Bab 5

2.3K 256 5
                                    

Gala mengerucutkan mulutnya ketika sekali lagi menatap cermin. Bukan, bukannya dia tidak suka dengan wajahnya. Wajahnya masih saja sama, tetap ganteng seperti biasa. Ia sebal karena harus berpakaian formal seperti ini. Satu suit berwarna hitam dengan kemeja biru laut sebagai dalaman.

Galaksi akan mewakili keluarganya untuk menghadiri salah satu acara amal tersohor di Indonesia yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Sebenarnya, Gala sangat tidak suka menghadiri acara seperti itu, namun apa daya. Tahun ini adalah gilirannya untuk datang setelah tahun kemarin orang tuanya.

"Cakep banget sih kakak gue." ucap Bintang yang tengah menyembulkan kepalanya di pintu kamar Gala. Gala langsung mendengus dan menyuruh adiknya itu untuk mendekat. Bintang yang tak memiliki prasangka apa pun menurut. Setelah wanita itu berada di jarak jangkau kakaknya, Gala langsung memiting adiknya gemas. "Gue emang cakep, nggak usah lo puji gue udah nyadar, Dek."

Bintang langsung diterpa badai kekesalan. Ia menggeram lalu menggigit tangan kakaknya yang berbalut lengan jas mehong.

Sontak Gala langsung mengaduh dan melepaskan pitingannya. "Lo keturunannya si Gatot Kaca ya, Tang ? Gigi lo dari besi kali, anjir lah sakit banget."

Bintang yang sudah berkacak pinggang terdengar mendengus. "Makanya, kagak usah cari masalah sama gue."

"Lah sejak kapan gue ngajak lo nyariin si masalah ?"

Kedua mata Bintang terpejam sejenak dan hembusan napas panjangnya terdengar.

Sabar, Bintang cantik. Kalo sabar dapet gebetan macam Theo James.

"Mending lo buruan berangkat, deh. Macet jalanan."

Galaksi kembali memberengut. "Dek, lo beneran nggak mau nemenin gue ?"

"Dih, ogah. Gue belum cukup umur ikut begituan."

"Hilih, udah mau seperempat abad juga."

"Bodo!" setelah mengucapkan itu, Bintang langsung melengos pergi, meninggalkan sang kakak yang menatap punggungnya dengan pandangan melas.

"Nasib, nasib."

~~~~~~~~~~

Kekesalan Gala sedikit memudar karena ternyata kedua teman sengkleknya datang juga sebagai perwakilan keluarga. Mereka bertiga kini tengah berbincang seru setelah mengambil beberapa makanan.

"Tumben kalian kagak bawa cewek." celutuk Gala yang tengah mengunyah kue klepon, jajanan pasar ijo berbentuk bulat kecil yang berisikan cairan nikmat berwarna putih kental eh coklat maksudnya. Yang ngerti apa cairan warna putih, fix,kalian kaum binal.

"Kalo bawa, entar gue nggak bisa cari mangsa, dong." jawab Bara setelah menyesap minumannya.

"Gue kemarin barusan putus. Belum sempet cari yang baru." sahut Dafa yang tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Galaksi mendengus. "Kalian ini, gampang banget pindah-pindah cewek. Kayak manusia purba yang nomaden."

"Yailaah, ni anak atu malah bahas pelajaran sejarah." balas Dafa seraya menabok keras pundak Gala.

"Kagak usah bikin otak gue mikir deh, Gala gala." protes Bara. Galaksi kini tertawa senang saat mendengar protesan temannya. Lalu, setelah tawanya reda, pria itu menatap serius kedua teman yang berjenis kelamin sama dengan dirinya.

"Kalian kapan mau serius aja sama satu cewek ?"

Bara dan Dafa saling berpandangan lalu dengan kompak menghembuskan napas lelah seraya mengedikkan bahu.

"Belum ada yang sreg, Gal." "Susah cari yang pas." sahut mereka berdua bersamaan. Galaksi sebagai penasehat juga ketularan murung, mengakibatkan ketiganya terdiam sambil menatap seksama lantai di bawah sana yang sama sekali tidak menarik.

Once in A Blue Moon - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang