11). Alvaro's Perspective

Mulai dari awal
                                    

"Baiklah, Om bisa rasain kalo kamu benar-benar serius mau menikahi Winnie. Tapi kamu pasti tau, kan, kalo Winnie sukanya sama Defian? Meski ini termasuk pernikahan bisnis, tapi Om tetap memprioritaskan apa yang diinginkan sama Winnie. Antara kamu atau Defian, tidak masalah bagi Om. Karena kalian berdua juga dekat sama Winnie."

"Kalo menurut Tante, Tante justru lebih suka sama kamu, Alvaro. Lagi pula, Defian udah jelas menolak pertunangan ini." Terselip nada tidak suka dari ucapan Jessie, membuat Alexander menoleh padanya sekilas untuk mencela. Bagaimanapun, orang tua Fransisco telah bersahabat dengan mereka selama puluhan tahun, jadi rasanya tidak nyaman saja mendengar istrinya menyelipkan nada seperti itu.

Namun, Jessie tidak peduli. Mata besarnya yang mirip Winnie diarahkan pada Alvaro dengan sorot mata penuh harapan. "Kamu harus yakinkan Winnie, ya. Tante yakin, anak perempuan Tante ini juga suka sama kamu. Buktinya, Winnie nggak bilang mau batalin pertunangannya walau Defian udah nolak."

Alvaro tersenyum lebar, jelas merasa menang karena telah mendapatkan dukungan penuh dari mamanya Winnie. "Makasih, Tante. Nggak akan aku sia-siain dukungan dari Tante."

"Sama-sama, Alvaro. Nggak usah sungkan sama Tante. Ngomong-ngomong kamu nggak sekalian ketemu Winnie? Dia ada di kamarnya, kok. Ngapelin aja sekalian. Toh nggak lama lagi udah resmi."

"Mama!" tegur Alexander.

"Nggak apa-apa, kok, Om dan Tante. Udah malam juga, mungkin Winnie udah tidur. Saya pamit aja, ya. Selamat malam, Om dan Tante."

Alvaro menunduk sekali lagi sebelum berjalan meninggalkan ruang baca.

Jujur saja, sebenarnya dia selalu merasa kangen setiap mengingat Winnie dalam pikirannya. Jika saja setiap rindu diwakilkan dengan satu bintang di langit, otaknya pasti dipenuhi miliar hingga triliunan bintang sekarang.

Jessie segera mengeluarkan ponsel untuk menghubungi anak perempuannya. Isi chat-nya tentu sudah dilengkapi dengan bumbu-bumbu yang Jessie yakini akan membuat Winnie menyempatkan waktu untuk menemui Alvaro sekarang.

Benar saja, Jessie melihat pintu kamar dibuka dari dalam tidak lama kemudian, lantas Winnie berlari kecil menuju pintu utama di mana Alvaro baru saja meninggalkan jejak.

Dinginnya malam membuat Winnie menggigil, tetapi dia bersyukur karena sempat membawa jaket tebal bersamanya.

"AL!" teriak Winnie, yang berhasil didengar Alvaro dari jauh. Untungnya, dia belum masuk ke dalam mobil yang diparkir di halaman rumahnya yang luas.

Alvaro tersenyum begitu lebar. Dia segera berbicara singkat pada supir pribadinya sebelum berbalik ke arah Winnie.

Tidak disangka-sangka, Alvaro membentangkan lengan hanya untuk memeluk Winnie erat di hadapannya. Cewek itu jelas kaget. Jika saja Alvaro belum memberitahu tentang keseriusannya atas hubungan mereka berdua, Winnie sudah pasti akan mendorongnya dan bertanya apa maksudnya melakukan hal itu.

Masalahnya sebelum Alvaro mengakui perasaannya, Winnie belum pernah melakukan kontak fisik dengannya sedekat ini. Selain dengan Afin maksudnya. Mungkin karena Alvaro mengira Afin juga menyukainya, jadi dia berusaha menerima. Namun, setelah mengetahui perasaan Afin yang sebenarnya, Alvaro sudah tidak sungkan lagi dengan Winnie.

Sekadar berpelukan saja sebenarnya tidak cukup bagi Alvaro. Cowok itu selalu menginginkan lebih untuk memiliki Winnie karena begitu menginginkannya.

Karena begitu mencintainya.

Alvaro melepas pelukannya sebelum menatap Winnie dengan intens, yang entah kenapa membuat cewek itu merasakan sesuatu yang hangat, padahal cuaca di luar begitu dingin.

Meteor in Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang