10. Tell the pain more painful

405 93 191
                                    

• R E A L •

Bukannya tidak ingin, hanya saja mengungkapkan rasa sakit itu lebih menyakitkan
- Aliana

🌹🌹🥀🌹🌹

Deru napas Renjun memburu menatap beberapa orang di depan ruang rawat inap gadisnya. Renjun berjalan menghampiri sang Mamah yang tengah berbincang dengan dokter dan seorang pria dewasa.

Renjun mengerutkan kening, "siapa?" tanyanya tidak suka kepada pria itu.

"Saya Ayah Aliana," balas pria itu disertai senyum hangat.

"M-maaf telah berlaku tidak sopan," ujar Renjun menundukkan kepala, entah kenapa ia menjadi gugup. Renjun melirik sang Mamah yang menertawakan dirinya tanpa suara, mengejek.

"Ehem, kamu nggak ganti seragam dulu? Baru pulang sekolah langsung ke rumah sakit? Ah, pasti kamu khawatir sama Aliana ya?" tanya sang Mamah yang entah kenapa terasa memanas-manasi.

Jon tertawa menepuk pundak Renjun, "putriku sudah sadar, kamu boleh menjenguknya di dalam," mengedikkan dagu menunjuk kamar ruang inap Aliana.

Entah kenapa jantung Renjun berdegup begitu cepat, ia menjadi salah tingkah sendiri. Ia hanya mengangguk sebelum akhirnya membuka pintu yang ada di depannya ini.

Renjun menganga melihat pemandangan di depannya ini, Aliana terlihat duduk diatas ranjang dengan Sera yang duduk di sebelahnya mengepang rambut Aliana dengan tangan kecilnya asal-asalan. Di satu sisi lainnya terlihat Tasya yang juga berdiri mengepang rambut Aliana. Mereka bertiga tertawa bersama.

"Abang!" seru Sera yang membuat Renjun semakin menganga. Pasalnya adiknya ini tidak bisa berbicara bahasa Indonesia dan sekarang adiknya memanggilnya 'abang', biasanya Sera memanggil Renjun dengan sebutan gēgē.

*Gēgē : kakak laki-laki (abang) dalam bahasa China.

Renjun menghampiri mereka, "siapa yang ngajarin kamu manggil gēgē 'abang'?" tanyanya kepada Sera, yang ditanya hanya memiringkan kepala tidak mengerti.

"Gue yang ngajarin, kenapa masalah?!" balas nyalang dari Aliana. Mereka berdua bertatapan, Aliana menatap Renjun menantang sedangkan Renjun menatap Aliana datar.

Tasya meringis, memandang Renjun dan Aliana secara bergantian, "Sera, do you want ice cream? Come on, lets buy together" tanya Tasya kepada Sera, mereka berdua harus pergi dari sini.

"Ice cream? Yes I want," matanya berbinar, Sera turun dari ranjang pasien Aliana, menggenggam tangan Tasya keluar dari kamar ruang rawat inap Aliana.

Mereka masih bertatapan, Aliana masih mendongak menatap Renjun menantang. Renjun menghela napas melihat penampilan Aliana yang menggunakan baju pasien rumah sakit ditambah rambut sebelah kanan yang terkepang rapi hasil kerja tangan Tasya, sedangkan rambut bagian kirinya hanya terkuncir asal-asalan hasil kerja tangan Sera.

Renjun memejamkan mata, Aliana bukannya terlihat seperti pasien rumah sakit akibat kekerasan tetapi malah terlihat seperti pasien rumah sakit jiwa. Renjun membuka mata, berjalan menuju sisi kiri Aliana.

Mengambil sisir yang berada di atas nakas, melepas rambut yang dikuncir asal-asalan oleh Sera, "kamu tahu? Kamu terlihat seperti pasien rumah sakit jiwa," ucapnya lembut dengan tangan bergerak menyisir lembut rambut Aliana.

REAL - It's DifferentWhere stories live. Discover now