Permintaan

1.2K 200 43
                                    

Bam duduk dalam diam di pangkuan sang ibu. Arlene melihat bingung kepada putra kecilnya yang saat ini hanya diam, tidak biasanya Bam diam. Bam selalu menanyakan apa saja.

Arlene mengelus surai coklat Bam lembut. "Ada apa, Bam?"

"Mama, apakah Bam boleh memanjat menara?" Bam memandangi Arlene dengan wajah memelasnya.

Arlene terdiam sejenak, ia tidak menyangka akan tiba saatnya Bam akan meninggalkan mereka. "Memangnya apa yang Bam cari? Harta? Kekuatan? Pengakuan? Kesetian? Cinta? Apa yang Bam ingin tidak semuanya akan dibalas oleh menara."

"Bam ingin sebuah kepastian," Bam membalas tenang. "Bam teringat perkataan Hoaqin dan Bam merasa Bam terlalu dilindungi. Bam juga ingin berjuang sendiri seperti Papa, Mama, Dada."

Arlene menangkup wajah putranya yang kini duduk menghadapnya. "Bam, menara tidak seindah dongeng. Banyak hal menakutkan yang terjadi, Bam."

Bam memegang wajah Arlene balik. "Mama, Bam akan tumbuh besar dan akhirnya mampu menaklukan semua ketakutan itu. Mama hanya perlu percaya pada Bam."

Arlene menghela napas lelah. Wanita tersebut menarik Bam dalam pelukannya. "Bam, kami tidak ingin kehilanganmu lagi."

—————————

Bam memberanikan diri siang setelah permintaan untuk memanjat menara ditolak oleh Arlene. Bam duduk di dekat raja menara dan kepala keluarga Grace. Zahard duduk sembari melihat-lihat poketnya dan beberapa kertas entah apa.

V duduk tak jauh dari Zahard. Ia membantu melihat berkas-berkas yang dibawa oleh Zahard. Lelaki bersurai panjang tersebut sesekali mengernyit dan membahas sesuatu dengan Zahard akan berkas tersebut.

Bam dengan patuh duduk tak jauh dari kedua lelaki tersebut dalam diam. Bam tidak ingin mengganggu Zahard dan V karena permintaannya. Selain itu, Bam perlu menyiapkan batinnya untuk membahas hal-hal seperti ini bersama Zahard.

Zahard meletakan kertas dan menghela napas lelah. Ia memijat pangkal hidugnya dan sesekali mengusap kasar wajahnya.

"Papa, Dada," panggil Bam kecil. V dan Zahard terlihat terlonjak karena kaget. "Bam ingin menaiki menara."

Zahard mengeluarkan aura yang sangat tidak mengenakan. Tatapan mata tersebut seakan ingin memakan Bam saat itu juga. Bam menunduk sedikit sebelum akhirnya kembali berdiri tegap.

"Bam, kembalilah besok. Saat ini Dada dan Papa sibuk."

"Papa, Dada. Tolong izinkan Bam memanjat menara," pinta Bam lirih. Ia maju dan mendekap kaki V.

Zahard mengusap wajahnya kesal. "Apa yang kau inginkan Bam? Untuk apa kau memanjat menara? Tahta? Kekuatan? Ikatan? Kau sudah memiliki segalanya, Bam."

"Dada, banyak hal di menara yang tidak Bam ketahui. Bam ingin melihat satu lantai yang berlapiskan darah administator, atau Bam ingin menaiki kereta neraka. Banyak hal yang tidak bisa Bam rasakan ketika Bam hanya di sini, Dada."

Zahard terdiam. Ia berdiri dan membiarkan kursi yang ia duduki jatuh dengan bunyi yang keras. Shinsoo milik Zahard memenuhi rumah. "Aku akan mengizinkanmu jika kau bisa mengalahkanku."

"Kami hanya tidak ingin kehilanganmu lagi, Bam. Tolong mengertilah kekhawatiran kami, Bam," V membujuk dengan lembut. "Zahard, hilangkan sebelum kau ketahuan."

"Bam ingin memanjat menara, Pa," rengek Bam.

"Jyu Viole Grace-Zahard," panggil Zahard dengan suara penuh penekanan. "Kembali ke kamarmu dan renungi pilihanmu." Zahard berlalu pergi dan dalam sekejap raja menara tersebut pergi.

Bam menunduk. 'Andai saja masa lalu tidak begini. 'Andai saja semua baik-baik saja'

Baru kali ini Zahard sebegitu marah pada Bam. Bam akhirnya meninggalkan penutua. Ia berjalan dengan menahan air mata. Bam butuh kepastian akan keadaan bukan menyalahkan.

Baby BamWhere stories live. Discover now