Part 17 : End of D1

14 2 0
                                    

"Lo nggak lagi halu 'kok! Gue yang ngikutin."

Sontak Lea menoleh ke sumber suara yang berada tepat di sampingnya. "A-apa yang kau lakukan disini?"

"Mau bayar utang." singkat Devan.

Lea mengernyit bingung. Perasaan selama ia masuk sekolah ini, tak pernah sekalipun meminjamkan uang pada siswa lain.

Di sisi lain Devan melangkah menuju salah satu kursi yang berada dua meter dari tempat mereka berdiri. Langsung didudukkan pantatnya di permukaan kursi itu. Menoleh kearah Lea yang masih setia berdiri di tempatnya. Satu sudut bibir Devan terangkat, tersenyum gemas. "Mau dibayar sama apa?"

Lea membuang napas kasar, menggeleng tak paham. Ia berniat mengabaikan lelaki tidak jelas yang terus membahas tentang bayar utang ini. Tapi baru sekali melangkah, niatnya diurungkan oleh satu kalimat yang terucap dari lelaki itu. "Lo masih pacar gue!"

Mata Lea melotot penuh. Ia baru ingat kejadian menyebalkan yang ada di depan kamar mandi waktu itu. Jangan lupakan kejadian ia dilabrak beberapa ciwi-ciwi di depan kelas waktu itu. Tangan Lea mengepal kuat. Rasa geramnya muncul mengingat kejadian waktu itu. Matanya memicing kearah lelaki yang duduk santai dihadapannya.

"Jadi gimana? Gue utang budi waktu itu, dibayarnya mau pake apaan?"

Satu ide terbesit di otak Lea. Dan mungkin itu memang satu-satunya jalan agar semua berhenti disini. "Kita putus."

Raut wajah Devan seketika datar. Entah kenapa rasanya seperti ada yang tersayat di dalam hatinya. Padahal ia sendiri tahu kalau semua ini hanya palsu. Sebelum gadis dihadapannya pergi, tanpa ia sadari, satu kalimat godaan muncul di mulutnya. "Jadi selama ini lo anggep kita pacaran beneran?"

Semoga tak ada yang tau wajah Lea memerah saat ini. Tapi ia tetap tak mau kalah. "Kau itu mau apa sih? Tadi nanya mau bayar utang pake apa, sekarang malah dianggep candaan."

Jleb

Devan menggaruk leher belakangnya. Kenapa jadi ia yang kalah telak sekarang? Malu sekali rasanya. Yang bisa ia terima sekarang adalah gadis, ralat, mantan gadisnya yang melangkah pergi menjauhinya. Sedikit rasa kecewa karena ia tak bisa menahannya lebih lama. Tanpa disadari, ia senang berada di dekat gadis itu. Dan ia memastikan bahwa ia akan mengejarnya.

■■■

"PERHATIAAN!! BUAT SEMUA YANG ADA DI KANTIN INI MOHON PERHATIANNYAA!! BUAT HARI INI SEMUA MAKANAN YANG KALIAN BELI BAKAL DIBAYAR SAMA KEENAAN DALAM RANGKA KEMENANGAN TIM FUTSAL!"
Roni berkacak pinggang sok diatas salah satu meja kantin. Ia mengatur napasnya setelah berteriak-teriak.

Seluruh penghuni kantin bersorak gembira. Ada yang berseru senang menyebut nama Keenan, ada yang menari puas, juga pastinya yang berebut mengambil makanan di kantin. Kesempatan seperti ini mana ada datang selalu 'kan?

Di sisi lain Keenan yang baru dari kamar mandi kebingungan saat memasuki kantin. Pasalnya tiba-tiba ia mendapat ucapan terima kasih, selamat, dan bahkan ada yang menyalami tangannya. Ia melangkah menuju meja Angkasa dan kawanannya. "Woi, ini makhluk pada kenapa semua?"

"Udahlah Ken, sini duduk dulu sini!" Roni menarik tangan Keenan untuk duduk di sebelahnya. Ia pun bersiap memijat bahu Keenan untuk sogokan. "Sesekali, kita itu harus berbuat baik, apalagi sama temen kita sendiri. Ya 'kan?"

Kenaan melirik Angkasa yang hanya tersenyum kecut. "Ini semua kesambet setan kantin ya?"

Roni hanya tersenyum untuk membalasnya. Tiba-tiba saja ada gadis menggebrak meja Kenaan dkk.

"Kamu yang namanya Keenan 'kan?!"
Itu dia Anne.

"Lu siapa?" Keenan mengernyitkan dahi. Ada masalah apa lagi ini?

Gurl's [Omega High School]Where stories live. Discover now