Keping 18 : Dia Istriku

Beginne am Anfang
                                    

"Naya, kenapa denganmu haaa?" Ray mencoba bertanya tanpa rasa bersalah.

"Kau tanya kenapa dengan ku haaa? KENAPA DENGANKU HAAAA?" Naya berjalan mendekati Ray, kembali melampiaskan amarahnya dengan memukulkan tasnya pada Ray.

Namun kali ini Ray cepat menangkis pukulan itu. Ia menggenggam tas Naya, menariknya keras kearahnya. Membuat Naya yang memegang tali tas itu juga ikut terbawa kearah Ray. Mereka berdempetan. Gencet.

Naya terkejut, namun Ray telah lebih dulu memeluk tubuh ramping wanita cantik yang ada dihadapannya. Mendekapnya erat. Menyandarkan wajah Naya pada dada bidangnya.

Tentu saja sekuat tenaga Naya memberontak. Tapi apa daya, ia hanya wanita. Rangkulan lengan Ray terlalu keras untuk dilonggarkan.

"Lepasin gue Ray!! LEPASIN!!" Naya berusaha mencari jalan agar ia bisa terlepas dari rangkulan Ray.

Tapi Ray malah semakin menekan Naya erat ke tubuhnya, "Nggak akan Nay. Aku nggak akan lepasin kamu lagi."

"GUE BILANG LEPASIN!!" Naya kalap.

"Kamu berubah Nay. Dulu kamu nggak pernah bilang diri kamu 'gue' ke aku." Ray seolah seperti memainkan keadaan. Masih merasa benar dengan apa yang ia lakukan.

"LO JANGAN BANYAK OMONG YA, LEPASIN GUE SEKARANG!!!! ANJ***!" Naya tak menahan apa pun lagi dari bibirnya.

Mendengar kata-kata Naya barusan, Ray terkejut. Tetapi ia tetap mendekap Naya dalam tubuhnya. Mencoba memaklumi kemarahan Naya. Sementara Naya masih mati-matian berjuang untuk lepas.

Dalam keadaan seperti itu Ray berkata lembut, "Maafkan aku Nay. Maaf. Aku akan perbaiki segalanya."

"GUE NGGAK BUTUH! LEPASIN NGGAK!" Naya tak memakai hatinya lagi untuk berbicara pada Ray.

"Tidak akan... tidak akan pernah lagi." Ray berkata dengan nada serius. Menurunkan wajahnya hendak bersandar kepundak Naya.

Sementara Naya masih tetap gelisah demi bisa melepaskan dirinya. Berjuang sekuat yang ia bisa.

Namun belum sempat Ray benar-benar mendaratkan wajahnya ke bahu Naya yang tak peduli dengan Naya yang sedang memberontak dalam dekapannya itu, pintu toko terbuka. Seorang lelaki yang sama tinggi dengan Ray memasuki toko. Wajahnya sangat teduh dan penuh kedamaian.

Seketika, saat mata Ray bertemu pandang dengan lelaki itu, pikirannya agak sedikit kacau. Ray kehilangan konsentrasinya. Rangkulannya melonggar.

Momen ini tentu saja dimanfaatkan oleh Naya untuk melepaskan diri. Ligat, dara bermata jeli itu menghempaskan lengan Ray yang mengekangnya. Berlari cepat kearah berlawanan. Berdiri menjauh.

Tanpa basa-basi, sang lelaki yang baru memasuki toko itu langsung mendekat kearah Ray dan Naya, menatap Ray tajam dengan wajah yang sangat-sangat kesal tak tertahankan, lalu berkata lantang "SHE IS MINE!!!"

Lelaki itu adalah Izzu. Yang baru saja datang setelah ditelepon oleh Sandra. Yang menyaksikan bagaimana Naya diperlakukan dengan sangat tidak hormat. Yang benar-benar sedang berada dipuncak kesalnya.

Naya yang mendengar kata-kata Izzu barusan, entah mengapa merasa sedikit bergetar. Cepat, dara bermata jeli itu menyandarkan tubuhnya pada meja yang kebetulan ada didekatnya.

Tapi Ray yang mendengar Izzu berkata seperti itu jelas saja langsung kesetanan, ia membalas pantang kalah, "What the h*ll are you talking about, dude???

Ray menuju mendekati Naya, hendak menarik kembali tangan gadis itu. Tak peduli dengan tatapan mata Izzu yang sudah mengisyaratkan batas sabar.

Namun belum sempat niat Ray terlaksana, Izzu sudah memblokir jalan Ray menuju Naya. Berdiri di depan sang dara dengan gagah, sambil mendesis tajam kepada Ray, "Touch her, and I'll kill you!"

Mendengar itu dan melihat bahwa Izzu sedang melindungi Naya, tentu saja Ray sangat tak terima. Tanpa tenggang rasa, Ray mengepalkan satu tinjunya kearah Izzu, menghadiahi lelaki berwajah teduh itu sebuah bogem di pipi kirinya... 'Buuuuuk'.

Izzu seketika terhuyung, namun tak jatuh ke lantai. Mencoba tetap bertahan.

Tapi Naya yang melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Ray benar-benar sudah kelewat batas segera berdiri di depan Izzu, memeluk erat lelaki berwajah teduh itu agar Ray tak kembali memukulnya. Tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan selain hal itu.

Untuk pertama kalinya, benar-benar untuk pertama kalinya, Izzu dan Naya, pasangan sah yang telah terikat secara agama bersentuhan langsung.

Naya mendekap erat Izzu. Tubuhnya hanya setinggi dada pria sholeh itu. Dan jelas saja lebih lemah dari Izzu. Bagaimana mungkin dia bisa melindungi Izzu dengan keadaannya. Tapi dia hanya tak ingin Izzu terlibat terlalu jauh. Bahkan pukulan yang Izzu terima kini sudah sukses membuat Naya merasa benar-benar bersalah.

Ray yang melihat apa yang sedang terpampang jelas dimatanya hanya terhuyung mundur, menggeleng-geleng pelan tak terima, "NAY.. KAMU KENAPA NAY? KENAPA TAK BERLARI KE ARAH KU HAAA? KENAPA?"

Ray meremas rambutnya. Wajah putih lelaki itu kini sempurna memerah. Matanya sedikit beruap.

Sementara Naya yang sedang merangkul Izzu tak lagi tahu apa maksud teriakan Ray. Dara bermata jeli itu sedang sibuk dengan detak jantungnya sendiri. Embun rumput dipagi hari yang menguar dari tubuh Izzu memenuhi indra penciuman Naya. Gadis itu berdetak tak karuan sekarang. Darahnya terpompa menggila.

Izzu, jangan bilang kalau dia baik-baik saja. Tinju Ray tidak ada apa-apanya dengan apa yang sedang ia hadapi kini. Naya yang memeluknya benar-benar telah mampu membuat napasnya tercekat. Terasa sesak didada.

Namun Izzu tak membiarkan hal itu berlangsung lama, lembut, ia mencoba melepaskan rangkulan Naya, berkata penuh hormat pada wanita itu, "Berdiri di belakangku."

Naya yang masih merasa aneh setelah memeluk Izzu tanpa berpikir panjang sebelumnya hanya bisa patuh. Tak ada jalan lain.

"Apa pun yang terjadi, tetap dibelakangku." Izzu berkata lembut pada Naya.

Naya hanya bisa mengangguk. Patuh.

Ray yang melihat itu semakin menjadi-jadi naik darahnya. Ia maju mendekati Izzu. Mengangkat kerah baju koko lelaki berwajah teduh itu sambil berkata setengah berteriak, "APA YANG LO LAKUIN HAA? NAYA ITU CEWEK GUEEE! PACAR GUE!!"

Izzu tak menimpali, dia masih mengunci mulutnya. Sementara Naya yang berdiri dibelakang Izzu kini sedang berusaha menahan getar dilututnya.

"NAYA ITU MILIK GUE! LO JANGAN IKUT CAMPUR." Ray masih berkata sambil meremas kerah baju Izzu, "DIA PACAR GUE!!!"

Kali ini Izzu tak lagi tinggal diam, ia membuka mulutnya, membalas perkataan Ray dengan nada dingin, "Dia istriku."

.

.

TBC

24/7/20

-zerryizka-

.

terima kasih masih sedia berkunjung

ZuNaya (InsyaAllah, Cinta ini Lillah)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt