BAGIAN TIGA BELAS

Mulai dari awal
                                    

"Oke. Jam tujuh ya lo otw kosan Aluna. Pake mobil Lang, jangan ngaret."

"Iye-iye, siap."

"Oke, thanks, Lang."

Abis nelpon Gilang, Biru langsung nelpon Aluna.

"Hm? Apa?"

"Aku nggak bisa anterin kamu ke café," kata Biru langsung.

"Oh, okay."

"Tapi aku udah suruh Gilang buat anterin kamu. Pulangnya nanti aku yang jemput."

"Ngapain nyuruh Gilang? Aku bisa bawa mobil sendiri Biru."

"Aku nggak mau berdebat sama kamu Aluna," kata Biru dengan suara tegasnya, "Gilang bakal anterin kamu dan aku yang jemput nanti. Okay?"

Aluna langsung memutus sambungan telponnya.

***

Aluna mendengus kesel. Biru memang benar-benar control freak!

Aluna dengan cepat nyari kontak Gilang, dan nelpon cowok itu.

"Halo? Lang? lo belum jalan ke kosan gue kan?" Tanya Aluna langsung waktu Gilang ngangkat telponnya.

"Mau otw Lun."

"Lo nggak usah anterin gue Lang, gue bisa pergi sendiri."

"Lah tapi ini Biru yang nyuruh Lun, gue udah okein tadi."

"Biru urusan gue. Pokoknya lo nggak usah ke kosan gue. Oke. Ini juga gue udah di jalan kok," Aluna terpaksa berbohong.

"Yah, Lun, gue yang didamprat si Biru ntar."

"Nggak akan. Lo tenang aja. Biru urusan gue," kata Aluna sebelum mutus sambungan telponnya.

Dan Aluna akhirnya pergi ke café dengan mengendarai mobilnya sendiri.

***

"Bang."

Biru langsung ngangkat kepalanya waktu denger panggilan itu, "Pa?"

"Udah masuk daritadi?" Tanya sang Papa sambil nunjuk pintu di depannya.

"Baru aja, Pa," jawab Biru, "Papa kenapa nggak pulang aja sih? Nggak capek apa?"

"Nggaklah," jawab Papa Biru sebelum duduk di samping anak lelakinya.

"Gimana?"

"Gimana apanya, Pa?" Tanya Biru bingung.

"Aluna."

"Masih suka galak, jutek, dan nggak nurut."

Papa Biru terkekeh pelan, "kamu jangan terlalu ngekang dia. Inget, Bang. Dia masih pacar kamu."

Pandangan Biru lurus ke depan, "tapi dulu Mam-" ucapan Biru tertahan waktu tangannya tiba-tiba digenggam erat oleh Papanya.

"Lupain yang dulu, Bang. Kamu sekarang udah punya Bunda yang sayang banget sama kamu, punya Jingga."

Biru balik menggenggam erat tangan Papanya.

"Abang nanti nggak langsung pulang ya, Pa."

"Mau kemana?"

"Jemput Aluna di café."

"Oke."

***

Biru udah duduk di mobilnya, siap untuk jemput Aluna saat HP-nya yang ada di kantong celana bergetar.

Telpon dari Gilang.

"Ya, lang?"

"Ru."

"Iye, apaan?"

"Lo dimana?"

"Mau otw jemput Aluna."

"Aluna nggak bilang ke lo?"

"Bilang apaan?"

"Dia pergi ke café naik mobil sendiri, Ru. Dia nelpon gue tadi waktu gue mau otw, nyuruh gue jangan ke kosan dia."

"Kenapa lo nggak bilang ke gue sih Lang?!"

"Ya... ya... gue pikir Aluna bakal bilang ke lo."

Biru menghela napas kasar, "ya udahlah," ucap Biru sebelum memutus sambungan telponnya. Setelah itu Biru nyoba untuk nelpon Aluna tapi enggak diangkat.

Biru berdecak keras.

Biru baru sampe di café tempat Aluna nugas tepat jam sepuluh karena jalanan kesana macet total dan pemandangan yang dia lihat buat emosinya nyaris meledak detik itu juga.

Aluna lagi ngobrol sama Jevan di parkiran.

Biru langsung keluar dan nutup kuat pintu mobilnya. Aluna dan Jevan sontak menoleh ke arah Biru.

Aluna jelas terkejut sementara Jevan mengangkat sedikit sudut bibirnya waktu ngelihat Biru jalan ke arahnya dengan tatapan tajam yang menghunus tepat ke matanya.

Biru langsung narik Aluna. Nyembunyiin Aluna di belakang punggungnya. Menjauh dari Jevan.

Jevan terkekeh pelan, dan Biru mengeratkan genggamannya di pergelangan tangan kanan Aluna.

"Gue udah peringatin lo! Jangan coba-coba deketin cewek gue!"

Jevan terkekeh lagi sebelum menepuk bahu Biru, "santai, Ru. Gue cuma kenalan doang kok."

Biru mengepalkan tangan kanannya keras. Menahan agar tangan itu tidak melayang ke pipi cowok yang ada di hadapannya.

"Aluna, gue duluan, ya," kata Jevan sebelum melangkah pergi dengan senyum tipis yang tersungging di bibirnya. Senyum tipis yang buat Biru muak setengah mati.

"Biru!" Aluna berusaha melepas tangannya dari genggaman Biru.

Biru membalik badannya, menatap Aluna tajam.

"Kamu mulai nggak nurut lagi sama aku."

Aluna masih berusaha ngelepasin tangannya dari Biru, tapi Biru malah makin mengeratkan genggamannya.

"Biru lepas!"

"Liat aku Aluna! Aku lagi ngomong sama kamu!"

Aluna langsung ngangkat kepalanya, "apa?! Kamu marah karena aku milih buat pergi sendiri kesini atau marah karena aku kenalan sama Jevan?"

Biru mengumpat pelan.

"Kamu tau aku paling nggak suka dibantah 'kan?" Tanya Biru pelan, dia berusaha untuk meredam emosinya.

"Dan kamu tau, aku paling nggak suka diatur-atur kan?" tantang Aluna, "kita enggak cocok Biru."

"Maksud kamu?"

"Cari cewek lain yang bisa kamu atur-atur semau kamu, yang dengan senang hati nurutin apa yang kamu suruh." Aluna berhasil ngelepasin tangannya dari genggaman Biru, "aku udah enggak bi—" Ucapan Aluna terpotong karena Biru tiba-tiba memeluknya erat.

"Biru—"

"Aku sayang kamu Aluna. Jangan tinggalin aku. Jangan tinggalin aku kayak—" Biru enggan melanjutkan ucapannya karena rasa sakit itu mendadak muncul kembali.

"Kayak apa?" Tanya Aluna pelan. "Biru?"

"Jangan tinggalin aku."

***

Hope u gais like this chapter :)

Jangan lupa tinggalin jejak yaaaaw

BIRU'S GIRLFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang