Festival

1.4K 233 45
                                    

Bam menatap selembaran yang diberikan oleh sang Dada yang kini memangkunya. Ia menoleh ke arah Zahard yang kemudian mencium hidung mancung milik lelaki bersurai blonde tersebut. "Dada, Bam ingin ke festival ini."

"Tentu, sayang," balas Zahard sembari mencium tengkuk Bam. "Nah, apa Bam tau festival ini untuk apa?"

Bam menggeleng sebagai balasan. "Untuk merayakan hari lahir Dada?"

"Festival ini diberikan sebagai bentuk syukur yang didapat karena para Great Warriors masuk dan merubah menara menjadi lebih baik."

Bam mengangguk. "Bam akan memberi Dada hadiah." Bam berdiri dari pangkuan Zahard. Anak kecil tersebut memeluk kepala bersurai pirang tersebut dan mengelus lembut. "Dada luar biasa, berkat selalu menyertai Dada."

Zahard mendekap erat putra kecilnya tersebut sembari sesekali mencium perut anaknya karena tingkah menggemaskan anak tersebut. "Siapa yang mengajarimu begini, Bam."

"Papa," balas Bam polos. Ia masih terus mengelus kepala Zahard dengan lembut. "Dada, jangan digigit perut Bam, geliii."

Arlene datang dengan makanan ringan dan minuman mendekat ke arah mereka. Ia mengelus surai Bam yang tertawa kegelian merasakan gigitan Dada-nya pada perut. "Zahard, hentikan."

Zahard mengangkat kepalanya. "Arlene juga ingin aku peluk?"

"Jangan harap, kau!" V datang dengan langkah tergesa dan memberi jarak di antara raja menara dan istrinya. "Kau ini tidak bosan, ya, mengganggu rumah orang."

"Kau ini tidak bosan, ya, muncul di depanku terus. Jangan-jangan kau ini cinta mati padaku hingga menguntitku terus," Zahard membalas tak kalah sarkas.

V memelototi raja menara tersebut. Entah mengapa, di depan raja menara ini, V selalu kehilangan ketenangan. "Sadar diri, kau yang menyampah di rumahku."

"Makanya, sudah kubilang, seharusnya kau membiarkan Bam di tempatku dua puluh empat jam per tujuh hari." Zahard menggendong Bam dan berjalan menjauh dari V. "Bam, mulai saat ini, Bam ikut Dada. Bam bisa membuang Papamu."

"Zahard!" V berlari merebut putranya dari pelukan Zahard.

"Kalian bisa diam dan jauhkan tangan kalian dari bayi kecilku?" Arlene tersenyum manis dengan aura mengerikan menguar dari tubuh kecilnya. "Kalian benar-benar seperti pasangan menikah yang sudah tua, ya."

"Mama!" Bam terkikik memeluk erat sang Mama yang kini menggendongnya. "Mama, Bam ingin ke festival."

"Tentu, sayang." Arlene berjalan menjauh bersama Bam meninggalkan para pria yang lebih tua diam. "Ayo kita bersiap, biarkan saja Papa dan Dadamu."

Bam tertawa ketika dibawa oleh Arlene menuju kamar pribadi Bam. Arlene mendudukan Bam di kasur kemudian membongkar lemari baju tersebut. Setelah mengacak-acak, akhirnya Arlene menemukan pakaian yang pas untuk Bam.

"Kemari, sayang," panggil Arlene yang membuat Bam berlari menuju Arlene. Wanita tersebut melepaskan pakaian Bam dan mengganti dengan baju yang baru. Kemeja putih dengan celana sebatas lutut dengan karet lengan dan tali pinggang menambah kemanisan Bam. "Nah, Mama ganti baju sebentar, Bam duluan saja ke tempat Dada dan Papa."

Bam mengangguk dan berlari keluar kamar setelah memasang sepatu pantofel khusus anak. Bam berlari menubruk V yang kini asyik memakan kukis orang. "Papa tertangkap!"

V terbatuk keras yang dibalas tawa keras dari Zahard. "Uhuk, tolong ambilkan... Uhuk, air." Zahard masih tertawa keras. Namun, tangannya menyodor air pada V. "Terima kasih."

"Papa tidak apa-apa? Maafkan Bam, Papa," kata Bam dengan raut sedih. Mata anak tersebut berkaca-kaca. "Bam siap dihukum, Papa."

"Siapa yang akan menghukum putra kecil Papa," V membalas lembut. "Tapi, lain kali, Bam tidak boleh mengejutkan seseorang yang sedang makan. Bila orang tersebut tersedak seperti Papa dan gagal ditolong kemudian meninggal, bagaimana?"

Bam memasang wajah bersalah. "Bam berjanji tidak akan mengulangi lagi."

"Nah, itu baru anak pintar."

"Ayo pergi," kata Arlene setelah sampai.

Zahard terdiam memandang wanita beranak satu tersebut. "Kau cantik sekali dan aku suka."

"Zahard berhenti menjadi budak cinta istriku."

————————

Bam berlari dengan riang mengelilingi stan-stan yang menampilkan makanan, produk lokal, serta kerajinan. Anak tersebut melihat stan yang menjual berbagai batu yang terlihat indah.

Zahard bertugas mengurus putranya ketika dua orang tua kandung Bam malah sibuk bermesraan meninggalkan putranya bersama raja menara. Zahard menangis dalam hati. Sudah ditinggal bermesraan, kini harga diri ia sebagai raja pun dihancurkan.

"Dada, lihat batu ini. Warnanya sama seperti mata Dada. Apakah Bam boleh membelinya?" Bam menunjuk batu berwarna serupa mata raja menara tersebut. "Kemudian, Dada bisa menyimpan batu yang mirip warna mata Bam."

Zahard mengangguk dan membeli. Ia juga membeli rantai kalung yang kemudian dikalungkan pada Bam. Bam balas mengalungkan kalung tersebut untuk Zahard. "Dada terlihat tampan."

Zahard terkikik dan menggendong anak kecilnya. Mereka berjalan melalui berbagai stan sampai Bam menunjuk Zahard pada anak serupa dirinya. "Dada!" Dan dunia Zahard membeku seketika.

Baby BamDove le storie prendono vita. Scoprilo ora