Es Krim

680 120 15
                                    

Bam akhir-akhir ini menjadi tertarik dengan olahan dingin beragam rasa yang dibekukan seperti salju dan meleleh ketika Bam mengemut pelan membiarkan sensasi rasa dingin menyebar di dalam mulutnya.

Karena hobi barunya, Bam menjadi sering mengajak ayahnya berkeliling menuju daerah yang menjual jajanan tersebut sehingga membuat V terkadang harus menerima amukan Arlene dan tentu saja tuan raja ikut campur Zahard karena membiarkan putra mereka memakan olahan dingin tersebut.

"Bam, hari ini jangan makan es krim dulu, ya," bujuk V siang itu. Cuaca hari ini dingin. Shinshoo yang benar-benar realistis dibuat oleh keinginan Arlene seperti dunia luar membawa petaka bagi putra kecil mereka.

Bam memandang V dengan mata besar polos tersebut. Berkedip sekali, kemudian dua kali, dilanjut kedipan ketiga. "Baiklah, kita akan membelinya," ujar V lemah.

"Hehehe, Bam sayang Papa." Bam berlari memeluk pinggang sang ayah, pelukan erat tersebut membuat V terlena.

V mensejajarkan wajahnya dengan Bam, "Berjanji kepada Papa untuk tidak mengatakan pada Dada dan Mama-mu, ok."

Bam mengangguk penuh semangat. Kemudian pasangan ayah-anak tersebut akhirnya memutuskan pergi meninggalkan lantai kekuasaan keluarga Grace. Berteleport menuju kawasan pasar di lantai yang cukup jauh, V menggendong putra kecilnya.

Jalanan ramai penduduk tersebut membawa Bam pada tawa kecil. Sesekali kepala keluarga tersebut menerima sapaan dari penduduk asli maupun para reguler. Wibawa dari kepala keluarga dan penjaga kesejahteraan menara menguar membuat Bam terkagum kepada sang Papa.

Berbeda dengan Zahard, raja menara memiliki aura kuat dan menakutkan, V menguarkan aura lembut, ramah, dan tanpa sungkan menyatu dengan para rakyat meski ia memegang jabatan sebagai kepala keluarga. Bam jatuh dalam pesona sang Papa setiap mereka berjalan bersama. Papa-nya yang tidak sungkan membantu reguler yang membutuhkan nasihat menjalani ujian, atau beberapa pedagang yang kesulitan membawa barang dagangannya. Bam juga ingin menjadi sosok seperti sang Papa.

"Kepala keluarga Grace, sebuah kehormatan bertemu dengan Anda. Membawa tuan Viole berjalan kembali?" Penjual menunjukan senyum ramah kepada V.

V mengangguk, "Jangan panggil aku seperti itu, Ava, panggil saja V." Lelaki beranak satu tersebut menurunkan putranya untuk melihat menu."

"Sebuah celaan memanggil tuan seperti itu. Aah, tuan Viole ingin memesan sesuatu?" Gadis muda tersebut memandang Bam gemas. Gadis tersebut memutuskan berhenti mendaki menara setelah menyaksikan banyak dari temannya yang harus mati dalam sebuah tantangan lantai.

"Ava, aku dan kamu sama, tak perlu meninggikanku. Nah, di sini pula, Bam, dia bukan seorang yang harus kamu tinggikan." V mengusak surai senada miliknya.

Bam yang sedari tadi menatap bagaimana kelembutan ayahnya, bagaimana ia memosisikan diri merakyat membuat Bam tertanam semua nilai keluhuran. "Betul, Bibi! Bam bukan seorang yang agung! Ngomong-ngomong ini rasa apa, mengapa warnanya biru?"

Gadis tersebut tertawa dan memfokuskan pada menu yang ditunjuk oleh Bam. "Ini es krim yang menggunakan salah satu tanaman biru yang tumbuh di lantai atas dengan udara yang lebih dingin. Anggur biru biasa digunakan untuk membuat minuman keras bila difermentasi sedemikian rupa, nah, aku hanya menumbuknya kemudian air yang terkandung aku ramu sedikit dan voila, jadilah es krim yang nikmat."

Bam memandang takjub ketika es krim dalam cup berukuran sedang dengan taburan anggur yang disukai oleh paman Edahn-nya dan beberapa coklat tabur di depannya. Bam meraih dengan malu-malu cup tersebut. "Terima kasih!"

Ava tersenyum makin lebar menyaksikan tingkah menggemaskan putra tunggal keluarga agung tersebut. "Terima kasih, Ava."

"Bukan masalah besar, tuan V. Nikmati kunjungan kalian lain waktu!" Seru gadis manis tersebut sembari melambai tangan pada ayah-anak yang kini berjalan menjauh.

V yang kini menggendong Bam tersenyum kecil melihat betapa lahap putra kecilnya memakan es krim tersebut. "Papa, ayo buka mulut."

V tertawa pelan, membuka mulutnya. Belum sempat tangan mungil Bam memasuki sesendok kecil es krim, langkah mereka harus terhenti karena sosok tinggi dengan surai kebiruan. "V ketahuan!"

"Edahn, jangan mengganggu." V mengeram pelan. Ia tau kemana ini akan berakhir.

Suara langkah kaki pelan dan penuh ketegasan serta suara di sekitar mereka yang tiba-tiba sunyi sudah mengaktifkan alarm bahaya V. Lain kali V akan belajar cara agar tidak luluh oleh tatapan manis Bam.

Baby BamWhere stories live. Discover now