14

25.1K 2.9K 439
                                    

Seorang Omega kecil berusia delapan tahun, bergerak gelisah dibalik selimut tebalnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Seorang Omega kecil berusia delapan tahun, bergerak gelisah dibalik selimut tebalnya. Ia kembali bermimpi buruk, tentang monster bermata satu yang akan menculik dan mengurungnya dipenjara besi di tengah hutan.

"Ibu!" Teriaknya begitu bisa membuka mata, keringat membasahi keningnya, dengan cepat menyalakan lampu. Memperhatikan sekeliling kamarnya dengan gentar. Tidak mungkin baginya, memasuki ruangan ibunya, ia takut ada sang ayah disana. Tiga kakak tertuanya sedang bepergian ke luar kota dengan paman Hansol. Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah menemui kakak  ke empatnya.

Dengan mengendap-endap, omega kecil itu menggeser pintu kamar. Membawa boneka kesayangannya, berjingkat agar tidak menimbulkan suara, melewati koridor demi koridor untuk naik ke atas loteng. Dimana kakaknya berada.

Kakak ke empatnya tidak pernah di kamar, Omega itu selalu kabur ke loteng. Entah melakukan apa, sudah berulang kali Ayah mereka menghukumnya. Tapi tidak ada satupun hukuman yang membuat si kakak jera, Omega delapan tahun itu mengetuk pintu loteng yang terbuat dari kayu. Sedikit berbeda dengan pintu-pintu di ruangan lain, pada rumah mereka.

Pintu itu berdecit, saat omega kecil itu membuka pintu perlahan. Area loteng itu sebenarnya sangat luas, tapi Ibunya selalu melarangnya naik kesana karena berbahaya, dan jika ia terjatuh kulitnya akan memiliki bekas luka. Ibunya pernah bilang, seorang omega tidak boleh memiliki cacat kulit. Kulit seorang omega haruslah seputih mutiara, sehalus pualam, dan selembut sutra.

Begitu matanya terbiasa dengan pencahayaan loteng, hal pertama yang Ia temukan adalah mayat mochi. Anjing kesayangan kakaknya.

"A!"

Suara teriakannya tertahan, oleh seseorang yang membekap mulutnya dari belakang. "Diam atau ku robek mulut mu!" Desis suara omega yang lebih tua, sambil memperlihatkan sebilah belati kecil miliknya. Nafas yang lebih muda terengah, matanya membeliak ngeri. Tubuh kecilnya gemetar, dan Ia mulai menangis ketika kakaknya melepas dekapan di mulutnya.

"Kau membunuh Mochi?" Isaknya.

Si Kakak tidak menjawab, wajahnya terlihat datar berjongkok di dekat mayat anjing berjenis Sakhalin Husky yang langka. Tangan mungilnya mengambil jarum besar dan seutas benang, Ia dengan khidmat melanjutkan aktivitas menjahit luka di tubuh anjing itu.

"Kenapa kau membunuh Mochi?!" Suara Nakamato Jaemin, Omega yang lebih muda mulai meninggi. Ia sudah tak tahan dengan sikap kakaknya yang semakin aneh.

"Jika aku membunuhnya, aku tidak akan repot-repot menjahit luka Mochi. Aku bisa melempar mayatnya di kolam buaya milik ayah." Jawab Nakamoto Jihoon masih melanjutkan aktivitasnya. Menjahit luka yang menganga sambil sesekali melirik sebuah buku medis, dengan contoh foto prosedur menjahit luka.

"Jika bukan kau yang melakukannya. Kenapa kau tidak menangis?! Aku tahu sejak awal kau itu aneh dan kejam! Kau seperti ayah! Sama-sama iblis!"

Jihoon menghentikan aktivitasnya sejenak, Omega berusia delapan tahun itu menyeringai samar. Mendongkak, untuk menatap adiknya yang memandanginya  dengan wajah marah.

[TAMAT] 🔞My Villain Husband (Discontinue)Where stories live. Discover now