BAGIAN EMPAT PULUH DUA (6)

28.5K 2.3K 219
                                    

"Parah banget masak mie nggak ngajak-ngajak aku."

"Kamu nggak mau."

"Kapan aku bilang nggak mau?"

"Tadi."

"Tadi kapan?" Biru narik mangkok mie kuah Aluna. "Boleh minta nggak aku?"

"Udah ditarik mangkoknya baru nanya boleh minta nggak aku," gerutu Aluna.

Biru terkekeh. "Boleh nggak?"

Aluna nganggukin kepalanya. "Dikit aja."

"Ini tinggal dikit. Aku abisin lah."

"Nggak boleh. Kamu makan satu sendok aja"

"Oke. Satu sendok." Biru makan. "Nggak sampe perut aku ini mah," celetuk Biru setelahnya.

Aluna langsung narik mangkok mie-nya lagi. Nggak bolehin Biru minta lagi karena mie yang udah tinggal dikit ini yang paling enaknya. Udah nggak terlalu panas dan agak sedikit ngembang. Aluna suka itu.

Biru ngulurin tangannya buat usap pipi Aluna di tengah Aluna yang lagi makan mie-nya.

"Makan yang banyak ya biar cepet gede," celetuk Biru iseng yang langsung dibales plototan galak Aluna.

"Aku udah gede!" sungut Aluna.

"Gede dari mana? Tingginya cuma sepundak aku doang."

Aluna mendengus. Biru terkekeh.

"Aku tadinya mau masakin kamu mie tapi karena kamu ngatain aku pendek. Nggak jadi!" Aluna beranjak bawa mangkok bekas mie-nya ke wastafel buat dicuci.

Biru ngikutin. "Nggak ada aku ngatain kamu pendek."

"Emang nggak! Tapi kamu bilang tinggi cuma sepundak aku doang itu secara nggak langsung ngatain aku pendek."

"Nggak lah. Interpretasi kalimatku itu nggak ke situ sayang." Biru coba berkilah walaupun sebenernya emang dia niat ngatain Aluna pendek. "Kamu tuh nggak pendek. Aku nya aja yang ketinggian."

Lagi Aluna mendengus sambil lap tangannya yang basah dan begitu mau jalan keluar dari dapur tangannya langsung ditarik Biru.

"Apa?" tanya Aluna datar.

"Masakin aku mie," pinta Biru lembut.

"Masak sendiri."

"Sayaaaaang..." Rengek Biru. "Pleaseeeee..."

Aluna naikin satu alisnya. Agak kaget liat seorang Biru Putra Gemilang yang tau-tau ngerengek begini.

"Makan mie tuh paling enak kalo minta punya orang atau dimasakin. Tadi aku minta punya kamu nggak boleh kan? Makanya sekarang masakin. Pleaseee..."

Aluna menghela napas. "Mie apa? Kuah atau goreng?"

"Kayak kamu tadi. Samain semuanya."

"Tunggu di depan. Nanti kalo udah jadi aku panggil."

"Nggak lah. Aku mau di sini aja liatin kamu."

"Biiiii!"

"Apa sayang?"

"Tunggu di depan!"

"Di sini aja."

"Biru."

"Kenapa sih? Ada bumbu rahasia yang nggak boleh aku tau emang? Sampe aku nggak dibolehin banget liat kamu masaknya?"

"Tunggu di depan."

"Iya iyaaaa..." Biru akhirnya beranjak dari duduknya, balik lagi ke ruang santai tempat main FIFA setelah sebelumnya sempet narik jail sebelah pipi Aluna yang buat Aluna berdecak.

"Lun." Kania masuk dapur nggak lama Biru keluar. "Bawa pembalut nggak?"

"Nggak," jawab Aluna.

Bahu Kania sontak merosot.

"Yang lain nggak ada yang bawa emang?"

"Nggak."

"Kemana?" tanya Aluna waktu Kania beranjak dari dapur. "Jangan sendiri kalo mau pergi beli."

"Masih sore ini Lun. Berani gue," sahut Kania.

"Sore apaan sih. Ini udah jam 8 lewat Kan."

"Santai." Kania jalan ke ruang tengah tempat cowok-cowok lagi pada ngumpul.

"Kunci motor mana?" tanya Kania langsung begitu sampe ruang tengah, "pinjem dong gue."

"Mau kemana Kan malem gini?" tanya Lucas.

"Indomaret bentar. Mana?"

"Bisa emang bawa vespa?" tanya Wira.

"Bisa lah. Mana cepet?" desak Kania.

"Mau beli apa? Suruh Gilang aja tuh," celetuk Alvie.

"Dih, ogah," sahut Gilang langsung.

Kania ngelirik Gilang yang duduk di sebelah Gara. Ada rasa kesel yang muncul di hatinya waktu denger jawaban Gilang itu.

"Ini udah malem. Abis ujan pula. Jalanan licin. Besok aja," kata Biru.

Kania berdecak. "Kalo nggak perlu banget gue nggak akan ke Indomaret malem gini Ru. Udah sih mana kuncinya?!"

"Di laci meja depan. Deket pintu masuk," jawab Lucas akhirnya.

"Pergi sendiri Kan?" tanya Rangga.

"Ya." Kania beranjak dari ruang santai.

Gilang langsung duduk tegak. Panik.

"Gue diem aja? Biarin Kania cabut sendiri malem gini ke Indomaret?!"

"Lah lo tadi bilang ogah waktu Alvie nyeletuk suruh Gilang aja tuh," sahut Wira.

"Ya itu kan bagian dari tarik ulur Wir. Nggak beneran anjir! Gila kali gue beneran biarin Kania malem gini pergi sendiri naik motor. Monyet lo semua!" Gerutu Gilang sebelum berdiri dari duduknya terus lari buat nyusulin Kania.

Gilang secepet mungkin lari ke arah Kania yang udah mulai jalanin motornya buat keluar dari villa.

"Lo gila ya!!!" teriak Kania waktu Gilang tau tau berdiri di depan motornya. Kalo aja tadi dia nggak cepet narik rem, Gilang pasti udah ketabrak.

"Turun. Aku anterin."

"Minggir!"

"Turun Kania."

Kania berdecak. Coba ngelewatin Gilang yang berdiri di depannya tapi nggak bisa karena Gilang tau tau ngambil kunci motornya. Dan otomatis motor vespa yang Kania naiki mati.

"Lo tuh apaan sih?! Ngapain!!!" Kania akhirnya meledak juga. Dia beneran sekesel itu sama semua tingkah pola Gilang hari ini.

Gilang menghela napas sebelum jalan ngedeket ke sebelah Kania.

"Aku anterin Kan," kata Gilang lembut.

"Nggak usah sok baik. Gue bisa sendiri," sinis Kania, "sini kunci motornya."

"Turun."

"Sini kunci motornya!"

Liat Gilang yang tetep nggak mau ngasih kunci motornya buat Kania makin kesel. Sekesel itu sampe matanya udah kerasa panas banget sekarang ditambah perutnya juga yang daritadi mulai berasa nyeri karena ini hari pertama dia datang bulan.

Kania usap kasar matanya yang mulai ngeluarin air mata dan itu nggak luput dari penglihatan Gilang.

"Kan..." Gilang maju selangkah begitu menyadari kalo Kania "nangis".

Kania buang muka. Coba terus ngusap matanya yang makin basah dan detik berikutnya Kania turun dari motor terus lari masuk ke dalem villa lagi.

Ninggalin Gilang.

Yang cuma bisa diem di tempatnya berdiri.

Ngerasa bersalah karena udah buat cewek yang dia sayang nangis.

Anjing... Anjing... Goblok lo Lang! Belum apa apa udah buat dia nangis. Goblok!

———

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIRU'S GIRLFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang