Bab 2

3.9K 310 3
                                    

"Nama kita sama. Kamu mau jadi pacar saya ?"

Bintang seketika menepuk jidatnya lelah. Ia memang sangat menyadari kalau tingkat kewarasan kakaknya sangat rendah. Tapi dirinya tidak habis pikir, Galaksi akan menembak seorang wanita di pertemuan pertama mereka.

Bintang berjalan cepat menuju sang kakak. Dengan rasa gemas ingin menabok,wanita itu langsung membekap mulut Gala dan menariknya ke belakang.

"Maafin kakak saya ya, Mbak. Memang dia agak gila dikit." ucap Bintang dengan senyum tidak enak. Lexia dengan spontan mengangguk setuju dengan perkataan yang baru saja ia dengar. Dirinya kemudian kembali tersenyum tipis dan mengangguk singkat sebagai salam pamit.

"Whoii, lheephasin." Galaksi sang pemilik mulut yang terbekap terlihat meronta-ronta. Tentu saja Bintang tidak bodoh untuk melepaskan kakaknya sebelum wanita tadi benar-benar hilang dari jangkauan.

"Tadi itu calon kakak ipar lo. Kenapa lo halangin gue, sih ?" protes Gala begitu Bintang membebaskan mulutnya. Bintang yang sedari tadi menahan emosi kini berkacak pinggang sambil memelototi kakaknya. "Kakak ipar kakak ipar pala lo bertanduk! Kalian itu baru ketemu tadi. Kasihan tu si mbaknya, pasti shock waktu denger pertanyaan edan dari lo."

Gala mengacak rambutnya kesal. "Gue yakin pokoknya kalo dia jodoh gue, Tang. Nama kita itu sama, itu pasti petunjuk dari Tuhan kalo tu cewek cantik tadi bakal jadi mantunya Mama Harum dan Papa Rayhan."

Ok cukup sudah. Kalau sudah mendengarkan perkataan khayal milik sang kakak, Bintang hanya bisa menghela napas dan berusaha semaksimal mungkin untuk meredakan rasa kesal yang memenuhi dadanya.

"Bodo, serah lo, Kak. Udah ah buru!"

~~~~~~~~~~

Galexia, wanita yang dua hari lalu bertabrakan dengan lelaki gila berkewarganegaraan sama dengannya, kini tengah berjalan sendirian menyusuri jalanan di Ueno Park yang sedang menampilkan bunga sakura bermekaran.

Pemandangan indah di sekitarnya sedikit mengikis perasaan gundahnya yang kini tengah bersarang di dalam diri seorang Lexia.

Ya, ia pergi ke Jepang untuk melarikan diri. Satu hari setelah kepergiannya ke sini, ayahnya melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Sebenarnya semenjak sang ibu tiada, Lexia sudah rela dan ikhlas jika suatu hari nanti ayahnya akan menikah lagi. Tapi dengan wanita yang menurutnya baik dan pantas untuk mendampingi ayahnya.

Namun, wanita yang kemarin bersanding di pelaminan dengan sang ayah adalah wanita licik jelmaan ribuan ular. Yang memiliki niat terselubung untuk mendapatkan harta keluarga mereka. Dan Lexia sudah bisa membaca dengan jelas apa rencana yang akan dilakukan oleh wanita itu.

Siluman ular itu pasti akan menggunakan anak lelakinya yang kini berstatus sebagai adik tirinya. Lelaki berusia dua tahun lebih muda darinya itu akan dijadikan pion si siluman ular untuk merebut tahta pewaris tunggal miliknya.

Helaan napas panjang dan lelah kembali Lexia keluarkan. Langkahnya kini terhenti dan ia memutuskan untuk menduduki bangku taman yang ada di belakang tubuhnya. Lexia kemudian terdiam sambil memandangi orang-orang yang berlalu lalang di depannya. Senyum rindunya lalu muncul ketika melihat keluarga kecil yang nampak begitu bahagia di hadapannya.

Lexia sangat rindu dengan keluarganya. Dirinya dan kedua orang tua kandungnya dulu sama bahagianya dengan keluarga tadi. Namun, semuanya berubah saat ibunya pergi meninggalkan Lexia dan ayahnya. Di awal-awal, sang ayah memang memberikan seluruh perhatiannya kepada Lexia. Tapi, lama kelamaan, Damar, ayahnya mulai lebih memilih perusahaannya dibanding putrinya sendiri.

Ketika sudah beberapa tahun berlalu dan Lexia sudah berubah menjadi wanita dewasa, barulah Damar kembali memperhatikannya seperti dulu. Pria itu mengajarkan segala hal mengenai Nugraha Grup kepada putri satu-satunya, sang pewaris tunggal.

Once in A Blue Moon - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang