelas. Keningnya nampak mengernyit ketika mendapati sebuah nomor asing muncul di layar.

Lexia berniat untuk mengabaikannya, namun ia urungkan karena siapa tahu itu adalah telepon penting.

'Halo.'

'Hai, Lex.'

'Siapa ya ?'

'Kamu sudah lupa sama suara aku ?'

'Kalau tidak penting, saya akan tutup.'

'Wait, ini Raja. Aku sudah bilang kan kalau aku akan dapetin nomor kamu hari ini.'

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Lexia langsung menutup sambungan telepon itu.

Buang-buang waktu saja mendengarkan Raja sialan itu.

Lexia lalu mendengus saat ponselnya kembali berdering dan menampakkan nomor Raja tadi. Memilih untuk tidak peduli, Lexia kembali melanjutkan kegiatan makan siangnya.

~~~~~~~~~~

"Malaysia dan Singapura. Keluarga aku akan ekspansi ke sana, Lex." ucap Gala ketika mereka baru saja selesai menyantap makan malam. Sepulang kerja tadi, Lexia dikejutkan dengan Galaksi yang sudah berdiri dengan senyum menyebalkan di depan pintu unit apartmentnya.

"Kamu sudah dapet orangnya berarti ?"

"Yes, thanks to Nugraha. Dia orang Indonesia yang tinggal di Malaysia. Dan kakak pertamanya tinggal di Singapura. So, aku memutuskan untuk memilih mereka." jelas Galaksi sembari menuangkan minumannya ke dalam gelas. Pria itu menyesap isi gelas yang dipegangnya sambil menatap Lexia. "By the way, orangnya cewek lho, Lex."

"Terus ?" sahut Lexia dengan alis yang naik sebelah. Masih dengan wajah seriusnya, Gala berkata, "Aku takut aja kamu bakal cemburu." selesai mengatakannya, barulah senyum menggoda pria itu muncul. Lexia langsung memutar bola matanya kesal. "Please ya, Gal, buat apa aku cemburu."

"Ya kan kamu pacar aku."

"Scusme, sejak kapan aku jadi pacar kamu ?"

Kening Gala berkerut samar. "Lex, kamu mau aku anter ke rumah sakit ?"

"Buat apa ? Aku nggak sakit, Gal." sungut Lexia kesal.

"Habisnya, kamu selalu lupa kejadian aku nembak kamu."

Lexia kali ini merubah tatapannya menjadi serius. Wanita itu bersedekap lalu berkata, "Aku ingat kamu nembak aku. Tapi aku nggak ingat kalau aku sudah mau jadi pacar kamu."

Gala tersenyum miring. Ia lalu memutari meja dan kini memposisikan dirinya di depan Lexia. "Kalau kita nggak pacaran, lalu apa yang sebenarnya kita lakukan sekarang, Lex ?"

Lexia benar-benar dibuat bungkam dengan perkataan Galaksi barusan. Benar. Sebenarnya, apa yang sedang dirinya lakukan dengan pria itu ?

Gala menatap Lexia dengan tatapan tidak mengerti bercampur kesal. "Lex, aku bener-bener nggak ngerti harus gimana lagi mengajak kamu untuk mempunyai sebuah hubungan dengan aku. Apa semua hal yang aku lakukan untuk kamu, semua waktu yang sudah kita lewati sampai detik ini, sama sekali tidak berarti untuk kamu, Lex ?"

Lexia membuka mulutnya hendak membalas. Namun, layaknya orang bodoh, ia kembali mengatupkan mulutnya karena sama sekali tidak bisa memikirkan sepatah katapun untuk membalas ucapan Galaksi.

"Lexia, aku memang jarang sekali serius. Tapi kamu harus percaya kalau aku yang sedang mengajak kamu berpacaran adalah suatu hal yang serius. Sama sekali tidak pernah terpikirkan kalau aku hanya sedang bercanda ketika menawari kamu sebuah hubungan, Lex."

Once in A Blue Moon - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang