37 - See You Again, Rafael Joshua

29 4 1
                                    

Keesokkan harinya

HARAPAN KASIH HIGH SCHOOL

Edward dan Edwin berjalan memasuki area kantin sekolah yang disambut dengan tatapan seluruh murid. Kabar mereka batal pindah sekolah sudah menyebar ke seluruh murid bahkan sejak mereka baru saja turun dari mobil tadi pagi.

Mereka pun mengambil makan siang dan bergabung bersama Rena, Auryn, Sheryna, dan Dylan yang sudah lebih dahulu sampai di kantin.

"Apakah kalian mendengar gosip hari ini? Murid-murid sudah mengetahui jika Rico dan Rafael kecelakaan dalam pertandingan balap motor dan aku tidak tahu mengapa mereka bisa tahu jika nama Elena terbawa dalam kecelakaan ini," ujar Dylan. "Bahkan, mereka menganggap jika Edwin berkelahi di arena balapan tersebut hingga tangannya terluka."

"Benarkah?"

"Gosip itu bermula dari tim cheerleader, dan sudah pasti Cheryl yang memberitahu mereka. Setelah melihat tangan Edwin terluka, semua berasumsi jika ia terlibat dalam balapan itu." Jelas Sheryna. "Aku mendengar hal ini dari teman sekelasku."

"Aku tidak peduli, asalkan mereka tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Tama kepada Elena," ujar Edwin. Mereka semua sudah mengetahui kejadian yang sebenarnya dan berjanji untuk merahasiakannya dari seluruh murid sekolah.

"Apakah tanganmu masih sakit?" Tanya Auryn khawatir kepada Edwin. Gadis itu melihat Edwin kesulitan menggunakan tangan kanannya untuk makan. "Sebaiknya kau jangan menggunakannya sebelum lukanya benar-benar sembuh. Gunakanlah tangan kirimu untuk makan--"

"Aku bisa menggunakan tangan kiri, Auryn. Lanjutkan saja makanmu, oke?"

"H-hai Edwin!"

Semuanya menoleh ke arah seorang murid perempuan  yang memiliki rambut berponi yang panjang dengan matanya yang bulat.

"Oh, hai." Sapa Edwin, tersenyum tipis kepada gadis itu.

"Aku mendengar tanganmu terluka dan aku sangat khawatir denganmu." Ujar murid tersebut, lalu memberikan sebuah kotak makanan. "Aku membuat sup kepiting khusus untukmu. Semoga kau lekas sembuh."

"U-uh okay. Terima kasih---"

"Aurel, dari kelas XI IPS 2. Jika kau tidak keberatan, aku ingin melihatmu langsung memakannya."

"Memakannya?" Ujar Auryn tiba-tiba. "Apakah kau ingin membunuhnya?"

"Ryn, tenanglah--"

"Aku tidak berbicara denganmu! Kau tidak perlu ikut campur." Balas Aurel, menatap Auryn tajam. "Apa maksud perkataanmu? Membunuhnya?"

Auryn tertawa hambar. "Apakah kau tidak tahu jika Edwin--"

"Terima kasih atas makanannya, Aurel. Kau boleh pergi." Ujar Edwin sambil tersenyum, dan kemudian menatap Auryn lengah. "Kau tidak perlu bersikap seperti ini. Aku bisa menanganinya."

"Ia memaksamu untuk memakannya dan aku menghentikannya sebelum--"

"Aku tahu, tetapi tidak dengan kau memberitahukan jika aku alergi seafood."

"Bagaimana jika suatu hari nanti mereka memaksamu untuk memakannya? Apakah kau hanya tersenyum, mengucapkan terima kasih, lalu memakannya karena kau tidak ingin mengecewakan mereka?"

"Auryn, aku-- arggh!" Edwin menghela nafasnya kesal. "Kau sangat menyebalkan! Menjauhlah dariku!"

"Terserah kau saja! I hate you!" Auryn bangkit berdiri dan berlari meninggalkan kantin.

"Ada apa denganmu, Edwin? Auryn hanya mengkhawatirkanmu, namun kau bersikap kasar kepadanya." Ujar Edward menggelengkan kepalanya.

"Ia terlalu berlebihan. Aku tidak menyukai hal seperti itu." Gerutu Edwin lalu menyantap kembali makanannya.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang