BAGIAN TIGA PULUH EMPAT

50.8K 5.7K 763
                                    

Jangan lupa votes + comments yaaa!
Happy Reading :)

🌱

Udah hampir seminggu Biru dirawat di rumah sakit. Sebenarnya dari dua hari yang lalu dia udah minta buat pulang aja ke rumah tapi belum dibolehin karena kondisi kaki kanannya yang retak masih harus dipantau terus.

Sekarang di ruang rawat inap Biru cuma ada Papanya yang lagi terima telpon. Yap, Papa Biru sengaja nggak masuk kantor beberapa hari ini buat nemenin Biru, tapi di sela-sela waktu itu, dia tetep sering dapet telpon dari kantornya, atau tetep sibuk sama laptopnya alias tetep kerja. Biru nggak masalah dengan itu. Biru udah paham banget gimana ritme kerja sang Papa.

Sementara Bunda yang tadi malem nginep di rumah sakit baru aja pulang. Gantian sama Papanya buat nemenin Biru hari ini. Papanya semalem tinggal di rumah sama Jingga. Jingga nggak dibolehin Bunda ke rumah sakit karena kondisinya masih kurang sehat. Jadi Biru cuma bisa nyalurin rasa kangennya ke Jingga lewat video call tiap hari.

"Temen Papa mau ada yang dateng lagi jenguk Abang," ujar Papa Biru yang baru selesai nelpon.

"Nggak abis-abis, Pa," sahut Biru sambil nyalain TV.

Tiga harian ini temen-temen slash rekan kerja Papanya emang nggak abis-abis dateng buat jenguk Biru. Dalam sehari mungkin ada lima orang bahkan lebih yang bergantian dateng.

"Abang nggak nyaman? Kalo iya Papa bakal bilang biar nggak pada dateng buat jenguk Abang."

Biru menggeleng cepat. "Nggak gitu, Pa. Abang cuma heran aja, mana temen Papa bos bos semua lagi. Yang dateng terakhir semalem, yang punya stasiun TV kan Pa? Abang nggak asing sama mukanya."

"Iya. Om Wisnu itu. Perusahaan Papa baru beli saham stasiun TV dia."

Biru ngangguk-ngangguk bertepatan sama pintu ruang rawat inapnya yang dibuka dari luar. Ternyata yang masuk temen Papanya yang barusan dibilang bakalan dateng. Seperti biasa Papa Biru langsung nyambut. Selayaknya nyambut tamu di rumah.

"Gimana Biru kondisinya, udah enakan?" Tanya temen Papa Biru yang baru dateng itu. Dia duduk di kursi deket ranjang Biru.

"Udah, Om," jawab Biru sambil senyum tipis.

Biru sempet ngelirik cewek yang ada di belakang temen Papanya itu. Yang kayaknya seumuran sama dia. Yang dari masuk tadi kayak keliatan malu-malu dan nggak berani ngeliat Biru. Biru sadar itu.

"Masih inget Om nggak? Kita pernah ketemu. Waktu kamu ikut ke acara gala dinner perusahaan Papa kamu di Bali dua tahun yang lalu. Om yang ajak kamu surfing."

Biru coba inget-inget memorinya dua tahun lalu. Dan, "Om Harris?" Biru inget.

"Yes! Papa kamu nggak ngingetin? Nggak ngasih tau kalo Om yang bakalan dateng?" Om Harris ngelirik Papa Biru yang duduk di sofa. Lagi nerima telpon.

"Nggak Om, Om gimana kabarnya? Masih stay di Bali? Masih jago nggak Om surfing-nya?"

"Kabar Om baik, bulan depan Om pindah ke Jakarta. Surfing masih jago lah." Om Harris lalu noleh ke belakang. "Kenalan dulu dong sama anak Om," Om Harris bawa anaknya mendekat ke samping ranjang Biru. "Namanya Tiara. Waktu kamu di Bali mau Om kenalin tapi kamu keburu balik duluan."

Biru senyum ke Tiara. "Hai, Biru." Biru ngulurin tangannya lebih dulu selayaknya orang kenalan formal dan Biru agak kaget waktu ngerasain tangan Tiara dingin banget dan pipi cewek itu memerah.

Om Harris beranjak dari kursi dan nyuruh anaknya buat gantian duduk disana. Dia bilang ada sesuatu terkait kerjaan yang harus diobrolin sama Papa Biru. Jadi Om Harris nyuruh Biru buat ngobrol sama anaknya dulu.

BIRU'S GIRLFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang