Part 4 : Interview

67 5 0
                                    

"Tau ah.. apasih Kak Noval! Gajelas banget!" Anne mengeluh sepanjang jalan sembari memakan permen jelly dinosaurus miliknya.

"Oke, yang paling ringan dulu, aku nemuin perwakilan OSIS. Anak OSIS yang ramah pinter cakep siapa ya?" Kaki Anne berbelok menuju ruangan OSIS. Mungkin dia tidak perlu memilih, mereka yang akan sukarela ikut pikirnya.

"Permisi, boleh masuk?" Anne mengetuk pelan pintu ruangan dengan wangi kopi itu.

"Masuk! Ada keperluan apa?" Tanya seorang cowok yang terlihat manis, mungkin.

"Mm.. aku dari tim jurnalistik. Jadi aku mau ambil satu anak OSIS, buat wawancara," jawab Anne.

"Gue rasa, tadi anak OSIS udah ada yang kesana. Jadi lo ga perlu panggik lagi," Kedengaran biasa saja, tapi itu membuat Anne sedikit jengkel. Sangat songong pikirnya. Lupakan Anne yang menyebutnya manis.

"Oke, kalau gitu permisi.." Anne pergi meninggalkan ruangan yang dianggap mistis bagi sebagian murid bandel. Langkahnya terhenti merasa posisinya sedang dituju oleh 2 orang kakak kelas.

"Eh. Anne kan? Itu kata Noval nanti kita yang wawancara. Lo cukup kumpulin narasumber yang udah direncanain aja!" Anne mendengus pelan lalu mengangguk.

"Yaudah gue duluan. Jangan lupa sejam lagi ya.." Anne kembali mengganguk dan mengerucutkan bibirnya.

"Ih, senyum dong cantik.." goda cowok yang sedari tadi cuma diam. Dia tersenyum jail.

"Yodah kak, aku berangkat dulu. Doain ketemu jodoh di jalan!" ucap Anne sambil terkekeh.

"Eh, lo ada ke anak robotik, kan? Tau Risa nggak? Titip salam nih dari Erlangga" Anne menoleh tidak lama kemudian kedua cowo itu main baku hantam.

Benar. Sekarang dia harus menemui anak robotik yang kemarin dia wawancarai itu. Siapa namanya? Rasa? Rasih? Perasaan 1 menit yang lalu dia dengar. Ah sudahlah, Anne berlalri kecil menuruni anak tangga dan menuju ruang pengumuman untuk memanggil gadis robotik itu.

"Panggilan ditujukan untuk Ratih XI-MIPA 1 diharap menuju ruang pengumuman.." tiba-tiba pundak Anne di tepuk oleh Pak Anam

"Namanya Risa. Bukan Ratih Annee!" Pak Anam tertawa kecil.

"Oh.. mohon maaf. Panggilan ditujukan untuk Risa XI-MIPA1 diharap menuju ruang pengumuman. Sekali lagi, Risa XI-MIPA1" Anne melepas tawa setelah mematikan mic pengumuman.
Tak lama, Risa datang, gadis manis yang memiliki mata besar dan alis tebal itu membawa beberapa buku catatan.

"Eh. Ratih ya?" Risa hendak membenarkan tapi keburu dilanjut.

"Aku mau wawancara ulang tapi bedanya ini rame-rame, yuk!" Anne menggandeng tangan Risa akrab. Risa yang merupakan tipikal orang yang sedikit sinis, mulai berpikir, sok akrab sekali gadis ini.

"Eh bentar, ini ditaruh dulu bukunya.." Risa meletakkan beberapa catatannya di salah satu meja kantor.

"Eh iya, selain anak robotik.. kemarin PMR juga unggul kan? Menurut kamu, siapa perwakilan dari PMR?" Tanya Anne.

"Mm.. Ada! Alsava namanya, dia satu kelas sama aku. Jabatan di PMR cukup tinggi buat perwakilan.." usul Risa.

"Oke! Kita let's go ke kelas Kasava!!" Sudah salah, suaranya keras. Tadi Ratih, sekarang Kasava, dia pikir singkong? Batin Risa.

■■■

"Eehm..jadi beneran kemaren anak kelas sebelah kamu tolak?" tanya Ilyas yang duduk dihadapan Lea.

Dahi Lea berkerut. Kenapa pembahasan jadi diluar topik? Sebenarnya kalo Lea mau, dia bisa meninggalkan Ilyas sendiri di kantin saat ini. Sudah hampir satu jam tak ada tanda-tanda kedatangan tim jurnalistik. Saat mereka di ruang tim jurnalistik katanya akan diadakan wawancara di kantin. Alhasil disinilah Lea dan Ilyas menunggu, berdua!

Gurl's [Omega High School]Where stories live. Discover now