Part 7 : Secretum

32 6 3
                                    


Kompor gas habis, kulkas kosong, mobil mogok, angkutan umum penuh, hp ketinggalan, Si Bulan baru kemarin datang, matahari ntah kenapa ikut-ikutan jadi terasa makin panas.

Pagi yang indah, bukan?

Lea menghembuskan napas kesal. Kenapa hari ini Dewa Apollo tidak berpihak padanya? Alhasil keringat bercucuran dari ujung rambut hingga ujung kaki Lea. Bukan jarak yang dekat berjalan dari rumahnya menuju sekolah. Untung saja lima menit sebelum bel bunyi, langkahnya telah sampai di pintu utama.

Lea berjalan melewati koridor kelas X seperti sedang dikejar hantu. Tergesa-gesa tapi dengan wajah yang mengerucut bukan ketakutan. Mengabaikan adik kelasnya yang menatapnya iba. Sampai ia tiba di kelasnya dan mendaratkan tubuhnya di kursi.

"Pantesan indra penciumanku terganggu, ternyata disini sumbernya!" ucap Malvin yang dihadiahi pelototan oleh Lea.

"Diem deh, Vin!"

"Lagian abis ngapain sih? Kayak orang kehujanan tau nggak," tanya Malvin bingung.

"Coba deh bayangin, tadi ak--auh!!" Lea merasa ada sesuatu yang lumayan keras yang mendarat di punggungnya.

"Eh, sorry! Nggak sengaja kelempar, hehe.." ingin rasanya Lea berkata kasar pada temannya itu. Tapi demi menjaga martabatnya ia hanya menghembuskan napasnya dan mengatakan baik-baik saja.

"Jadi kenapa tadi?" Malvin sejak kapan jadi orang yang kepo begini? Baiklah, mungkin Malvin bisa dijadikan Lea untuk meluapkan emosinya.

"Mulai tadi pagi, ada aja masalah! Tadi ak--" oke, jangan hentikan Lea yang akan meledak.

"Leaaa..ada yang nyariin!" teriak salah satu temannya dari luar kelas.

Niatnya yang ingin meledak tadi ia urungkan. Rasa kesal digantikan dengan rasa penasaran yang menggebu. Siapa yang mencarinya se-pagi ini?

"Loh, kok tumben kesini?" tanya Lea setelah mendapati siswa didepannya.

"Yah emang nggak boleh! Lagian ditelpon daritadi nggak diangkat! Aku kira nggak masuk," jawabnya menoyor kepala Lea.

"Ihh apaan sih, bang! Lagian kenapa nyariin?"

"Ada yang mau aku omongin, ntar pulang sekolah bareng ya!"

"Lah, kenapa nggak sekarang aja? Atau istirahat nanti?" Lea tak mau ribet.

"Yang ada anu cemburu! Lagian ini privasi, jadi nggak boleh sembarangan,"

"Masih awet bang sama anu? Aku sih oke aja!" Lea menahan tawanya.

"Yaudah, kalo gitu Lea masuk ya, bang?" anggukan tipis diterima Lea sebagai persetujuan.

"Eh, Lea!" panggilnya setelah Lea berbalik.

"Apa lag--eh? Ngapain bang?" Lea melotot, terkejut karena tiba-tiba sebuah jaket dipasangkan ditubuhnya.

"Tingkahnya itu dijaga ya ibu wakil! Cewek tapi pecicilan! Ini kenapa sampek ada bekas penghapus papan tulis disini!" katanya setelah berhasil memakaikan jaket ditubuh Lea.

Lea berpikir sejenak, "Ooh..ini tadi nggak sengaja temenku mainan,"

"Yaudah balik sono! Katanya takut anu cemburu, tapi malah ngasih aku jaket!" dorong Lea mengusir makhluk didepannya.

"Dasar nggak tau terima kasih! Yaudah, bye.."

Lea tersenyum sebelum balik ke kelasnya. Wajahnya berseri, hatinya berbunga-bunga. Andaikan Lea memiliki abang seperti dia. Yang akan melindunginya dimanapun.

■■■

"Rif, udah jangan kayak orang stres gini dong!!" Anne miris melihat Arif termenung tidak berdaya.

Gurl's [Omega High School]Where stories live. Discover now