Kesamaan

120 18 2
                                    

Bagi Wangnan yang kini menjadi teman sepermainan AA (Begitu Khun ingin dipanggil) dan Bam, ada tembok tipis yang tidak bisa ia lewati. Sama rasanya seperti ketika ia mengamati ayahnya ketika bersama kepala keluarga Khun dan Grace tersebut. Ada tembok tipis yang memisahkan mereka ketika AA dan Bam serta Paman Edahn dan Paman V-nya sedang bersama.

Seperti siang ini setelah berlarian di kediaman Khun, mereka memutuskan untuk mengistirahatkan diri mereka di selasar terbuka yang mengarah pada danau buatan di kediaman Khun yang terlihat cantik dengan bunga air menghiasi kolam indah tersebut. Mereka saat ini tidak berada di kapal terapung untuk anak-anak keluarga yang belum menjadi reguler karena keberadaan ranker tinggi di sekitar sini dan memang paman Edahn yang tidak terlibat dengan anak-anaknya begitu yang dipelajari Wangnan dari para putri yang kadang berkunjung ke kastil.

Ketiganya duduk mengambil napas dan membiarkan keringat akibat mereka bermain berhenti mengalir. Bam berbaring di lengan AA yang terbentang dan AA membiarkan lengan yang ditiduri oleh Bam menepuk kepala coklat tersebut. Wangnan hanya menatap dari jarak cukup jauh memandang keduanya yang terlena dengan kedamaian yang diberikan diri mereka berdua.

Wangnan tidak merasa iri, bagaimana pun menurut Wangnan ketika panas seperti ini dan lengket dengan keringat dan berdempetan malah membuat tubuh semakin panas. Wangnan sendiri memejamkan mata dan perlahan membaringkan dirinya tak jauh dari Bam yang berada di tengah-tengah mereka meski jarak Wangnan jelas jauh dari keduanya seakan memberikan jarak yang pantas.

Ketika napas telah lebih stabil dan keringat yang membanjiri Wangnan rasanya lebih baik, Wangnan membuka mata melihat langit-langit selasar yang tinggi dan berpikir tenggorokkannya haus setelah tawa, teriakan, dan mengeluarkan energi sebanyak itu. Ketika Wangnan melirik ingin menanyakan keduanya apakah mereka ingin sebotol minum yang dilihat Wangnan hanya keduanya berbaring tertidur dengan Bam dalam dekapan AA yang rasanya cukup protektif seakan melarang siapapun untuk membawa Bam.

Wangnan tertawa kecil agar tidak membangunkan keduanya. Bangun menuju tempat di mana Paman Edahn dan Paman V berada untuk menanyakan di mana Wangnan bisa mengambil sebotol air untuk dirinya.

Jarak mereka dengan tempat pamannya berada cukup jauh sehingga Wangnan berpikir untuk membawakan botol lain untuk keduanya agar tidak terlalu haus. Wangnan memasuki ruang tempat kedua kepala keluarga tersebut berada dan hanya menemukan Paman Edahn dan Paman V-nya pun tertidur.

Wangnan melihat Paman V-nya bersandar dalam lengan Paman Edahnnya yang mengelus kepalanya dan lengan lain menutup sinar mentari mengganggu tidur Paman V. Mata Paman Edahn terbuka untuk meliriknya sejenak dan mengangkat alis.

"Aku ingin bertanya di mana dapat mengambil minum. AA dan Bam tertidur," jelas Wangnan dengan suara pelan agar tidak mengganggu tidur V.

Edahn mengangkat kepalanya seakan menunjukkan lorong di mana ia bisa mendapatkan botol minum. Wangnan berjalan dengan berjinjit meski cukup yakin suara langkah kakinya tidak akan mengganggu V yang semakin dirapatkan oleh Edahn ke dalam peluknya.

Setelah mengambil 3 botol untuk mereka, Wangnan kembali melewati paman-pamannya. Edahn masih memerhatikannya meski tangannya merapatkan V dalam dekap dan melindungi V dari matahari shinshu yang semakin menurun dan menyinari keduanya.

"Terima kasih, Paman. Aku izin pergi," ujar Wangnan sebelum meninggalkan Edahn yang hanya balas mengangguk pada Wangnan.

Setelah menjauh dari ruangan tempat pamannya berada, Wangnan segera berlari kembali menuju AA dan Bam yang telah berganti posisi saling berpegang tangan. Jarang melihat AA begitu lengah. Akan tetapi, menurut Wangnan hal tersebut wajar ketika Bam jelas memberikan rasa aman kepada siapa saja.

Wangnan meminum botol air dan meletakkan di atas kepala mereka dan ikut berbaring mengabaikan akan mengganggu siapa saja yang memutuskan melewati daerah mereka berada. Memejamkan mata dan berharap tidur. Mungkin seperti ini perasaannya ketika Paman Edahn dan Paman V bersama dan ia hanya pengamat. Seingat Wangnan menurut Bibi Hana, Paman Edahn dan Ayah dapat saling bertoleransi dengan kehadiran masing-masing. Namun Wangnan pun tak peduli. Ia memutuskan ikut tidur di sore yang cerah itu karena lelah bermain. Mereka masih butuh tenaga lain untuk hal nanti.

Baby BamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang