02. It's Hurt!

585 195 346
                                    

My first work

Selamat membaca,
Enjoyy

R E A L •

Malam ini, malamku tetap sama hanya ditemani lara tanpa adanya tawa.
- Aliana

🌹🌹🥀🌹🌹

Membiarkan angin malam memasuki kamarku melewati jendela kamar yang memang sengaja kubuka. Dua hari yang lalu aku sudah menyelesaikan masalahku, tentang pengumpulan LPJ dan tanggung jawab sebagai panitia MPLS.

Apa memang seperti itu cara kerjanya? Ketika kita sudah menyelesaikan satu masalah maka, ada masalah baru yang akan datang. Seperti bergilir, mengantri untuk diselesaikan.

Aku memejamkan mata menikmati angin malam menerpa wajahku. Seakan membiarkan angin itu masuk dan pergi membawa keluh kesahku. Keheningan, kesunyian malam entah kenapa aku menyukainya.

Hari ini keluarga mendapat kabar duka. Kakekku, ayah dari ibuku terkena serangan jantung dan harus dilarikan ke rumah sakit. Bibi menelefon ibuku, menyuruh ibu dan ayahku pulang ke rumah kakek nenekku, tentu saja ayahku dan ibuku harus pergi keluar kota.

Membuat ayahku harus membatalkan jadwal untuk menjemput bosnya di Bandara, berakhir dengan ayahku yang harus mendapat cacian dan pengurangan gaji, padahal bosnya memiliki pengganti sopir cadangan.

Bos sialan, jika saja itu bosku sudah kusobek mulutnya.

Ditambah lagi Ibuku yang juga harus menutup warung makan selama beberapa hari. Karena lusa kedua orang tuaku harus pergi ke kota kelahiran ibu, mereka pergi sekitar tiga hari.

Membuatku berpikir lalu bagaimana orang tuanya itu mendapatkan uang untuk bayar hutang dan makan sehari-hari. Warung makan ibuku  juga tidak terlalu ramai, ya karena di jaman sekarang cafe-cafe di kota lebih diminati.

Aku membuka mata mengadah menatap kelamnya langit yang terlihat cantik karena bulan purnama yang begitu sempurna, ditambah adanya kerlipan bintang-bintang. Bulir-bulir air mataku jatuh, turun dengan derasnya.

Aku berdoa dalam isak tangis, berdoa agar aku menatap sang rembulan dan bintang dengan tawa bukan lara. Tak apa walau hanya untuk sementara.

Terisak di keheningan malam memang sudah biasa untukku, setidaknya topengku akan terlepas ketika malam. Topeng yang menunjukkan betapa lemahnya diriku.

Menoleh ke arah jam yang berada di atas nakas kamarku, tidak terasa sudah pukul 00.57 dini hari. Sepertinya subuh nanti aku harus mengompres mataku agar tidak terlihat bengkak.

🌹🌹🌹

Sudah satu jam pelajaran berlalu, tetapi guru Bahasa Indonesianya ini tetap tidak membahas materi sama sekali. Hanya bercerita tentang kisah hidupnya, masa mudanya, dan hal-hal random lainnya.

“Gimana pak kok bisa ketemu sama si bundo.” Celoteh teman sekelasku memancing Pak Sucipto agar menceritakan kenangan awal kisah cintanya dengan istrinya yang diberi panggilan sayang ‘si bundo’.

Memutar bola mata malas, sungguh cerita itu sudah diceritakan beratus kali ketika aku duduk dikelas 10. Apa Pak Sucipto tidak sadar, atau memang beliau suka bercerita.

REAL - It's DifferentWhere stories live. Discover now