Part 10 : Love Me Like You Do

38 7 0
                                    

"Ish.. harusnya gini aku masuk MIPA aja, biar bisa percobaan bikin ramuan penumbuh Yupi!!" gadis pencinta minions itu menghentak-hentakkan kakinya sebal. Belum sepuluh menit gadis itu duduk dibangku kelasnya, tiba-tiba adik kelas ganteng tadi menyampaikan pesan menyebalkan.

"Ini kenapa sih Kak Vanya?! Biasanya juga sok nggak kenal sama Anne! Tiba-tiba aja manggil-manggil!!" Anne merogoh kantung roknya mencari keberadaan makanan kecil yang sangat ia cintai.

"Tuh kan, Yupi Anne habis!!" yang menghabiskan siapa, yang marah-marah siapa. Kakinya tetap terhentak-hentak sampai rasanya lantai sekolah itu meronta minta tolong untuk tidak terlalu sarkas dalam berjalan.

"Lea itu kelas apa lagi? Dia asalnya mana sih?! Kenapa gak satu kelas aja sama Anne?! Bikin capek tau gak!" fix, ini ditetapkan sebagai hari marah-marah atau bagaimana?

"Ngapain malah nyalahin kelas, mangkanya dicari yang bener!" cewek yang sedang melipat jas OSIS itu mendekat, menyamakan posisi dengan gadis yang sedang menatap dengan mata bulatnya itu.

"Lea ya? Iya! Lea, kan?" Lea hanya mengangguk santai.

"Dengerin yaa... Anne tuh kesel banget hari ini! Pertama waktu berangkat tadi, Tara dengan ngga ada akhlaknya melindas kaki Anne yang cantik pake motornya. Kedua, Anne capek soalnya tadi Anne main bekel kalah, udah capek mau duduk, ada panggilan dari Kak Vanya. Dan yang ketiga! Permen Yupi Anne habis dong!" nafasnya naik turun setelah mengucapkan kata sebanyak gerbong kereta dengan satu tarikan nafas. Lea menatap gadis itu heran. Ternyata makhluk seperti Anne tak hanya ada di novel non-fiksi miliknya.

"Ya.. terus?" singkat Lea.

"Ya.... intinya Anne kesel!" Anne menatap sebal.

"Kamu ngapain cari aku? Ada perlu apa?" tanya Lea setelah membuang nafasnya pelan.

"Ada adik kelas ganteng unyu-unyu tadi nemuin Anne. Terus dia bilang Kak Vanya ada perlu sama anak literasi. Tapi ya Lea.. Kak Vanya itu nggak pernah nyapa Anne! Sok kenal banget dia milih Anne buat tugas literasi!! Padahal kamu tau dia itu ketua tim literasi, kenapa nggak dikerjain sendiri aja coba?!" tuturnya sinis. Tangannya kini sudah dilipat didepan dadanya.

"Lagian ya, setahuku, Kak Vanya itu pilih-pilih gitu orangnya! Katanya Tara sih, dia cuma pilih temen yang uang jajannya seratus ribu keatas. Terus ya, kamu tau nggak kalo Kak Vanya itu sinis banget orangnya. Gak mau temenan sama anak anak kalangan bawah. Ih.. dia tuh..." rupanya bibit ibu-ibu rumpi sudah tertanam kuat dijiwa Anne.

"Ya bagus dong dia pilih kamu! Berarti seenggaknya kamu nggak kelihatan miris dan hidup kekurangan. Katamu Kak Vanya gak mau temenan sama orang kalangan bawah?" Lea menghentikan kritikan pedas Anne. Takut jika diteruskan nanti ada yang dengar dan jadi masalah. Sedangkan gadis itu mulai menimbang-nimbang perkataan Lea seraya mereka berdua mulai melangkah menuju ruang literasi.

"Tapi tetep aja! Tau nggak kalo Kak Vanya itu pernah.." Lea sebenarnya tidak suka bergosip, sangat tak suka.Tapi ya sudahlah, satu kesempatan ini dia menjadi tukang gosip pasif. Kebanyakan tuduhan dari mulut Anne berasal dari 'katanya Tara tuh ya'. Lea jadi penasaran Tara itu ada keturunan lambe turah atau bagaimana? Penting diketahui lagi, kalau Tara itu cowok. Apa perlu Lea peringatkan untuk kesehatan jiwa Anne agar tidak sering bergosip dengan Tara. Oke, sebenarnya itu tidak penting.

"Parah parah parah!! Dia bener-bener kan, Le?" Lea hanya mengangguk pasrah. Lelah juga menghadapinya.

"Eh eh.. tunggu! Anne ambil flashdisk Anne di ruang radio dulu!" kemudian Anne berjalan melompat-lompat ke ruangan itu.

Sebenarnya faedahnya apa? Bukannya lebih baik berjalan santai untuk menghemat energi. Lea heran melihat gadis itu, sehabis bergosip dengan kuat, melihat batrainya masih 100% rasanya penasaran, makan apa makhluk itu. Lea menyadari satu fakta lagi, suara radio yang biasanya memeriahkan jam istirahat siswa-siswi Omega High School itu, suara Anne.

Gurl's [Omega High School]Where stories live. Discover now