Ekstra Part

2.8K 185 6
                                    

Gala mendapati istrinya tengah mengusap air mata yang baru saja turun ke pipi wanita itu. Dengan langkah pelan ia pun menghampiri Lexia yang tengah duduk di kursi taman sembari memperhatikan putri pertama mereka yang sedang bermain riang.

"Ni bini atu, kenapa sekarang suka banget nangis hm ?" tanya Gala yang kini berada di belakang Lexia. Ia menunduk dan kini ketika Lexia menoleh, wajah mereka menjadi sejajar. Masih dengan ekspresi meweknya Lexia pun menjawab, "Azura gedenya cepet banget sih, Gal. Aku nggak rela anak kita cepet gede, nanti dia pasti sibuk sama dunianya sendiri."

Mendengar curhatan dari sang istri membuat Gala gemas dan ia pun langsung memeluk wanita itu dengan sayang. "Istriku yang cantik jelita, namanya manusia pasti lah tumbuh dan berkembang. Mana bisa kita melawan itu semua sih."

Gala mendaratkan sebuah kecupan dalam di pelipis Lexia. "Yang harus kita lakukan di saat anak kita masih belum sibuk dengan dunianya adalah memberikannya kenangan bahagia. Supaya nanti, mungkin di sela-sela kesibukan, anak kita akan mengingat kenangan bahagia bersama kedua orang tuanya."

Air mata Lexia kembali mengalir dan itu membuat Gala terkekeh. "Astaga, istri aku cengeng banget sekarang." setelah mengusap air mata Lexia, ia lalu berlalih memposisikan dirinya di depan Lexia dan berjongkok. "Anak Papa ini cowok lho, kenapa malah buat Mama jadi cengeng begini sih ?" Gala mengusap perut Lexia yang sudah begitu membuncit di usia kehamilannya yang menginjak 8 bulan.

Lexia tersenyum dengan tangan yang mengelus rambut Gala. "Mungkin anak cowok kita akan lebih melankolis dari pada kakaknya yang cewek. Lihat, Azura malah suka banget mainin mainan cowok." kepala Gala secara otomatis menoleh ke belakang ke arah putri kecilnya yang sedang memainkan mobil-mobilan. "Nggakpapa. Perempuan nggak harus suka boneka kan ?"

"Ya, perempuan nggak harus suka boneka. Tapi kalo Bapak Galaksi harus suka sama Ibu Lexia ya." Gala kembali menatap istrinya dengan tawa. "Makin ke sini makin kelihatan posesifnya." Lexia mencebik mendengar komentar suaminya. Namun, tak lama tawa Gala menular juga pada dirinya.

"Papaaa." Azura kecil berlari kepada sang ayah yang sedang bercengkrama dengan ibunya. Gala pun langsung beralih kepada putri pertamanya dan menggendong bocah itu. "Kenapa, Azura ?"

Kening Azura nampak berkerut sebagai pertanda otaknya memikirkan sesuatu. Wajah bocah itu pun terlihat ragu dan membuat Gala serta Lexia saling berpandangan bingung. "Ada apa, sayang ?"

Azura memainkan jari-jari kecilnya dan berkata, "Kemarin Khandra punya robot baru. Azura boleh minta beliin itu ?"

Lexia langsung menepuk jidat dan Gala yang tangannya sedang ia gunakan untuk menggendong sang anak pun akhirnya hanya bisa menghela napas. "Dafa aku suruh pindah rumah aja apa ya ?" ucapnya kepada Lexia sebelum menunduk dan menatap anaknya dengan sayang. "Azura kan udah punya mainan banyak. Nanti kalau beli lagi, mainannya yang lain gimana ?"

"Azura mainin juga kok, Pa." balas Azura cepat.

Gala menatap anaknya dengan mata menyipit. "Ah masa ? Habis beli truk pemadam kebakaran aja, tembak-tembakannya Azura nggak dipakai mainan lagi tuh."

"Kalau Azura mainin juga, masa nanti truknya Azura tembak gitu, Pa ?" elak Azura yang membuat Gala gemas dan menghadiahi kecupan ganas di kedua pipi putrinya itu. "Pinter banget balesnya anak Papa ini."

Gala lalu menatap Lexia dan mendapati gelengan wanita itu. Ok, itu berarti Azura tidak akan mendapatkan robot seperti milik Khandra. Jika sang nyonya besar sudah berkata tidak, itu artinya Gala harus mengeluarkan berbagai kalimat penjelasan agar dimengerti sang anak kenapa dia tidak bisa mendapatkan mainan itu.

"Azura, anak Papa yang manis, yang sebentar lagi mau jadi kakak, jadi begini...."

~~~~~~~~~~

20 tahun kemudian...

Once in A Blue Moon - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang