Aliana

998 256 404
                                    

My first work

Kritik dan saran kalian sangat membantu, jangan lupa voment.
Typo? tolong diingatkan ya. Terima kasih :')
Selamat membaca♥

 Terima kasih :')Selamat membaca♥

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• R E A L•

Sungguh memuakkan, benar-benar memuakkan. Jam baru saja menunjukkan pukul 12.00 dini hari dan terhitung sudah ada 3 rentenir dirumahnya untuk menagih hutang.

Gadis bersurai legam itu memejamkan matanya rapat-rapat menahan diri untuk tidak mencakar wajah rentenir, dan mengomel pada kedua orang tuanya. Menahan emosi yang sudah diubun-ubun.

"Bisa ngga kalian gausah hutang lagi, percuma kalian hutang buat bayar hutang, gitu aja terus. Sama aja kaya gali lobang tutup lobang" omelnya keluar dari kamar setelah rentenir itu pergi.

"Kamu tahu apa? Masih kecil juga" ucapan ayahnya sebelum berlalu menuju meja dan menyesap kopi. Oh astaga.

"Mangkanya kamu seharusnya bantu kerja, ngapain cape-cape sekolah" Ibunya bahkan ikut mengomelinya dan apa Ibu tadi bilang. Ya Ibunya hanya lulusan SMP dan pikirannya tentang tidak pentingnya pendidikan sungguh miris.

Aliana memijat pangkal hidungnya merasa pusing, bahkan ia merasa matanya memanas. Pergi menuju kamarnya dan menutup pintu, ah sial. Ia terlalu emosional ketika menyangkut keluarganya.

Ayahnya dulu seorang kepala kontraktur punya beberapa anak buah, ketika ada proyek di Surabaya ayah rugi besar karena proyek tiba-tiba dibatalkan. Semua anak buah pergi meninggalkan ayah, dulu ia masih duduk di bangku sekolah dasar dan tidak mengerti tentang hal itu.

Tapi sekarang ia sudah mengerti, bahkan keluarganya mulai kacau dengan hutang dimana-mana. Untuk sekarang ayah bekerja serabutan terkadang juga menjadi sopir carteran.

Sementara sang ibu mengelola rumah makan, ya rumah makan peninggalan neneknya. Setidaknya keluarganya masih punya penghasilan tetap, meski harus dibagi dengan kebutuhan pokok dan tentunya untuk bayar hutang.

Aliana menyeka air matanya ketika ponselnya berdering. Ah akhir-akhir ini ia terlihat sangat lemah. Ia benci itu.

"Hm?"

"Jemput dong, udah selesai nih" suara adiknya di seberang sana.

"Nebeng temen lah, atau naik angkot sana. Lagi berak nih ganggu aja" Bohong, padahal ia sudah mengambil kunci motor.

"Ewh jijik kak, cepet ah. Berak mulu" ia yakin adiknya itu tengah menutup hidung dengan ekspresi jijik.

"Iya Neng. Jan lupa bayar ya" ucapnya sebelum mengakhiri sambungan.

Aliana mengambil kunci lalu mengenakan masker, rumahnya dan tempat latihan adiknya tidak cukup jauh, sekitar 3-5 menit.

Gadis remaja yang berdiri dipinggir jalan dan masih mengenakan pakaian taekwondo itu pun menoleh ketika mendengar bunyi nyaring dari klakson yang memang sengaja dibunyikan oleh sang kakak.

REAL - It's DifferentWhere stories live. Discover now