Freya mendengar keluarga Zenya mengupah seorang Event Organizer yang biayanya selangit demi kelancaran persiapan acara, sedangkan keluarga Alvaro menyumbang bagiannya dalam anggaran yang pastinya sangat besar, bahkan keluarga Winnie dan Afin juga turut serta meski Freya menolak bertanya karena tidak sanggup mendengar jumlahnya.

Bagaimanapun, berkat mereka semua, acara tersebut benar-benar menjadi lebih sempurna dan selesai disiapkan tepat pada waktunya.

Mereka yang memilih hadir berpasangan harus mengabsen ke panitia dan menyamakan warna busana yang akan mereka kenakan bersama pasangan. Oya, mereka yang berpasangan juga dituntut untuk mengenakan gaun ala princess dan prince karena desas-desus yang terdengar, katanya ada kaitannya dengan berdansa pada salah satu sesi di dalam acaranya.

"Mati gue! Gue nggak bisa dansa!" pekik Freya, mulai tidak berselera makan karena mengalami stres mendadak.

Afin tertawa mendengarnya. "Gue juga mampus, dong, karena punya pasangan yang nggak bisa dansa."

"Sori banget," ucap Freya dengan nada bersalah sebelum menyatukan tangan di depan Afin sebagai isyarat untuk meminta maaf. "Gue payah. Gue bakal bikin lo malu. Gimana, dong?"

"Gue cuma bercanda, kok. Nggak usah dipikirin, yang penting penampilan lo harus oke. Mumpung lo punya pangeran di pesta, lo juga harus jadi putri yang cantik biar nggak malu-maluin."

"Tenang aja, Fin. Soal itu lo nggak perlu cemas. Mama gue hebat dalam hal ini. Warna kemeja lo merah, 'kan? Gue udah siapin dress merah buat cocok-cocokin sama lo. Gue akan buat lo jatuh cinta sama gue," kata Freya pede dengan memberikan isyarat lewat jari telunjuk dan jempol yang ditudingkan ke Afin seakan jarinya adalah pistol yang dia tembakkan ke jantungnya. Freya juga tidak lupa meniup ujung jari telunjuknya dengan gaya keren.

Pada malam hari H acara mereka, Afin benar-benar sangat ganteng dengan kemeja berwarna merah berlengan panjang yang lengkap dengan dasi berwarna senada, juga terdapat ukiran bunga di dasi tersebut. Rambutnya disisir lebih rapi dari biasanya, memaksimalkan penampilannya.

Sementara Freya, rupanya dia tidak bermain-main atas janjinya yang akan menjadi seorang putri cantik dan tidak akan malu-maluin Afin. Cowok itu sempat melongo saat melihat penampilan Freya.

Freya mengenakan gaun berwarna sama dengan kemeja Afin meski warna yang sama hanya sebagian pada bagian roknya. Bagian atasannya berlengan panjang dengan bahan transparan berwarna putih sehingga kulitnya terekspos, tetapi masih terlindung oleh pakaiannya. Tubuhnya yang mungil dipadankan dengan rok mini circular di atas lutut membuatnya tampak adorable seperti boneka mini.

"Lo pake rambut palsu, ya?" tanya Afin, yang masih takjub dengan penampilannya.

Freya mengangguk. "Tuan Putri itu rambutnya panjang. Rambut pendek gue nggak mungkin cocok kalo pake gaun kayak gini. Tenang aja, udah gue jepit kuat, kok, nggak bakal lepas."

"Ada bando juga. Lo bisa imut juga ternyata," puji Afin, melirik bando yang tersemat di antara rambutnya.

Afin ternyata memang se-gentleman itu karena menyadari langkah kaki Freya yang agak canggung gegara high heels-nya. Cowok itu menawarkan lengan yang disambut Freya dengan cengiran lebar.

"Thanks, Prince."

"My pleasure, Princess."

⭐⭐⭐

Alvaro mengenakan jas setelan berwarna merah hingga ke celana panjangnya, dengan dalaman berwarna merah muda. Tampilannya benar-benar resmi, membuatnya ganteng maksimal.

Alvaro sudah yakin Winnie pasti cantik dengan balutan dress, tetapi cowok itu tidak sadar kalau dia masih bisa terpana dengan penampilan Winnie yang sangat cantik dengan warna dress yang senada dengan jasnya.

Gaun itu berbahan dasar brukat dari atas hingga bawah, dihiasi pita besar pada bagian lehernya. Panjang gaun itu sebatas lutut, mengekspos kaki jenjang yang dibalut dengan sepatu yang mempunyai tali pada ikatannya. Rambut Winnie digerai dan dibuat gelombang sehingga tampak ber-volume dan beda dari biasanya karena rambut Winnie yang aslinya lurus.

"Lo cantik banget," puji Alvaro bersungguh-sungguh.

Winnie tersenyum. "Lo juga cakep banget."

"Woya jelas, karena gue harus disetarakan sama lo," kata Alvaro sebelum menyelipkan jemarinya di antara jemari Winnie untuk berbagi kehangatan.

Winnie sudah terbiasa sehingga tidak menolak. Dia bahkan membalas genggaman tangan Alvaro, membuat cowok itu tersenyum lebar.

⭐⭐⭐

Renata menolak untuk dijemput sehingga Andro menunggunya di gerbang sekolah. Herannya, Ars juga berada di sana, entah sengaja menunggu Renata atau kebetulan, tetapi keduanya otomatis melongo saat melihat sosok Renata yang berjalan mendekati mereka.

Penampilan Renata sebenarnya sederhana saja; rambutnya diikat ekor kuda dengan bando telinga kelinci yang disematkan di antara rambut yang membuatnya tampak berbeda dari biasanya karena selalu menggerai rambut. Gaunnya berwarna peach dengan aksesoris mutiara di sekitar pinggang dan hiasan pada atasannya dekat leher, bahkan ada pita berwarna biru muda yang tersemat di bagian tengahnya. Cewek itu juga memakai sarung tangan berwarna putih, yang benar-benar memunculkan sisi femininnya malam ini. Walau memakai high heels yang ukurannya agak tinggi, tubuh adorable-nya tetap saja mendominasi.

"Kenapa lo pake warna hitam? Bukannya kita harus samakan warna setelan kita?" tanya Renata pada Andro sewaktu mendekat. "Malah kalian berdua yang pake warna jas yang sama, bahkan desainnya juga. Nggak mungkin kalian yang berpasangan, 'kan?"

Andro dan Ars menatap satu sama lain dengan jijik.

"Sori, ya, gue nggak ikutin dia. Kebetulan aja sama," kilah Andro. "Warna hitam itu kan netral, Ren. Jadi gue nggak salah, dong, milih hitam."

Renata hanya mengangkat kedua bahunya dengan cuek sebelum mengaitkan tangan ke lengan Andro untuk mengajaknya masuk ke dalam, mengabaikan ekspresi kesal Ars yang terabaikan.

Ars menghela napas pada akhirnya. "At least, I must do my best for my performance, as my price to pay for no partner besides me."

Bersambung

Meteor in Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang