Rumah Paman Edahn

1.9K 298 21
                                    

Edahn menatap putra dari sahabatnya itu dengan pandangan geli. Keponakan kecilnya terlihat sedang meloncat-loncat mencoba melihat sisi lain tembok yang membatasi antara ruang pribadi mereka dan suara ribut di seberang sana.

"Paman, Bam ingin lihat sesuatu," ujar Bam setelah lelah meloncat. "Tetapi Bam tidak bisa memanjatnya."

"Hmmm..." Suara Edahn mengalun lembut. "Bagaimana jika Bam mencari sesuatu untuk menumpu Bam?"

Bam memiringkan kepalanya sebentar sebelum senyum lebar memenuhi wajah dengan lemak bayi tersebut. Mata emas bersinar girang. Bam berlari menuju belakang Edahn dan mendorong kursi tinggi milik Edahn menuju tembok. Bam memanjat ke atas kursi dan mencoba melihat sisi lain tembok.

Bam terdiam sejenak, matanya berbinar-binar melihat tembok yang dipenuhi dengan bunga-bunga dan pohon yang indah. Terdapat beberapa anak-anak yang bermain di sana.

"Paman," panggil Bam. "Bam ingin ke sana, apakah boleh?"

Edahn terlihat menimbang sebentar keputusannya sebelum akhirnya memberi anggukan yang dibalas tawa riang Bam. Anak tersebut turun dan berlari mencari pintu menuju sisi lain tembok sebelum akhirnya merengut.

Edahn terlihat geli dengan sikap anak tersebut. Ia akhirnya mendekat kearah keponakan kecilnya yang menggemaskan dan menggendong anak tersebut di atas tembok. Edahn melompati tembok dengan memfokuskan shinsoo disekitar kakinya. Kepala keluarga Khun tersebut menapaki kaki pada sisi lain tembok dan mengambil keponakannya yang terlihat bahagia.

Bam turun dari gendongan Edahn dan berjalan menuju segerombolan anak bersurai biru serupa dengan Paman Edahn-nya. Ketika ia mendekat beberapa anak terlihat berjalan menjauh hingga menimbulkan wajah sedih, Bam.

Bam menunduk sedih hingga tanpa ia sadari ada orang lain yang berdiri di depannya. Bam merasa tepukan pada kepalanya untuk sadar bahwa ada sosok lain. Ia menengadah dan melihat mata biru dengan surai biru memenuhi pandangannya. Ini bukan Paman Edahn-nya.

Bam berbinar setelah tersadar bahwa mungkin anak tersebut ingin bermain dengannya. "Ingin bermain bersama Bam?"

Anak lain mirip Pamannya melihat ke belakang Bam sejenak sebelum mengangguk dan membawa Bam menuju tempat yang lumayan jauh dari Paman Edahn-nya. "Mau main di mana?"

"Ingin bermain di sini, Pangeran?" Anak tersebut mendudukan diri di tikar yang letaknya disembunyikan oleh tanaman.

Bam merengut sembari duduk. "Jangan panggil Bam, pangeran. Panggil Bam, Bam!"

Seringai main-main memenuhi wajah anak lain. "Aku Khun Aguero, salam kenal Bam."

Bam meraih tangan Aguero dan menjabatnya. "Salam kenal Aguero!" Bam melepaskan tangan tersebut sembari melihat-lihat sekeliling. "Bam tidak pernah lihat tempat ini."

"Ini taman tempat anak-anak Ayah bermain," balas Aguero acuh.

Bam memandang Aguero bingung. "Bukannya taman tempat anak-anak bermain harus terlihat oleh orang tua? Di rumah Bam dan rumah Dada, Bam bermain selalu dilihat sama Papa dan Mama juga Dada."

"Kita berbeda, Bam," lirih Aguero. "Ingin bermain sesuatu? Aku menemukan hal menarik di ruang penyimpanan Ayah."

"Tentu! Tentu saja!"

——————

Bam berjalan mendekati Edahn yang duduk di kursi lumayan jauh dari tempat ia bermain. "Paman."

"Ada apa bayi kecil? Sudah puas bermainnya?" Edahn menggendong Bam untuk duduk di pahanya. Ia menatap anak lelaki yang bermain bersama keponakannya.

Bam mengangguk. "Aguero mengajari Bam banyak hal," balas Bam sembari tertawa. "Paman, kapan-kapan kalau ke rumah Bam ajak Aguero, ya."

Edahn mengangguk menyetuji. "Zahard sudah menunggu, Bam."

Bam mengangguk dan turun dari pangkuan Edahn. "Aguero, Bam senang bisa bermain bersama Aguero! Nanti gantian Aguero ke rumah Bam!" Bam memeluk Aguero sebentar. "Sampai jumpa, Aguero!"

Edahn menggendong keponakannya dan kembali meloncati tembok untuk kembali ke ruang pribadinya yang sudah diisi oleh raja menara.

Baby BamWhere stories live. Discover now