Bab 17

2K 232 0
                                    

Rasa malu Lexia terus saja meningkat setelah kata-kata itu meluncur dari mulutnya. Apalagi saat dirinya sama sekali tidak mendengar godaan yang biasanya terlontar dari mulut Galaksi. Pria itu hanya memandangnya dengan penuh arti dan malah masih tetap membicarakan perihal kerja samanya dengan Sandra a.k.a ulat bulu.

Lexia rasanya ingin menenggelamkan diri ke inti bumi saat teringat dengan posisi duduknya yang sedang berada di antara Gala dan Sandra. Dia sudah sempat ingin bangkit, namun Gala malah menahan tangannya tanpa mengatakan apa-apa. Jadilah sekarang, dirinya menjadi seperti pacar pencemburu.

Setengah jam kemudian, akhirnya pembicaraan itu selesai. Sandra bangkit berdiri dan Gala sebagai tuan rumah mengantarkan partnernya itu keluar ruangan. Meninggalkan Lexia yang sedang memejamkan mata sembari mengumpati dirinya sendiri dalam hati berkali-kali.

Bodoh banget sih, Lex. Tolol,masa kamu mempermalukan diri sendiri.

Kekhusyukan Lexia dalam mengumpati diri sendiri harus buyar ketika telinganya menangkap suara dehaman Gala. Wanita itu membuka mata dan mendongak dengan takut-takut mengarah pada Gala.

Rasa malunya langsung bercampur dengan rasa sebal saat melihat Gala yang sedang menahan senyum. "Kenapa ?" tanya Lexia galak. Gala tidak bersuara dan malah kembali menduduki sisi kursi yang ia duduki tadi. Pria itu memposisikan dirinya sedekat mungkin dengan Lexia sebelum melingkarkan sebelah tangannya untuk merangkul Lexia. "Jadi, aku pacar kamu ya ?"

Lexia kembali mengumpat dalam hati. Ia lalu membuang muka ke samping agar tidak menatap wajah Gala yang sedang menampakkan ekspresi kegirangan. Kali ini, suara kekehan Gala terdengar. Pria itu menatap wanita di sebelahnya dengan ekspresi gemas. "Lihat aku dong, Lex. Pacar kamu ini pengen lihat wajah kamu."

Lexia berdecak. "Bisa nggak sih, kamu nggak mengulang-ngulang kata itu ?"

"Kata yang mana ?"

"Yang barusan kamu bilang." senyum geli Galaksi semakin melebar. "Oh, kata pacar maksud kamu ?"

Masih dengan mata yang menatap tembok, Lexia bergumam mengiyakan. Gala membiarkan keheningan menyelimuti mereka untuk sepersekian detik sebelum tangannya yang bebas bergerak menolehkan kembali wajah Lexia menghadapnya. Gala sedikit menunduk untuk menyejajarkan mata mereka. "Aku seneng. Ternyata, usaha aku selama ini terbayar."

Tatapan rasa sebal milik Lexia perlahan memudar. Gala lalu bertanya, "Kenapa, Lex ? Apa yang membuat kamu akhirnya mengakui aku sebagai pacar kamu ?"

Lexia tanpa sadar menelan ludah. Entah kenapa, kegugupan yang semula tak dia rasakan kini mulai datang perlahan melingkupi dirinya. Apalagi ditambah dengan tatapan Gala yang entah kenapa terasa menghanyutkan.

Setelah berdeham untuk membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba kering, Lexia berkata dengan nada pura-pura cueknya, "Aku nggak tahu. Mungkin, aku cuma kedorong untuk menyelamatkan kamu dari Sandra."

Gala menaikkan sebelah alisnya. "Menyelamatkan aku dari Sandra ? Sandra bukan penjahat kok, Lex. Dia nggak ada bawa senjata. Technically, aku nggak butuh penyelamatan dari kamu tadi."

"Aku pikir, kamu merasa nggak nyaman dengan sikap Sandra yang nempel-nempel sama kamu tadi." timpal Lexia setelah beberapa saat memikirkan alasan. Gala menurunkan tangannya yang tadi menempel di pipi Lexia. "Aku biasa aja tuh."

Rasa jengkel yang tadi sempat hilang kini kembali menyapa Lexia. Matanya menatap tajam Galaksi yang sedang menampakkan wajah santainya. "Dasar cowok! Semuanya sama aja, kalo ditempelin sama cewek pasti seneng-seneng aja."

Gala malah terkekeh. Ia lalu memajukan wajahnya. "Kesal, Lex ? Kamu kesal aku nggak merasa terganggu dengan kedekatan Sandra tadi ?" Lexia memilih untuk bungkam. Hal itu membuat Gala semakin merasa gemas untuk menggoda wanita di depannya ini. "Aku akan cari partner lain kalo kamu keberatan dengan Sandra."

Once in A Blue Moon - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang