Part 15 : GURL'S

17 2 0
                                    

Setelah berdebat dan mengantre di bazar makanan, sekarang mereka beralih ke lapangan futsal. Cuaca semakin panas, teriakan para fansclub juga tak kalah membara. Tempat duduk penonton bahkan hampir tak ada sisa. Kini tiga gadis itu tengah berkeliling mencari tempat duduk yang aman, nyaman, dan damai ditengah kerumunan masyarakat penelan TOA. Bahkan sesekali mereka kena teriakan karena menghalangi pemandangan saat mereka lewat. Mau bagaimana lagi?

"Enggak Anne!! Disitu bakalan panas, sebentar lagi matahari terik-teriknya loh?!" perdebatan apa lagi ini. Rasanya mereka terlalu banyak konflik.

"Tapi Risa, disitu nanti kita gak burem liatnya! Bisa jelas mata Anne liat Kak Jeko nendang bola sampe nyusruk-nyusruk," Sava mendengus pasrah sambil membawa tiga botol teh dingin, dan camilan yang penuh di kantung kresek yang ia bawa. Terniat sekali mereka nonton sampai bawa camilan yang lumayan banyak.

"Oke-okee! Di depan tapi agak minggiran dikir deket tiang!" Risa mencoba bernegoisasi. Pasalnya ia paling bermusuhan dengan panas matahari. Bukannya alay, ia memang mudah pusing.

"Oke. Tapi camilan yang chocochips tadi bagi dua sama Anne?" sempat menyesal Risa menawarkan sesuatu. Tapi demi menyelamatkan kepalanya, Risa turuti makhluk satu ini. Anne berjalan semangat menuju tempat duduk yang ia dapat dari musyawarah hebat.

"Sini Sava!! Udah aku bersihin," Anne tersenyum manis. Sava menurut saja duduk diantara mereka, mencegah pertengkaran barangkali. Sedang Risa menatap curiga, kenapa si rubah licik ini baik? Ternyata..

"Sini cemilannya Anne bawa,"

ohh.. cemilan.

"Heh! Pokoknya aku yang chocochips sama kiripik pedes itu ya, nggak mau tau!" peringat Risa.

Sava menghela nafas kesekian kalinya, kemudian menarik kedua sudut bibirnya. Entahlah, ia sangat tidak suka hal berisik. Tapi mendengar Risa dan Anne bertengkar rasanya berbeda. Ia tak ingin ambil pusing, setelah meneguk minumannya, ia memilih mengedarkan pandangan sekitar.

Sebentar, mata Sava menangkap tubuh cowok yang sedang menatapnya sambil melakukan peregangan badan. Tunggu, cowok itu menatapnya? Sepertinya wajah itu pernah ia lihat? Dan ia...?

Keenan?

Kemudian matanya beralih ke mulut cowok itu, 'Apa lo liat-liat?' Lantas Sava memutus kontak mata malas. Ada masalah apasih cowok itu?

"Ngomong-ngomong, kamu pengen lihat Kak Jeko?" Sava bertanya setelah mengingat Anne sempat menyebut nama kakak kelasnya itu.

"Iya. Pengen liat Kak Jeko nyusruk! Tau gak kalian, Kak Jeko China itu nyebelin! Dia 'kan jual alat elektronik di deket komplek, Anne kemaren beli lampu, terus kita berantem tau!" jelas Anne kesal.

"Dasar biang masalah!" bukan suara Risa, bukan pula suara Sava.

"ZIVA?!" Anne berteriak, terkejut sekaligus kesal. "Balikin yupinya!"

"Udah ketelen," kemudian Ziva menjulurkan lidahnya meledek. Anne sudah tarik napas buang napas saja. Hendak marah tapi dihentikan oleh pluit wasit. Permainan dimulai, dapat dilihat para pemain sudah sangat sengit merebut bola.

"Siapa nih yang menang?" Risa nyeletuk sambil memasukan kripik kedalam mulutnya.

"Siapa lagi kalo bukan tim Si Keenan sama Angkasa? Sampe sekarang itu masih menjadi sebuah kepastian," sahut Ziva jago. Permainan semakin memanas tatkala tendangan cantik Keenan berhasil membobol gawang lawan.

"GOOOOLLLL!!!" seketika Ziva, Anne, bahkan Risa pun heboh. Sava bertepuk tangan senang, tidak terasa seseru ini saat nonton pertandingan.

"BU BOS SEMANGATIN!" Keenan berteriak heboh kearah Ziva.

Gurl's [Omega High School]Where stories live. Discover now