08 - Murid Baru

170 24 2
                                    

Pic on mulmed : Rafael Miller as Rafael Joshua

Happy reading all ❤

⬇️⬇️⬇️


"WHAT?!!!"

Teriakan Rena dan Auryn memenuhi kamar Elena. Mata kedua gadis itu membulat sempurna dan menatap Elena tidak percaya. Gadis itu hanya tersenyum malu, memeluk boneka stich kesayangannya dan bersandar di tempat tidur.

Setelah pulang dari padang bunga dandelion, Elena langsung menghubungi kedua sahabatnya dan meminta mereka untuk datang secepatnya jika segala urusan mereka sudah selesai.

"Setelah ia mengajakku kencan, aku hanya bisa mengangguk. Rasanya, aku ingin terbang tinggi lalu meledak saat itu juga," cerita Elena kembali, lalu menunduk dan melihat kedua tangannya.

"Aku masih bisa merasakan tangannya, bagaimana ia mengenggam tanganku dengan erat, d-dan... ia menatapku dengan mata indahnya. Oh my God!!!" pekik Elena lalu menutup wajahnya yang memerah, sementara itu Auryn dan Rena hanya tertawa melihat tingkah Elena yang hatinya sedang berbunga-bunga.

"Akhirnya penantian selama delapan tahun akan berakhir," ujar Rena. "Aku turut bahagia, El. Kau dan Rico resmi berpa--"

"Belum. Kami belum sampai ke tahap itu," jawab Elena. "Ia hanya berkata bahwa ia menyukaiku dan mengajakku kencan, bukan memintaku untuk menjadi kekasihnya."

"Menurutku, itu sama saja Rico mengajakmu pacaran. Jika sama-sama suka, mengapa tidak jadian saja?"

"Rico belum mengetahui perasaanku," jawab Elena. "Aku akan menunggu momen yang tepat untuk memberitahunya. Untuk saat ini, aku harus fokus untuk kencan pertamaku di malam minggu ini. Can you guys help me, please?"

"Of course! Kami akan membantumu, El," jawab Rena semangat. "Kau harus tampil sempurna di kencan pertamamu. Benar kan, Ryn?"

Auryn mengangguk. "Aku setuju dengan Rena. Kami akan membantumu agar kencan pertamamu bersama Rico menjadi hal yang tidak akan kau lupakan seumur hidupmu. "

"Thank you girls! Kalian yang terbaik!" Elena tersenyum dan memeluk kedua sahabatnya itu.

⭐⭐⭐


"Harapan Kasih High School, sekolah terbaik sepanjang masa."

Seorang laki-laki melihat gedung sekolah itu dari kejauhan. Tangan kirinya memegang kemudi motor, sementara tangan kanannya terselip sebatang rokok yang sudah terbakar setengah-nya. Ia pun menjatuhkan rokok tersebut lalu menginjaknya dengan sepatu hitamnya.

"I'm coming. Mari kita lihat, berapa lama aku akan bertahan di sana." Laki-laki itu menghidupkan kembali mesin motor besarnya kemudian mengemudikan motor itu dengan sangat cepat dan masuk ke dalam parkiran sekolah. Karena suara mesin motornya yang terlalu keras, murid-murid yang masih ada di sana langsung memusatkan perhatian kepadanya.

"See? Menjadi pusat perhatian, itulah bakatku," ujarnya sambil terkekeh. Ia pun memarkirkan motornya di tempat yang tersedia, kemudian ia membuka helm lalu menyisir rambutnya menggunakan jemari tangannya.

"Siapa dia? Apakah ia murid baru?"

"Sepertinya kau benar. Oh, astaga! Dia sangat tampan!"

Laki-laki itu hanya tersenyum miring mendengar semua bisikan-bisikan di sekitarnya. Ia pun menyimpan helm di atas motornya sebelum berjalan masuk ke dalam sekolah.

"Hai, gadis-gadis cantik. Dimana ruang kepala sekolah?" tanya laki-laki itu kepada murid-murid perempuan yang sedang membicarakan dirinya.

"L-lantai 1, kau tinggal masuk ke dalam sana lalu belok kiri. Ruangannya ada di sebelah kanan," ujar salah satu gadis itu dengan gugup, namun sorot matanya menatap kagum laki-laki itu. Tanpa mengucapkan terima kasih, laki-laki itu melanjutkan kembali langkahnya.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang